Busy

189 19 8
                                    

"Ya! Hyung! Mwoya?!"
Pekikan kesal Sungjong tiba-tiba mengudara, tepat saat ia membuka pintu kamar tidurnya.

Bagaimana tidak?
Sementara dirinya disibukkan dengan kegiatan paginya, sang suami malah tengah santai berbaring di atas ranjang. Kondisinya bahkan setengah telanjang, hanya terbalut handuk putih yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

"Ini sudah jam berapa? Ya!" Omelannya semakin keras terdengar. 

"Sebentar lagi, sayang!" Myungsoo mengerang malas, sembari membalikkan tubuhnya. Kini ia dalam posisi tengkurap.

Kedua lengannya menyilang, menutupi bagian belakang kepalanya. "Aku benar-benar mengantuk, semalam aku harus lembur sampai jam 2 pagi." Ocehannya terdengar pelan, terhalang lengannya sendiri.

Sungjong menghela napas singkat.
Perlahan rasa kesalnya berubah iba.
Seminggu ini suaminya memang terus disibukkan dengan proyek di kantornya, membuatnya harus sering-sering lembur, bahkan terpaksa menginap di kantor.

Beberapa hari belakangan, ia juga rutin mampir ke kantor suaminya, sekedar mengantarkan pakaian ganti dan makanan untuknya.
Baru semalam Myungsoo memilih tidur di rumah, meski ia baru pulang dini hari, dengan wajah lesu dan kantung mata yang menghitam.

Kasihan.
Ia pasti sangat kelelahan.
Seharusnya suaminya itu tak memaksakan diri pulang ke rumah, menginap di kantor akan lebih memudahkannya, setidaknya ia tak harus membuang waktu perjalanan pulang dan pergi.

"Seharusnya hyung menginap di kantor saja. Kalau memang tak sempat pulang, jangan dipaksakan." Jemari lentiknya lantas mengusap lembut pergelangan tangan suaminya.

"Tapi aku merindukanmu, sayang! Soojung dan Seojun juga." Wajah suaminya menyembul dari balik bantal. Roman mukanya menunjukkan ekspresi tak setuju.

Sungjong hanya tersenyum. Tangannya kini mengusap kepala suaminya, merapihkan beberapa helai rambutnya yang berantakan. "Kami kan bisa mengunjungimu kapan saja di kantor."

Myungsoo kembali mengerang tak setuju. "Aku tak bisa sembarangan keluar kantor. Apalagi jika bosku sedang mengawasi." Wajah tampannya berubah lucu saat ia mulai merengut. "Lagipula, kau juga terkadang sibuk dengan pernikahan Changsung-hyung."

"Hey, kan hanya beberapa kali." Sungjong menyergah cepat.
Suara tingginya berubah khawatir kemudian. "Hyung, kau terlihat seperti panda. Kentara sekali. Nanti ku oleskan concealer, ya?" Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kantung mata suaminya.

Myungsoo menggelengkan kepalanya. "Hmmm..." Ia menggumam tak sepaham. "Biarkan saja, biar bosku sadar betapa buruknya cara dia memperkerjakan bawahannya. Wajah tampanku saja sampai ternodai."

Paras cantik Sungjong berubah aneh. Kedua alisnya bertaut, hidungnya berkerut. Ia tak habis pikir dengan sikap narsis suaminya.
"Sudah bicaranya, sekarang bangun!" Tanganya menepuk-nepuk lengan besar Myungsoo kemudian.

Myungsoo meraung kesal. Kedua matanya terpejam kemudian. "Cium dulu!"

Sungjong membalas dengab berdecak lidak, walaupun ia tetap menurut. Wajahnya mendekat, mengecup puncak kepala suaminya singkat.

Myungsoo kembali merajuk dibuatnya. "Bukan disitu, sayang!"

"Ya! Bangun dulu!" Kali ini giliran Sungjong yang mengomel.
Perasaan iba dan khawatirnya sontak berubah mangkel, menghadapi sikap malas sang suami.

"Araseo! Aku tahu!" Sambil terus menggerutu, Myungsoo akhirnya menegakkan badannya.

"Sini!" Masih dengan suara ketus, Sungjong bertelut di sisi ranjang, memaksa suaminya menekuk punggungnya. Jemari lentiknya lantas meraih wajah tampan yang masih merajuk itu, mengecup bibir tipisnya pelan.

Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang