"Loh, non Ari kemana mas?"
Mbok Ayu yang baru selesai solat menghampiri Dafa.
Dafa diam. Kok nanya gue?
"Astaga!!! Mbok, Dafa lupa! Sial lupa banget! Mati mati!" Dafa langsung histeris.
"Kenapa mas? Kenapa?" Mbok ikutan panik.
Dafa tidak menjawab. Langsung menghubungi satu nomor.
Menunggu. Membunuh Dafa sepenuhnya. Tangannya pucat sekali. Dia mengutuki kebodohannya.
"Halo, Ri. Astaga sayang kamu dimana? Kamu gak papa kan? Mas mau jemput sekarang. Kamu masih disana kan?"
"Sama siapa?!!!" Dafa berteriak kaget.
"Jangan jangan. Turun disitu aja. Mas jemput sekarang. Oke!"
"Plis plis Ri maafin mas. Tunggu disana ya. Nanti kamu diapa apain sama dia."
"Kamu kenal dia? Enggak kan?!"
"Oke mas kesana sekarang!"
Dafa langsung balik menuju pintu. Ditinggalkannya mbok yang makin bingung. Gak ada waktu buat cerita. Ini darurat. Dafa akan membunuh dirinya sendiri kalau sesuatu terjadi. Dengan mobil yang sudah seperti terbang di jalanan yang lengah itu, Dafa tak henti henti berdoa. Dua kali ia harus muter balik karena salah jalan.
Panik. Ingin diberinya pelajaran orang yang bersama Ari sekarang. Ah tidak!! Akan diucapkannya beribu terimakasih kalau dia membawa pulang Ari tanpa cacat. Bahkan imbalan mungkin.
Pukul setengah satu. Deru klakson tak jelas tujuannya meramaikan jalanan. Untung ini Senin. Gak banyak orang berkeliaran seperti malam minggu.
Dafa tiba di ruko dimana dilihatnya kejadian lucu tadi. Tempat dilupakannya Ari. Berlari ia langsung pada orang orang yang masih ramai disana.
"Sorry mas. Ada liat cewek disini tadi, gak? Rambutnya panjang pake kaos biru gitu?" Dafa menggambarkan.
"Tadi ada cewek mas. Disitu. Tapi udah pulang, lari lari." Enggar yang menjawab.
Dafa menepuk keningnya. Mampus gue. Ternyata Ari gak bohong.
"Oke mas. Makasih."
Saat hendak pergi Ridho mencegatnya.
"Yang ada tato tulisan di sini kan mas?" Ridho menunjuk tangannya. Beberapa senti di atas telapak. Dafa langsung mengangguk.
"Tenang mas. Udah dianterin tadi sama temen saya. Gak papa. Aman." Ridho menenangkan. Dari wajahnya jelas cowok itu panik mencari cewek tadi. Ridho tau itu.
Sementara Dafa makin panik. Pala lu peang main bilang aman aja!! Gue mana kenal sama teman lo itu! batinnya.
Dafa berpamitan dan melesat lagi. Dihubunginya nomor Ari tapi diluar jangkauan. Mungkin sudah di rumah. Mungkin. Semoga saja.
Jalanan makin sepi. Dafa makin gila gilaan dengan mobilnya. Yang ia butuhkan hanya melihat Arinna sekarang. Asli cuma itu. Dan keinginannya terkabul.
"Mas dimana sih kok ninggalin Ari? Iya Ari gak papa. Ari udah di jalan mau pulang."
"Ehmm. Sama oranglah. Mas gimana sih?"
"Kok turun? Ari mau pulang. Ini udah mau nyampe. Mas tunggu di rumah aja. Ari marah sama mas."
"Enggak. Ari udah jalan."
"Enggak sih. Pokoknya mas tunggu di rumah."
Telepon ditutup. Ari manyun. Dipandangnya jalanan ibukota yang mulai sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Matahari Story
RomanceIni fan fict. Asli bikinan gue. Tokoh tokohnya pasti lo kenal banget, selama lo menggilai novel yang sama. Ini kisah Ari dan Ata yang gue buat dalam frame yg berbeda. Alias gak satu novel. Tapi sengaja gue ganti nama dan karakter tokoh cewek utamany...