"Ada apa, Jes? Gimana kata Nindya?" tanya Irfan dengan pelan.
"Dia bilang kalau Neneknya udah meninggal 10 tahun yang lalu, Neneknya juga tinggal di Kota bukannya di Hutan." jawab Jessica kemudian dia menangis.
Tanpa sadar, mereka semua ternyata telah mendengar ucapan Jessica, mereka terkejut sekaligus merasa kesal kepada Jessica.
***
"Terus nasib kita sekarang gimana Jes!" teriak Rika mulai panik.
"Mereka semua udah pada mati Jes! Ini semua gara-gara lo!" teriak Ari dengan kesal.
"Udah stop! Jangan saling menyalahkan! Kalau kita saling menyalahkan, tidak akan ada penyelesaiannya nanti." jawab Irfan dengan tegas.
Mereka semua terdiam, Rika menangis karena dia tidak ingin dia meninggal di tempat ini. Tempat tanpa adanya cahaya matahari, tempat yang tidak ada kehidupan. Rika membayangkan ketika dia harus menjadi korban seperti teman-teman mereka.
"Gua masih jomblo, gua belum nikah, gua mau ngerasain dulu jadi pengantin," ujar Ari dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Gua rela jadi perawan tua, asalkan gua bisa selamat dari sini," ujar Rika sambil menangis.
"Kita nikah yuk Rik," ajak Ari kepada Rika.
"Gila lo? Gua kalo mau nikah juga nyarinya yang cakepan lah, mana mungkin gua nikah sama jentik-jentik nyamuk," jawab Rika sambil menangis.
"Udah dong, kalian jangan nangis terus." bujuk Irfan berusaha menghentikan tangisan Ari dan juga Rika.
"Kita harus pergi dari sini!" perintah Kelvin yang sepertinya sudah depresi dengan kejadian ini.
"jangan gila, ini udah magrib, hari bentar lagi gelap, kita tidak mungkin melanjutkan perjalanan." tolak Irfan memberikan alasan yang masuk akal.
"TERUS LO MAU KEPALA-KEPALA KITA SELANJUTNYA DI JAJARKAN DI POHON TADI!" bentak Kelvin kepada Irfan.
"KITA PERGI SEKARANG JUGA BAHAYA VIN! PENERANGAN KITA MINIM DISINI!" balas Irfan membentak Kelvin dengan tegas.
"Stop! Jangan ada yang teriak-teriakan lagi!" ujar Jessica menghentikan perdebatan.
"Eh diam lo! Ini semua juga gara-gara lo!" cerca Rika dengan tajam.
"Gua juga korban Rik! Kita ini udah di jebak! Gua ju.."
"DIAM LO! GUA BENCI SAMA LO!" bentak Rika menukas perkataan Jessica.
Mereka semua diam dan membuat suasana menjadi hening. Jessica terus menangis dan dia merasa bersalah dengan teman-temannya, dia tidak menyangka bahwa semua ini akan terjadi seperti ini. Dia teringat dengan perkataan Liana, dia berkata jika dia telah di jebak namun Liana tidak , memberitahukan secara detail kepada Jessica.
"Lo merasa nggak sih? Kita aja sejak tadi nggak nemuin bendera kuning, kan biasanya kalau ada yang meninggal pasti ada bendera kuningnya kan?" tanya Ari memecahkan keheningan diantara mereka.
"benar juga ya, disini juga kita nggak nemuin warga yang lewat, disini juga nggak ada pemukiman warga." jawab Irfan yang juga merasakan keanehan itu "Orang juga nggak mungkin kuat tinggal di Hutan lebat kayak gini, kurangnya cahaya matahari, semua selalu gelap baik siang maupun malam." sambungnya kembali.
"Lo ingat gak? Bapak-bapak yang melarang kita untuk kesini? Sepertinya beliau memang tahu kalau tempat ini berbahaya, tapi kita malah tetap masuk kesini." ujar Kelvin.
"Tempat apaan ini?" tanya Rika yang berdiri dan sedikit melangkahkan kakinya. Dia tersentak karena melihat tengkorak di atas batang pohon yang tidak jauh dari mereka, tengkorak itu sepertinya kepala manusia yang sudah lama berada disini, tengkorak itu terdapat sesajen di dekatnya. Rika langsung terjatuh dan membuat mereka menjadi terkejut.
