Another Matahari Story - Part 10 - Ari Version

809 22 12
                                    

Ari balik ke rumah Bayu setelah hampir sejam meninggalkan teman temannya. Tiba disana ia langsung diburu pertanyaan. Oji apalagi. Jawara kepo 2014 itu langsung membuntuti Ari yang menuju tukang ketoprak.

"Bapak kok mau jualan ketoprak tengah malam gini, pak?" sapa Ari.

Si bapak tersenyum. Senyum ikhlas dan pasrah.

"Lumayan nambah penghasilan. Hari ini jadi dua kali lipat biasanya, nak. Untung teman kamu maksa bapak tadi siang." curhatnya.

Ari langsung melirik Oji.

"Oh... dipaksa..." sindirnya.

"Eh, Ri. Cerita dong soal tadi. Cewek tadi. Siapa dia? Kenal dimana lo? Kok gue gak tau?"

Ari diam. Masih diam.

"Tau. Pelit banget cerita doang. Mentang mentang cakep. Tapi asli gue baru liat. Anak mana sih?"

"Paling anak kampus sebelah."

"Ah gak asik. Kalo main ajak ajak dong."

Ari geleng geleng kepala. Setelah menerima sepiring ketoprak, dia ambil posisi. Dibelakanginya teman temannya itu. Hanya dengan Ridho ia berhadapan.

"Gak makan lo, Do?" tawar Ari.

"Udah gue. Dimana rumahnya?"

Ari sadar. Emang cuma Ridho yang pinter nanyanya. Dia emang gitu. Gak perlu banyak ngomong, dia pasti dapat jawaban terbaik.

"Cempaka. Lumayan jauh dari sini. Dekat tempat main futsal dulu."

Mendengar itu semua langsung mengelilingi Ari.

"Sial!! Gue nanya banyak gak dijawab. Ridho baru nanya satu udah dikasih tau semua. Tega lo..." omel Oji. Ia masang muka kecewa dan merasa sangat dizolimi.

"Namanya Ari. Arinna. Anak baru. Bukan kampus sebelah. Kampus kita juga. Gue juga baru kenal tadi." jelas Ari.

"Lo bilang lo gak kenal. Tau tau udah main anterin pulang aja." sindir Bayu.

"Maksud lo?"

"Itu kan cewek yang gue maksud. Yang benci banget sama lo. Dia ngaduin lo sama gue, bilang kalo lo maba belagu."

"Astaga maksud lo dia, tadi?! Sori sori. Gak tau gue." Ari tersadar. Mendadak ia tersenyum. Tersadar setelah sesendok ketropak mendarat ke mulut Oji.

"Ck. Lo, Ji."

"Nyobain. Punya gue tadi gak seenak ini."

Yang lain tertawa.

"Gue ngincer dia."

Semua terpana. Deheman deheman yang diarahkan pada Ari memecah tawa.

"Asiiiik. Ada yang dapat gebetan. Cepet banget."

"Ah gue nunggu tanggal jadiannya aja deh."

"Ngapain nunggu tanggalnya. Gue nunggu pajak jadiannya."

"Gue nunggu ceweknya langsung dikenalin. Penasaran. Sama sama Ari, ya? Jodoh ni...."

Tertawa. Ari juga.

Ponsel Ari berdering. Diraihnya benda itu dari saku celananya. Dari Ata.

"Hm. Napa lo?"

"Astaga. Lupa lo ya."

"Lupa apa?" tanya Ari lagi. Teman temannya yang lain cukup mengikuti obrolan itu saja lewat isyarat.

"Lo lagi dimana sih?"

"Gue di... astaga!! Ulangtahun kita, Ta! Happy bday lo man!" Ari tertawa. Yang lain langsung paham kalau yang menghubungi adalah kembaran Ari. Ata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another Matahari StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang