Part 10

106 19 8
                                    

Dari sekian banyak pertanyaan di otakku, aku hanya ingin kamu menjawab satu. Bukan, aku tidak akan bertanya apakah kamu masih peduli denganku atau apakah kamu masih mencintaiku. Aku hanya ingin bertanya 'sampai kapan kamu seperti ini padaku?'~ Cassandra Gabriella Jensen

*****

"Pagi kak Gio!" sapa Gebi sambil turun dari tangganya.

"Pagi Geb," balasnya tanpa menoleh, karena sedari tadi Gio sibuk menata bekal makananya.

Gebi yang melihat itu mendengus, lalu menyapa Bi Surti dan Bi Imah yang berdiri di samping kursi sambil mempersilahkan Gebi duduk.

"Oh ya Bi, Kak Gio nyiapin bekal sendiri? kenapa gak Bi Surti atau Bi Imah aja? Emang dia bisa masak?" Mata Gebi memincing memperhatikan gerak gerik Gio yang begitu tanggap layaknya chef professional. 

"Bi Surti juga gak tau non, Den Gio gak mau di bantu katanya itu buat seseorang, " 

"Kayaknya cewek, buktinya kotak bekalnya warna pink dan kayaknya orangnya spesial juga, " jawaban Bi Imah barusan, membuat Gebi menepuk jidatnya.

"Ya iyalah Bi, buat cewek ya kali Kak Gio ngasih bekal buat cowok, emang dia guy  apa," kekeh Gebi, lalu dia tersadar sesuatu.

"Rafa mana bi?"

"Den Rafa udah pergi dari tadi pagi non, mukanya kayak lesu gitu. Mungkin dia kebanyakan pikiran, " balas Bi Imah, raut muka Gebi yang semula cerah berubah menjadi mendung.

'Apa sampe segitunya Rafa benci sama Gebi, sampe kehadiran Gebi disini buat Rafa jadi murung'

Bi Imah menutup mulutnya dengan telapak tangan, merasa bahwa dirinya telah salah berbicara. Lalu Bi Surti menarik Bi Imah untuk pergi dari sana, karena takut bahwa Bi Imah melakukan kesalahan lagi.

Tatapan Gebi kosong, bersamaan dengan datangnya Gio dari arah dapur sambil membawa kotak bekal di tanganya. "Geb, nih bekal buat lo," ujarnya sambil menyodorkan bekal itu dari belakang tubuh Gebi.

Gebi terkesiap, lalu menoleh ke belakang. Menatap Gio dengan pandangan yang tidak bisa di artikan.

"Kok lo malah natap gue kek gitu? ini bekalnya lo ambil, gue udah bela-belain buat bekal ini sendirian kusus untuk lo, gih buruan lo ambil!  gue jamin rasanya gak kalah sama rasa makanan di restoran-restoran, " ujar Gio dengan tangan kanan tetap memegang bekal itu, dan satu tangan yang yang lain ia masukkan ke dalam sakunya.

Gebi sadar lalu tersenyum dan berdiri mengambil bekal itu dari tangan Gio, "Jadi bekal ini buat Gebi, kirain buat gebetan kak Gio," kekehnya seakan lupa dengan rasa sakit yang ia rasakan beberapa menit yang lalu.

"Gebetan apa coba, emang sih gue ganteng, keren, baik, ramah yah tapi di hati gue udah ada lo gimana dong, " ucap Gio sambil menaik turunkan alisnya.

Gebi tertawa mendengar perkataan Gio yang ia kira adalah candaan, "Gausah canda deh gak lucu tau, "

Gio hanya tersenyum tipis mendengar balasan Gebi yang ia kira adalah candaan, nyatanya ucapan Gio itu benar adanya bukan hanya candaan belaka, tapi tak apalah daripada semua jadi makin runyam, mending Gio membiarkan semua berjalan sesuai yang di inginkan Tuhan.

"Lo belum makan ya?" alih Gio sambil menatap piring yang masih utuh di depan kursi yang Gebi dudukin tadi.

Gebi mengangguk, lalu mengambil susu dan meminumnya, "Udah deh gausah makan, Gebi udah minum susu lagian kak Gio udah bawain bekal, biar Gebi makan bekal dari Kak Gio aja, " ucap Gebi.

Gio berpikir sebentar lalu menjawab, "Ya udah, tapi bekal itu langsung lo makan saat sampai di kelas habis ini, gue gak mau sampe lo sakit lagian waktunya juga masih cukup buat lo makan, "

Nothing Is Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang