8. RIP Ari

3.8K 212 5
                                    

Mereka terus berjalan dan mencari buah-buahan untuk mereka makan, namun mereka belum juga menemukannya, perut mereka sudah sangat kelaparan, makanan dan minuman persediaan mereka juga sudah habis, tenaga mereka sudah mulai berkurang dan membuat tubuh mereka menjadi lemas.

"Fan, nih jalan keluarnya kemana sih?" tanya Ari yang sudah mulai kesal.

"Gua nggak tau Ri," jawab Irfan pasrah.

"Ah! Bisa gila kalau gua terus ada disini!" teriak Rika meluapkan kekesalannya.

"Jangan jadi Tarzan deh, lo diam aja," kata Kelvin ketus.

Setelah beberapa lama mereka berjalan, mereka beristirahat dahulu di bawah pohon yang besar dan merebahkan tubuh mereka disana.

"Jes? Lo sakit?" tanya Irfan memberikan perhatiannya kepada Jessica.

"Nggak kok," jawab Jessica sambil tersenyum kaku.

"Jes, coba deh lo telpon tim SAR, lo bilang kalau kita tersesat di hutan ini supaya mereka bisa langsung mencari kita," kata Ari memberikan ide kepada Jessica.

"Emang lo liat waktu pertama kali kita kesini tuh ada pos tim SAR? Nggak ada kan?" kata Rika jutek.

"Iya juga sih..." jawab jawab Ari ragu-ragu.

"Disini juga masih nggak ada sinyal," kata Kelvin yang sedang berdiri mencari sinyal.

"Yaudah kita mati kelaparan disini," kata Rika dengan santai.

"Jangan asal ngomong," kata Irfan memperingatkan Rika.

"Emang benar kan?" jawab Rika sedikit jutek.

"Lo bisa diam gak? Kalau nggak, lo lebih baik pergi dari sini deh, nggak usah dekat-dekat kita lagi," kata Kelvin kesal.

Keheningan terjadi di antara mereka setelah perdebatan panjang dari mereka, hutan yang sangat lebat, minimnya cahaya matahari bisa masuk ke dalam sela-sela pohon, hanya ada kepasrahan dari diri mereka, mereka sudah pasrah jika memang harus meninggal di tempat ini.

"Fan.." panggil Jessica sedikit gemetar.

"Ya?"

"Penari yang dulu di bawah pohon itu siapa Fan?" tanya Jessica dengan mata yang berkaca-kaca.

"Penari? Ah lo mimpi doang Jes," jawab Irfan menyembunyikan kebenarannya dari Jessica.

"Gua nggak mimpi Fan! Gua ingat banget sama miss K yang brengsek itu! Itu tuh nyata dan bukan mimpi!" kekeh Jessica.

Irfan hanya diam dan tidak menjawab ucapan Jessica.

"Itu beneran kan Fan?" tanya Jessica berusaha meyakinkan dirinya.

"Jawab gua Fan!" kata Jessica yang terus mendesak Irfan.

"Lo bisa diam gak sih? Kalau dia nggak mau ngomong ya biarin aja! Jangan bisanya maksain orang!" kata Rika sedikit emosi.

"Eh, julid banget sih lo, mending lo pergi sana," kata Ari yang memarahi Rika.

"Lagian teman lo tuh, bawel banget," kata Rika kemudian memutarkan bola matanya keatas.

"Udah lah, jangan pada ribut, kalau ribut terus yang ada nggak akan menyelesaikan masalah ini, kita harus nyatu, kita harus bisa nyari jalan keluar bersama-sama," kata Kelvin sebagai penengah.

"Widih... tumben lo bijak Vin, kesurupan apa lo?" tanya Ari sambil tertawa.

"Apasih," jawab Kelvin dengan jutek.

Setelah beberapa lama mereka berjalan, mereka memutuskan untuk beristirahat dibawah pohon yang besar. Ari menyandarkan tubuhnya dibatang pohon yang besar itu, dia terkejut saat sesuatu telah menusuknya, Ari merintih kesakitan saat melihat sebuah tombak telah menembus dari punggungnya.

Arrgghhh...

Mereka langsung melirik ke arah Ari, mereka terkejut saat melihat kondisi Ari saat ini.

"Ri!! Lo kenapa Ri!!!" kata Rika panik.

"Udah tau gua ketusuk tombak, arghh.. masih aja lo tanya," kata Ari yang masih merintih kesakitan.

Mereka berusaha melepaskan tombak itu dari tubuh Ari. Tombak berhasil lepas, namun nyawa Ari tidak bisa tertolong, Ari telah menghembuskan napas terakhirnya. Darah terus bercucuran dari tubuh Ari, mereka terus menangis karena tidak menyangka bahwa Ari akan pergi secepat ini. Dari kejauhan, Irfan melihat seseorang yang sepertinya sedang tersenyum mengerikan, dengan sigap Irfan langsung menyuruh teman-temannya untuk pergi dari tempat itu.

"Kita harus pergi dari sini," perintah Irfan dengan tegas.

"Lo gila! Ari gimana hah!" bentak Kelvin kepada Irfan.

"Kita harus pergi sekarang! Ari biarin aja disini," jawab Irfan membalas bentakan Kelvin.

"Egois lo," kata Kelvin tajam.

"Kalau gua egois pasti gua bakal nyelamatin diri gua sendiri, kita harus pergi sebelum banyak yang jadi korbannya lagi," jawab Irfan dengan tajam.

Mereka pergi meninggalkan Ari walaupun sebenarnya mereka tidak tega meninggalkan Ari sendirian di dalam hutan. Mereka terus berlari menjauh dari tempat itu. Setelah beberapa lama, mereka berhenti kembali, mereka kembali beristirahat dan memastikan bahwa tidak ada hal apapun yang membahayakan lagi. Mereka masih bingung karena dipohon itu tiba-tiba ada tombak seperti siap menancap, mereka memeriksa kembali disekitar mereka supaya tidak terjadi hal-hal yang membahayakan lagi.

Pasrah, mereka sudah pasrah dengan kehidupan mereka selanjutnya. Hari mulai malam, mereka mulai mendirikan tenda dan berharap besok ada keajaiban, mereka berharap bahwa besok mereka bisa keluar dari hutan ini. Kelvin terus saja diam, entah apa yang sedang dipikirkan oleh Kelvin, yang pastinya mereka yakin bahwa Kelvin sedang putus asa karena masih saja belum keluar dari hutan ini.

"Gua nyerah," gumam Kelvin dengan raut wajah yang pasrah.

Dia terus saja duduk diluar tenda dan menatap langit yang telah tertutup oleh lebatnya pepohonan.

_________________________________________

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?

TERUS BACA 'HUTAN TUMBAL' JANGAN LUPA VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

OH YA KALAU KALIAN INGIN BERKOMENTAR SILAHKAN KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

NB : DIMOHON UNTUK TIDAK MENYALIN CERITA MILIK SAYA!

Terima Kasih

Salam

Desi Syafitri

Hutan Tumbal [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang