"Iya, Adam. Tulis nama kecil lo yang konyol gitu di kartonnya. Itu doang."
"Ih males banget gue. Kalo gak percaya gak usah telepon sini, ngerti?!!"
"Ya udah. Bye!"
Arinna menutup teleponnya dengan kesal.
Samar samar ia mendengar suara orang mengerang di dekatnya. Arinna tersentak. Mas Dafa sudah tak lagi disana. Sudah pergi bersama mobilnya. Segera saja Arinna panik.
Suara erangan itu terdengar lagi. Semakin jelas. Rasa takut dan penasarannya memaksa Arinna mengecek sendiri. Ia melangkah kecil - lebih tepatnya merayap - kesisi badan jeep itu mengejar sumber suara.
Dan....
"Aaaaaaah!!!"
Arinna terhuyung spontan dan ambruk di tanah. Ia menutup mulutnya sendiri setelah sadar sudah lewat tengah malam. Ia histeris. Didapatinya seorang cowok jangkung yang menggeliat di tanah. Mukanya pucat.
***
"Aaaaaaah!!!"
Sontak semua terkejut. Semua mencari sumber teriakan itu. Dapat!! Seorang cewek terduduk di rumput sambil menutup mulutnya. Ari yang lebih dahulu sadar diikuti beberapa yang lain berlari menghampiri. Cewek itu takut sekali. Tangannya memutih. Rambutnya berantakan nyaris menutupi seluruh wajah.
"Kenapa kamu?"
Arinna tak menjawab. Ia masih shock. Takut.
Ari menarik tubuh cewek itu dan memaksanya berdiri. Ternyata ia menurut. Ditungguinya sesaat hingga Arinna sendiri lebih tenang. Ia menunjuk ke arah belakang mobil. Lewat matanya Ari meminta salah satu dari mereka mengecek langsung.
"Oi, ndra! Ngapain lo!?"
Ternyata Indra. Teman mereka juga. Ari kaget dan segera tahu, dan lewat sorot matanya ia memerintahkan mereka menggotong Indra masuk. Arinna mulai berani mengangkat kepalanya dan berniat melihat wajah orang yang berhasil menenangkannya itu. Setidaknya membuat ia nyaman sejenak.
"Aaaaah!!"
Arinna tak sempat berpikir lagi. Gila!!! Gue di kandang macan! Ia lari secepat kilat dan meninggalkan orang orang itu. Tak dipedulikannya mereka yang bertanya kenapa kenapa kenapa. Arinna semakin takut. Yang ia lakukan sekarang cuma berlari dan berlari menjauh.
"Loh kenapa?"
Enggar menghampiri Ari dan lainnya. "Kok kabur dia?"
"Gak tau gak ngerti gue." yang lain menyahut. Cuma Ari yang mengerti. Cewek itu Arinna. Cewek yang tadi pagi dipaksanya meminta maaf. Yang ditemuinya tengah memberi minum tanaman. Yang senyumnya indah. Yang beberapa waktu lalu diputuskannya untuk dikejar. Didapatkan. Dikejar!!!
Ari pergi. Mengejar Arinna nya."Gue balik ntar. Lanjut aja!!" cuma itu pesan Ari.
Semua jelas terbengong bengong. Gantian seolah dikerjain Ari. Setelah diperintahkan Ridho untuk lanjut, perlahan semua mulai makan. Ari dibiarkan.
Ari harus mengejar Arinna. Pertama karena otaknya tanpa kejelasan yang memerintah begitu. Dan kedua inilah kejelasannya. Udah lewat tengah malam. Bisa bahaya kalau cewek lari lari berkeliaran tengah malam. Sebaiknya dikejar atau ditemani kalau kalau di jalan terjadi sesuatu.
Arinna itu jago lari. Udah terbiasa soalnya. Larinya gak kalah sama atlet lari sekalipun. Apalagi kali ini, bakat itu sangat diperlukan. Ia sama sekali tidak menyadari ada yang mengejarnya. Karena Ari sendiri sengaja tidak berteriak agar Arinna berhenti. Parahnya itu cewek belum capek juga. Ia terus berlari hingga tiba di persimpangan. Bingung. Lalu ia memilih lurus dan lari lagi.
Ari yang mulai geram mengerahkan seluruh tenaganya. Berhasil. Diraihnya pinggang cewek itu dan keduanya terhempas ke sisi jalan yang untungnya ditanami rumput. Jadi tidak terlalu menyakitkan. Ari sudah memperhitungkan itu.
Arinna tak sanggup lagi berteriak. Capek. Nafasnya habis sudah. Ia hanya menepuk nepuk dadanya. Ikut menikmati istirahat di sebelah cowok itu. Ragu ragu Arinna melirik ke arahnya.
"Lo. Eh kakak ngapain sih ikutin gue. Gue kan...."
