"Appa!"
"Bangunlah!"
"Sudah pagi!"
Samar-samar indera pendengarnya menangkap bisikan-bisikan itu. Terdengar lembut, seolah berusaha agar tak menyakiti telinganya. Mungkin suara Soojung?"Appa! Bangun! Cepat!"
Kali ini pasti milik Seojun. Suaranya jauh lebih keras, disertai tepukan-tepukan mungil yang menghujani wajahnya.Perlahan Myungsoo membuka mata. Wajah polos Seojun menjadi hal pertama dilihatnya. Bocah kecil itu tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-gigi kecilnya.
"Selamat pagi." Dengan suara serak khas orang bangun tidur, Myungsoo menyapanya.
Pria tampan itu kemudian menoleh ke sisi kanannya, menyapa Soojung yang teduduk di sampingnya. Kedua matanya membulat lucu, tubuh kecilnya bersandar pada punggung sofa.
"Pagi, appa!" Gadis kecil itu kemudian beranjak, memberikan ciuman selamat pagi di pipi ayahnya.
"Pagi...appa!" Seojun meniru kakak perempuannya. Bocah kecil yang sedang terduduk di pangkuan ayahnya itu langsung mencium bibir Myungsoo cepat.
Myungsoo tersenyum, sembari mengusap rambut Seojun. Ia benar-benar harus merapihkan rambut anaknya itu. Ia mulai terlihat seperti karakter animasi Goku, dengan rambut tegak berdiri, melawan gravitasi.
"Appa...ada...Woohyun samchon!" Bibir kecil Seojun perlahan membuka. Nada bicaranya sedikit meninggi di ujung kata.
"Woohyun samchon?!" Myungsoo mengulangi, setengah berteriak. Wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. Sejatinya ia benar-benar terkejut.
"Ne, appa! Woohyun samchon datang tadi pagi." Soojung menjelaskan.
Raut wajahnya lalu berubah serius, pipinya sedikit menggembung dan alisnya bertaut."Saat aku sedang bermain dengan Seojun, aku mendengar suara pintu terbuka. Aku pikir ada penjahat yang masuk." Soojung terdengar begitu dramatis, ekspresi tegang tergambar di wajahnya. "Tapi untungnya itu hanya Woohyun samchon." Kali ini ia terkikih, raut tegangnya berubah tenang.
"Woohyun samchon juga membawakan roti isi daging untukku dan Seojunnie!" Ujarnya kemudian, begitu ceria.
Seojun yang sedari tadi mendengarkan cerita kakaknya dengan seksama pun mengangguk, senyuman manis terbiduk lebar di bibirnya. "Appa, rotinya enak." Lelaki kecil itu mengacungkan telunjuknya penuh semangat. Maklum, terlalu sulit untuknya menaikkan ibu jarinya.
"Oi, Kim Myungsoo." Suara Woohyun tiba-tiba terdengar dari arah dapur. Myungsoo menoleh, menatap Woohyun yang tengah bersandar pada meja dapur. Tubuhnya terbalut kemeja biru muda, tangan kanannya masih membawa spatula. "Aku datang menyiapkan sarapan pagi."
Myungsoo hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum kikuk. Ia menegakkan badannya kemudian, membawa Seojun dalam gendongannya sembari berjalan menunju dapur. "Ah...ya, tapi kau tak perlu repot-repot seperti ini." Senyuman palsu masih tersungging di wajahnya.
Sebenarnya ia benar-benar merasa canggung dan... tidak suka dengan ini. Dengan situasinya tentu saja, bukan dengan Woohyun.
Bibi Jang memang selau libur tiap akhir pekan, Sungjong juga sedang tidak ada di rumah, tapi bukan berarti ia tidak bisa menyiapkan sarapan pagi sendiri, bukan?
Hanya dengan memanggang roti, menggoreng telur orak-arik ditambah sosis dan bacon lalu menuang susu untuk anak-anaknya dan membuat secangkir kopi untuknya... bukan hal yang sulit. Sarapan hanya sesederhana itu, kan?
Well, tapi..
Tidak!
Ralat. Ia memang tidak sanggup menyiapkan sarapan pagi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family
FanfictionFamily!AU of Myungjong [M] Mature Content Ahead *** Tahun 20xx ketika Kim Myungsoo dan Lee Sungjong resmi menikah. Mereka mengadopsi dua orang anak, Kim Soojung dan Kim Seojun. ***