Part 11

85 16 14
                                    

Cinta itu rumit. Datang tak mengenal waktu. Bisa lepas ketika diabaikan dan bisa hancur ketika terlalu erat menggenggam. Lalu harus dengan bagaimana aku menanggapi cinta? Ketika benar-benar tulus tak dihiraukan dan ketika benar-benar sayang malah tak diangggap ~Cassandra Gabriella Jensen

*****

Sudah dua jam lebih Gebi tidak bangun dari pingsanya. Cowok yang menolong Gebi sudah tidak ada lagi disana. Ia sengaja tidak menunjukkan wajahnya terlebih dahulu. Entah untuk alasan apa, yang jelas hanya dirinya dan Tuhan lah yang tau.

Untuk saat ini, hanya ada dua cewek yang setia menunggu kesadaran Gebi. Terlihat jelas dari raut muka keduanya yang tengah cemas. Mereka sudah sepakat, apabila dalam tiga puluh menit lagi Gebi tidak sadar juga, maka tidak ada pilihan lain selain membawa Gebi ke Rumah Sakit.

Sepuluh menit

Dua puluh menit

Dua puluh lima menit

'Brakk'

Pintu terbuka secara paksa dari luar, munculah dua cowok dengan raut muka yang jelas berbeda. Yang satu, tampak sangat cemas dan sepertinya dia lah yang membuka pintu itu secara paksa lalu mendekati brankar, tempat Gebi berbaring.

Sedangkan yang satu, tampak cuek dan masa bodoh dengan apa yang terjadi bahkan dengan santainya dia melipat kedua tangannya di dada. Benar, dia Rafa dan jelas, cowok yang begitu khawatir terhadap kondisi Gebi adalah Gio.

"Geb, lo kenapa?"

"Geb, bangun dong!"

"Jangan Becanda deh, please!"

"Geb, kenapa bisa sampe kaya gini? sebenernya apa yang terjadi?"

Semua pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Gio, tanpa mengindahkan bahwa seseorang yang ia ajak bicara tengah tak sadarkan diri. Bahkan Gio baru sadar bahwa ada dua cewek yang berada disini. Dan salah satu dari mereka, membuat dirinya benar-benar terkejut.

Saat Gio akan mengutarakan sesuatu pada salah satu cewek itu, tarikan di seragamnya membuat ia mengurungkan niatnya dan beralih pada brankar, tempat cewek yang ia sayang terbaring. Sungguh lega perasaan Gio, ketika melihat mata indah milik Gebi terbuka kembali.

"Kak Gio," lirih Gebi mencoba mendudukkan tubuhnya namun dengan cepat Gio mencegahnya. Menahan tubuh Gebi, agar tetap berbaring di atas brankar. "Gimana keadaan lo?"

Belum sempat Gebi menjawab pertanyaan Gio, cowok itu kembali memberondong Gebi dengan berbagai pertanyaan yang menyiratkan penuh rasa kekhawatiran.

"Mana yang sakit? Kepala lo masih pusing? Kenapa bisa sampai kayak gini sih Geb? Kalo sakit bilang ke gue, biar gue ijinin buat gak sekolah dulu, blablablabla.....,"

Kurang lebih seperti itu yang masuk dalam indra pendengaran Gebi, mendadak dia terkikik geli melihat kelakuan cowok itu yang menurutnya lucu ketika sedang khawatir. Namun, tawanya lenyap ketika mendapati sosok Rafa yang menatapnya dengan tajam. Tanpa berkata sepatahpun atau sekedar menanyakan kondisi Gebi, Rafa melangkah keluar dari ruangan itu yang entah kenapa menurutnya terasa panas.

"Btw, kalo kak Gio baru tau Gebi pingsan, terus yang bawa lo ke sini sape?" tanya Karin yang dari tadi memikirkan hal itu. Pertanyaan itu lantas membuat Gio menatap Gebi, seakan menuggu jawaban yang keluar dari mulut cewek itu.

Nothing Is Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang