Bagian 16

119 4 0
                                    

"mamamu kenapa qissa....?"

"oh..tak ada apa apa dengan mamaku kog, iya tak terjadi apa-apa!" jawab Qissa dengan suara meredup

    Aku merasa ada yang sedikit berubah dari raut wajah Qissa setelah aku tanya mamanya. Serasa dia tekena petir yang menghujamnya. Akupun tak meneruskan pertanyaanku selanjutnya, ku tak ingin pertanyaanku menjadikan pandanganya berubah terhadapku. Dan mungkin dia akan membenciku jika aku tetap mempertanyakan perihal mamanya. Tak beberapa setelah itu bel masuk kelas pun berbunyi. Namun kali ini yang masuk adalah kakak kelas yang semuanya adalah anak lelaki. Seketika kelaspun menjadi gaduh, karena memang kakak kelas ini adalah kakaka kelas laki laki terpopuler di sekolah. namun tidak untuk anak laki laki di kelasku yang memasang muka cuek dan datar. Seakan akan ingin segera melahap dan melenyapkan kakak kelas itu.

"pagi adek adek!" salam kakak kelas bertubuh cungkring, berkulit putih, berambut keriwil, dan mancung

"pagii kak..!" jawab serentak

"gini dek kami kakak kelas dari klub...!" belum sempat kakak itu melanjutkan perkataanya, di arah pintu ada kakak kelas yang memotong pembicaraan.

"maaf aku terlambat...!" kata kakak kelas itu dengan nada cueknya, dan langsung nyelonong masuk.

"oh kau Fiq...! Oke adek adek lanjut lagi ya... gini kami dari ekstrakulikuler Jurnalistik akan megadakan open recuitmen anggota baru! Apakah ada yang minat?"

"kak ekstrakulikuler jurnalistik itu apa ya?" tanya Qissa dengan wajah penasaran

Aku Bukan Siapa-SiapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang