Kepada jiwa-jiwa terluka.
Ini untuk kalian.Altair
Manusia kadang suka sama hal yang disukai sama orang yang disayanginya. Kayak mama yang suka musik dan gue pun ikut menyukainya. Alasannya klasik, karena mama suka.
Dulu, kebersamaan sederhana dibawa oleh musik. Suara piano ruang tengah selalu membawa damai, lantunan lantunan nada itu masih teringat jelas. Lewat tangan hangat perempuan penuh kasih sayang.
Mama.
Piano itu letaknya tetap sama. Hanya saja tak pernah dimainkan lagi hingga sedikit berdebu. Menggores luka yang gue punya lebih dalam lagi. Kehilangan itu masih terasa, tapi gue tetap jaga sosok mama dengan mencintai musik hingga sekarang.
Bedanya adalah Sumber musik mama adalah Papa. Dan musik gue adalah Kiona.
Kata mama, 'mimpi yang diraih dengan kerja keras akan selalu mendapat tempat terbaik. Tanpa sensasi dan hanya perlu lebih berani."
Gue udah ada di tempat terbaik itu, yang sayangnya selalu penuh drama untuk mempertahankan popularitas.
Selalu ada hal-hal yang gue korbankan hanya untuk tetap berada di puncak teratas.Salah satunya adalah Kiona.
Kiona itu suka banget natap langit. Suka nulis. Jam favoritnya adalah jam 3 pagi. Katanya, keheningan pada jam itu istimewa. Membuat dia bisa berpikir walau hal-hal sekecil apapun.
Gue pun sama. Sering banget ngelamun jam 3 pagi, ngikutin kebiasaan Kiona lebih tepatnya. Karena kita sering ngelamun di balkon kamar masing-masing pada jam segitu.
Setelah mama pergi untuk selama-lamanya, gadis itu tak pernah beranjak dari sisi gue. Sampai akhirnya gue yang pergi dan membuat dia jauh. Buat dia ngerasa asing sama gue.Malam-malam tanpa tawa di balkon kamar kita itu bukan hanya sebatas kebiasaan yang hilang, tapi sebuah kehilangan yang mematikan.
Tau rasanya kan? Saat lo cuma bisa natap orang yang lo sayang diam-diam. Sementara lo punya kuasa untuk menghampiri namun lo harus tetap menahan diri.
Iyaa, gue sayang. Sayang banget sama Kiona. Entah bagaimana dengan dia, Tapi gue masih sama. Kalau ada yang nanya, kenapa gue menjauh dan asing kayak gini. Sederhana aja sih, hanya untuk melihatnya tetap bahagia. Itu saja, sudah lebih dari cukup untuk buat dunia gue gak mati.
Tapi.
Gue udah pergi terlalu lama.
Apakah rumah gue tetap berharap gue akan pulang?
Atau telah bahagia dengan tamu yang datang.
Waktu benar-benar bekerja.
Keadaan yang tak lagi sama, lalu manusia mulai berubah?
°°°°
Kiona
Kita kadang tak merasa bagaimana pentingnya hadir seseorang tanpa pernah merasa kehilangan. Jadi, semua terlihat biasa saja. Seumpama kita selalu meminta bantuan kepada orang yang sama, dan orang tersebut selalu membantu. Tanpa sadar ketergantungan tersebut akan muncul lalu saat orang itu menghilang, dia seolah membawa satu kaki kita untuk menompang tubuh tanpa kita sadari.
Lalu dalam satu waktu kita merasa kesepian di tengah keramaian, tapi ternyata kita menyadari ada yang hilang.
Balkon kamar kita masih sama. Bedanya kita tidak lagi bersama untuk tertawa lalu bercerita. Gue masih tetap suka dengan balkon itu, membuat gue lebih fokus nulis dengan menatap inspirasi terbesar gue. Sang Langit.
Gue mungkin gak cukup tangguh untuk menahannya agar tetap sama. Gue melihatnya pergi tanpa pernah bertanya alasannya menjadi asing.
Entah kapan gue bakal tau hal itu. Sebuah alasan yang sebernanya semakin membuat gue takut untuk tau.
Semua yang terjadi punya tujuannya kan? Tapi gue gak tau tujuan ini semua apa?
Apa keadaan ini meminta gue pergi atau menunggu penjelasan sambil mempersiapkan diri. Takut-takut jika hal-hal yang terjadi selanjutnya menikam gue lebih dalam lagi.
Zavian
Pernah gue tanya ke mama. "Mah, jatuh cinta itu rasanya gimana?"
Mama malah jawab tergantung kita jatuh cintanya kepada siapa. Waktu itu gue gak ngerti maksudnya apa. Sampai gue baca puisi-puisi Kiona, gue ngerti.
Jatuh cinta itu bahagia, saat yang kita jatuhi siap menangkap dengan senang hati.
Dan jatuh cinta itu sakit, ketika yang kita cintai tak berniat memberikan hati.
Penjabarannya sederhana. Tapi jika diberi opsi pilihan, semua orang akan memilih jatuh cinta itu bahagia. Lalu kenapa ada yang mengalami jatuh cinta yang begitu menyakiti. Karena rasa bukan kehendak kita. Kalau saja rasa yang membawa luka datang dengan mengetuk pintu, mungkin takkan ada orang-orang yang menyuguhkan tempat berteduh.
°°°°°°°°
Authot's Note
Ini disebut apa ya? Pokoknya lagi pengen nulis yang kaya gini. Jangan lupa votenya guys, komennya juga kalau pada baik hati dan ingin menyenangkan hati amatiran ini.
Cek work aku yang lain jugaa yaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Langit
FanfictionAda yang pernah tanya "kenapa suka mandang langit malam? Cuma ada bintang doang, kenapa gak suka mandang langit saat siang? Warnanya cantik terus terang" Kiona menjawab "karena saat memandang langit malam bersama gelap, aku bisa merasa dekat tanpa...