Ari menggelengkan kepala. "Tarik napas dulu."
Arinna menurut. Kepalanya jadi pusing. Ia mengutuki Mas Dafa yang meninggalkannya. Sampai di rumah nanti, Arinna bakal ngambek habis habisan. Akan dipaksanya masnya itu menuruti semua kemauannya. Harus.
"Kenapa lari?"
Arinna tersadar dari lamunannya.
"Gue takut." jawabnya jujur. "Lo. Eh kakak semua nyeremin."
Ari tersenyum. Emang iya, teman temannya emang nyeremin. Udah badan gede, bertato, bahkan bertindik. Ngerokok. Tapi untungnya enggak ngedrugs. Kecuali Indra sendiri.
"Mereka baik." jawab Ari.
"Kenapa kakak ngikutin aku?"
Glekk. Nafasnya tertahan. Kakak? Aku??? Sejak kapan itu???
Ari menyadari itu. Perlahan ia menyadari cewek ini lambat laun menghormatinya.
"Kamu teriak terus lari, bikin semua orang panik. Gue lagi. Mana udah tengah malam. Ngapain kamu malam malam begini?" Ari menyipitkan matanya dan melirik curiga.
"Gue itu tadi bareng mas gue. Tapi ditinggal. Itu semua gara gara kakak. Pake acara berantem di pinggir jalan gitu." protesnya langsung.
"Oh kamu ngintipin kita sejam tadi..."
"Bukan!! Mas gue tuh! Dia penasaran banget sama ribut ribut begitu." jelasnya heboh. Ia takut dikatain cewek gak bener karena berkeliaran tengah malam begini.
"Terus rumah kamu dimana?"
"Di cempaka. Kakak tau?" Arinna bersungguh sungguh. Sambil memijit mijit betisnya yang pegel banget, ia terus mencoba menghubungi masnya.
"Tau. Mau dianterin gak?"
Arinna berpikir keras. Iya apa enggak. Siapa cowok di hadapannya ini. Baru juga tadi pagi kenalnya. Sekarang tengah malam mau dianterin sama dia. Arinna bergidik ngeri. Wajahnya jelas menunjukkan wajah kuatir. Ari menangkap itu.
"Kalo gue mau ngapa ngapain kamu, udah dari tadi." tandas.
Arinna manyun. Bener juga, pikirnya.
"Tapi gimana kalo setannya kakak keluar waktu di tempat sepi?!"
Ari tertawa. "Ide bagus itu. Gue baru kepikiran. Ayuk!"
Arinna langsung limbung. Kaget. Cowok ini aneh banget. Kok gak tersinggung sih. Ia mengikuti tangannya yang ditarik untuk berdiri. Sambil menepuk nepuk pantatnya yang basah karena rumput, Arinna bertanya lagi.
"Naik apa?"
"Tunggu bentar, ya. Ada yang mau datang."
Benar saja Oji dan Ridho muncul dari kejauhan. Oji dengan jeepnya Ridho, sementara Ridho sendiri dengan motornya Oji.
"Biasa naik mobil atau motor?" tanya Ari. "Mobil aja ya. Biar enggak masuk angin." jawab Ari sendiri.
Sebenarnya bukan soal itu saja. Ia masih ingin ada batasan keduanya dengan mobil daripada langsung satu motor boncengan. Ia butuh mengenal lebih banyak cewek ini.
Arinna nurut saja. Ia cuma ingin pulang sekarang. Sebenarnya dia bingung sekali. Kok tega teganya mas Dafa ninggalin dia dan lupa balik lagi. Kembali ia mengutuki masnya.
Lewat matanya Ari meminta agar tidak ada pertanyaan apa apa. Nanti saja. Demikian pesan Ari. Ari menunjuk ke arah jeep dan Ridho mengerti. Ia keluar dan membiarkan mesin mobil tetap menyala. Kedua pasang mata Oji dan Ridho terus mengikuti pasangan di depannya. Siapa cewek ini? Ari membuka pintu untuk Arinna. Kemudian ia masuk ke belakang stir.
"Gue duluan."
Oji dan Ridho mengangguk. Mobil melesat meninggalkan dua manusia penasaran itu.
"Sumpah penasaran banget gue, Dho." komentar Oji pertama.
"Gue juga. Gak pernah liat gue, itu cewek."
"Siapa ya?"
"Gak tau. Balik balik. Laper gue." Ridho memerintah. Ia dibonceng Oji kembali pada teman temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Matahari Story
RomanceIni fan fict. Asli bikinan gue. Tokoh tokohnya pasti lo kenal banget, selama lo menggilai novel yang sama. Ini kisah Ari dan Ata yang gue buat dalam frame yg berbeda. Alias gak satu novel. Tapi sengaja gue ganti nama dan karakter tokoh cewek utamany...