"Rik, lo kenapa?" tanya Kelvin panik.
Rika tidak berkata apapun, namun tangannya menunjuk ke arah yang dia lihat, mereka semua mengikuti arah tangan Rika dan membuat mereka semua menjadi terkejut.
"Kita pergi ke tempat lain." perintah Irfan dan mereka semua mengikuti perintahnya.
Mereka semua berjalan dengan cepat menjauhi tempat itu. Mereka terus berjalan sejauh mungkin. Mereka memang sudah tidak kuat lagi untuk berjalan, namun demi nyawa mereka rela berjalan sejauh mungkin. Kini mereka sudah berjalan sangat jauh dari tempat tadi, mereka memilih untuk beristirahat dan mendirikan tenda. mereka semua memutuskan tidak akan tertidur dan membiarkan mata mereka tetap terjaga.
Irfan dan semua teman-temannya melakukan tayamum untuk melakukan solat Isya. Seperti biasa, Irfan menjadi Imam dalam sholat mereka, mereka juga melakukan shalat ghaib untuk mensholatkan teman-teman mereka yang sudah tiada dengan jarak jauh, tak lupa juga mereka berdo'a memohon ampun kepada Allah, dan juga membaca yasin. Memang saat ini hawa merinding menyelimuti mereka, namun mereka tidak peduli dan tetap fokus berdo'a. Selesai sholat, mereka semua bermaaf-maafan, mereka semua berpelukan sambil menangis histeris, mereka tidak bisa membayangkan jika salah satu dari mereka akan meninggal atau mungkin semuanya. Mereka sudah pasrah dan jika mereka harus meninggal di tempat ini, mereka semua ikhlas.
Api unggun telah menyala, sebelumnya memang mereka mencari kayu-kayu yang berada di depan tenda mereka untuk dijadikan api unggun. Irfan menatap foto kedua orang tuanya yang telah tersimpan di dompetnya, Jessica menghampiri Irfan yang sepertinya sedang sedih.
"Fan, lo pasti selamat kok dari sini, kita semua akan selamat dan bisa bertemu dengan orang tua kita lagi," ujar Jessica lirih.
"Gua selamat ya alhamduliah, kalo nggak selamat juga ya berarti memang takdir gua untuk pergi menyusul almarhum abi dan juga almarhumah umi." jawab Irfan meneteskan air mata sambil tersenyum kecil.
"Orang tua lo udah.."
"iya Jes, orang tua gua udah meninggal saat gua masih SD, selama ini gua di angkat oleh keluarga yang sangat baik, gua udah anggap orang tua angkat gua sebagai orang tua kandung gua sendiri, walaupun gua tau kalau orang tua kandung gua yang sebenarnya udah meninggal." jawab Irfan berusaha untuk tetap tegar.
"Innalillahi.. gua minta maaf ya Fan, gua nggak bermaksud buat lo sedih." jawab Jessica dengan rasa bersalahnya.
"Nggak kenapa-kenapa Jes, tenang aja." jawab Irfan sambil tersenyum "Gua sebenarnya gak rela meninggal disini, mayat gua nggak akan ada yang ngurusin, mayat gua nggak di sholatin, mayat gua juga nggak akan di kubur."
"Kita pasti akan selamat Fan, gua akan menukarkan nyawa gua demi keselamatan kalian." jawab Jessica yang berniat menebus kesalahannya.
"Jangan Jes, kita harus keluar dari sini bersama-sama." larang Irfan yang tidak ingin Jessica melakukan itu.
_________________________________________
PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?
TERUS BACA 'HUTAN TUMBAL' JANGAN LUPA VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.
OH YA KALAU KALIAN INGIN BERKOMENTAR SILAHKAN KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.
NB : DIMOHON UNTUK TIDAK MENYALIN CERITA MILIK SAYA!
Terima Kasih
Salam
Desi Syafitri
KAMU SEDANG MEMBACA
Hutan Tumbal [TAMAT]
HorrorMendapat kabar bahwa nenek dari teman lamanya yang tinggal di hutan telah meninggal dunia, mereka pergi untuk menjenguk keadaan keluarganya, namun setelah kesana ternyata mendapat kabar kebali bahwa tak ada keluarga teman lamanya. bagaimana kelanju...