4 - Kejutan

58 6 0
                                    

Pada sisi  jalan yang bising kita bertemu

Diatas trotoar usang berdebu

Tak ada senyum

Tapi kenapa namamu lebih lekat

Daripada hiruk pikuk malam itu?

---------

Zavian Re Zana.

Cowok yang kemana-mana selalu pake motor gede berwarna hitam dengan kecepatan di atas rata-rata. Umurnya 21 tahun dan kuliah bisnis di universitas swasta, papa dan mamanya adalah pengusaha sukses yang menuntutnya harus melanjutkan apa yang telah mereka mulai. Sebagai anak satu-satunya Zavian tidak bisa menolak, dia hanya mengikuti apa yang tersedia, dia terpaksa merasa cukup dengan apa yang ditakdirkan semesta.
Kalau dia ditanya “Cita-cita lo apa?”, Zavian akan menjawab “Gak punya, gue bahkan gak ngerti cita-cita itu apa.” Dia hidup sesuai aturan orangtuanya, termasuk sekolah, keseharian, bahkan masa depan. Zavian tidak diizinkan berekspetasi dan bermimpi, dia sibuk menerima realita bahwa hidupnya tidak punya kejutan apa-apa. Dia menghadapi hari esok yang sama dengan hari sebelumnya ; Kuliah, ke kantor ayahnya, membaca setumpuk buku bisnis dan menemani ayahnya ke acara pengusaha-pengusaha besar. Sampai malam itu, semesta memberikan sebuah kejutan yang bahkan persis kebetulan.
Kiona Dea. Seorang gadis bumi yang menyayat hati penduduk lainnya dengan puisi tentang Sang Langit.
Disamping bacaan tentang bisnis yang dari papanya, Zavian suka baca majalah teenstory. Puisi-puisi Kiona adalah bacaan faforitnya. Dia bahkan tidak pernah jatuh cinta tapi Zavian bisa merasakan ketulusan yang disampaikan kiona, dia bisa larut dalam makna pada bait bait puisi itu. Zavian bahkan kagum ada yang bisa mencintai sedalam itu saat seharusnya dia bisa memaki kesal karena orang yang dicintai tidak menganggapnya ada.

Sekitar dua minggu setelah pertemuan Kiona dan zavian. Hari ini di kafe Aeris, Zavian menangkap sosok itu lagi, matanya serius melihat kearah laptop dengan beberapa buku berserakan di atas meja seperti beberapa meja lainnya di kafe ini.
Lagi ngerjain tugas kayaknya. Pikir Zavian.

Lama zavian memperhatikannya tapi Kiona masih serius dengan tumpukan buku di hadapannya, tugas analisis karya sastra klasik yang tebalnya kebangetan ini menguras perhatian Kiona sudah lebih dari dua jam. Ketika melihat Kiona sudah mulai membereskan bukunya Zavian langsung menghampiri dan duduk di kursi yang kosong karena Kiona duduk sendirian.

“Kita ketemu lagi, Kiona.” Ujar Zavian sambil tersenyum. Dirinya bahkan tidak sadar kalau senyumnya sekarang terlihat bahagia. Sangat bahagia. Sedang Kiona sudah terlalu terkejut untuk merespon perkataan Zavian.

“Masih ingat gue kan?” Tanya Zavian lanjut karena tidak mendapat respon dari lawan bicaranya.

“Oh iya ingat kok, Zavian kan?” setelah sadar dari keterkejutannya, Kiona kembali membereskaan buku-buku yang tertunda karena kedatangan Zavian.

“Mau balik ya? Gue anter yuk.” Zavian menawarkan diri untuk mengantar pulang gadis yang baru ditemuinya sekali dua minggu lalu.
Nih cowok stress ya?kira-kira begitu arti tatapan Kiona ketika mendengar tawaran Zavian sebelum Kiona berniat menolak tawaran itu Aeris menghampiri keduanya.

“Udah mau balik Kio?” suara Aeris mendapat atensi dari dua manusia di hadapannya.

“Lah, Aeris Rea? Lo tau gue kan, gue Zavian temen sekelas lo.” Zavian semakin bersemangat melihat teman sekelasnya disini sedangkan Aeris sudah memutar bola matanya, malas.

“Lo ngapain disini?” tanya Aeris.

“mau nganterin temen lo pulang, kasihan udah malam. Gue kenal dia dua minggu lalu di sini tapi kayaknya dia takut sama gue.” Curhat Zavian.

Aeris yang melihat kesungguhan dari mata Zavian dan melihat waktu yang sudah larut Aeris akhirnya membujuk Kiona untuk menerima tawaran itu.

“Pulangnya diantar dia aja, dia orang baik kok. Gue gak bisa nganter nih.” Setelah Kiona mengiyakan rasanya Zavian akan terus tersenyum sepanjang malam ini. Karena tidak bisa lagi menolak kalau yang memintanya adalah Aeris, Kiona akhirnya diantar pulang oleh cowok yang dianggapnya stress beberapa saat yang lalu.

Deru motor Zavian berhenti disebuah rumah minimalis yang sederhana, Kiona turun dan melepaskan helm Aeris yang tadi sempat dia pinjam.

“makasih udah dianterin.”

“Oh jadi rumah lo disini.” Daripada menjawab sama-sama, Zavian malah melihat rumah Kiona memastikan bahwa dia hafal dengan baik arah kesini.

“Oke, gue balik ya. Tapi ngomong-ngomong besok hari senin berangkat bareng gue gimana, kita kan sekampus cuma beda jurusan doang.” Mendengar kalimat itu Kiona semakin tidak percaya dengan cowok yang sedang menatapnya, ini beneran orang baik seperti yang dikatakan Aeris?.

“Gue masuk pagi, jadi mending berangkat sendiri.”

“samaan dong, besok gue jemput sebelum jam 8 ya.” Zavian memakai helmnya dan berlalu meninggalkan Kiona yang masih membeku di tempat.

“Sampai ketemu besok.” Sebernanya Zavian tidak masuk pagi di hari senin, tapi itu hanya dalih agar bisa berangkat bersama Kiona besok.
Mungkin ini kejutan terbaik dari semesta.

Kiona Dea masuk ke dunianya.

Sementara itu, saat Kiona baru saja melepas lelah dengan berbaring di atas kasurnya. Sebuah pesan masuk kedalam HPnya.

Altair : Lo dimana? Ke lapangan depan bisa gak?

Ternyata kejutan semesta untuk Kiona lebih sederhana.
Altair masih belum terlalu jauh dari sekitarnya, dia masih bagian dari dunia Kiona.

----------

Sang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang