Bagian 9

679 10 0
                                    

"Mengapa kamu menagis lagi untuk dia!bukankah kamu itu sudah berjanji untuk menemuinya dengan kegembiraan yang akan kamu buat agar dia kembali tersenyum!"

"tapi kak kaluk dia..."kakakku pun memotong pembicaraan yang aku ucapkan.

"apakah kau ini sahabat baiknya?jika kamu memang sahabat baiknya tentu ia takkan pernah mengecewakan sahabatnya degan kekonyolan yang melukai hati!"

      Mulai kembali aku mencerna kata kata kakakku.Memang benar apa yang di katakkan kakakku tapi apakah aku mampu.Kembali aku mencoba menumbuhkan kekepercayaanku itu pada seorang sahabat.Hingga akhirnya akupun mencoba kuat menghadapinya. Akhirnya aku memegang gagang pintu itu dan membukanya perlahan melihat seorang yang berbaring di tempat tidur rumah sakit seketika tubuhku ini lemas seperti tenaga ini langsung terserap semuanya.Hingga menimbulkan rasa yang sangat perih pada hati ini yang perlahan menyayat hati. Kupeluk dirinya tanpa ada aba aba, tangisan membasahi pipi sendu suara tangisanku terisak isak hingga membuat diriku sulit bernafas.Mulutnya yang pucat pun bergetar seperti ada yang ingin dia sampaikan padaku. Aku menoleh padanya dengan perasaan bersalah ku coba untuk berbicara padanya.

"keny! Maaf ya selama ini aku tidak memperhatikanmu ka..." keny pun memotong ucapanku

"Sssstt...tak apa An yang penting kamu sudah datang hari ini!aku pun sudah sangat bahagia melihatmu datang disini untuk memenuhi permintaanku! Mungkin ini akan menjadi akhir dari pertemuan kita....ku harap kau tetap bahagia meski aku nanti telah pergi...!" jawab keny dengan wajah pucatnya yang mencoba memberikan senyum kepadaku dan mungkin senyuman terakhirnya padaku.

     Perpisahan kita pun di iringi oleh senyum dan air mata. walau tak ingin aku mengungkapkan rasa kesedihanku tapi air mata ini tak bisa ku hindari untuk menetes. perlahan dan merubah senyumanku menjadi tangisan pilu tanpa suara.Halauan dokter kepadaku untuk keluar ruangan agar ia dapat memeriksa sahabatku menjadikan sebuah pintu perpisahan bagi kita.Detik demi detik perlahan berlalu tak ada yang tersenyum kecuali menerima kepasrahan dari yang maha kuasa.

     Ku rasakan ada yang sedikit berbeda suasana yang sebelumnya dengan suasana yang sekarang. Kini suasana itu lebih tentram dan damai namun saat dokter menyatakan pernyataan betapa hatiku serasa seperti kapal yang pecah dihantam badai. Keny telah pergi untuk selamanya pergi meningalkanku untuk kembali kepangkuan sang maha pencipta. Sesal dalam hatiku karena telah lama akau mengabaikan permintaanya dan sekarang ketika aku bertemu denganya dia telah pergi untuk selamanya. Bahkan pertemuanku pun sangat singkat sekali bahkan setengah jam pun tidak penuh. Ku coba untuk menahan air mataku ini, sehingga mataku memerah Karena terlalu ingin ku teteskan air mataku ini tapi aku malu pada orang tua Keny. Aku telah lama mengabaikan sahabatku ini dan sekarang aku menagisinya ketika ia pergi jauh dariku. Aku kini bingung apakah aku harus menangis atau justru terdiam aku bimbang dalam dua pilihan ini. Kemudian keny pun dikuburkan di pemakaman didekat rumahnya akupun ikut menyaksikan dan mengiringi kepergian keny untuk selamanya dan terakhir kalinya aku menndampinginya disisisnya. Setelah hari ini berlalu hari mulai menjingga ku lihat matahari mulai tenggelam yang mungkin ditelan oleh kesedihan hari ini. Sebelum kami pulang aku dan kakakku berpamitan degan keluarganya keny. Dengan wajah yang sangat sedih namun mencoba untuk terseyum. Ibunya keny mengucapkan terimakasih kepadaku karena telah sudi datang untuk menjenguk keny dan mengantarkanya ke pemakamanya untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu aku dan kakakku pun pergi untuk pulang. Sesampainya aku di rumah aku langsung dududk dikursi depan rumahku. Kakakku pun menghampiriku dengan membawakanku segelas air putih dingin.

Aku Bukan Siapa-SiapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang