6 - Hujan Malam

63 4 0
                                    

Menciptakan kenangan tidak sulit

Melupakannya yang tidak mungkin

Itulah kenapa untuk beberapa orang

Jatuh cinta itu melelahkan.

----------

Hujan lebat menguyur kota Jakarta tanpa aba-aba, orang-orang yang tidak punya persiapan menyambut hujan berlarian menghindari rintiknya yang memeluk bumi. Beberapa pengendara motor menepi di halte, emperan toko atau bangunan lainnya yang bisa melindungi mereka dari basah kuyup. Waktu belum terlalu malam, masih sekitar jam 7 ketika Kiona berlarian keluar dari gerbang kampusnya dan menghampiri taksi online yang sudah dia pesan. Taksi tersebut melaju membelah ramai kota karena jam pulang kerja di kota Jakarta, belum lagi dengan hujan yang menemani malam.

Kiona tidak suka hujan di malam hari. Menakutkan menurutnya. Dari jendel taksi, Kiona tertampar dengan rintik hujan itu. Mengundang kenangan menjadi film yang diputar kembali di ingatannya.

***

“Al, hujaaan.” Suara Kiona naik beberapa oktaf ketika mendapati sosok Altair duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Hujan baru saja turun, dari gerimis kecil hingga akhirnya semakin deras membuat Kiona berlarian ke rumah Altair, karena Orangtua Kiona baru sampai rumah sekitar satu jam lagi.

“Hujan doang Kio, bukan tsunami.” Altair memindahkan gitar dari pangkuannya.

“Tapi bunyinya pas kena atap rumah itu kayak tsunami.” Racau Kiona

“Bego dasar.” Altair menoyor kepala Kiona pelan hingga membuat kiona mendelik ke arahnya sebal.
Altair memakaikan headphone miliknya kepada Kiona, sebuah lagu mengalun lembut disana ‘say you won’t let go’ nya James Arthur terdengar membuat Kiona tersenyum. Suara deras hujan sedikit tersamarkan. Waktu itu Kiona berpikir selama ada Altair tak ada yang perlu dia khawatirkan, hanya saja Kiona belum paham kalau waktu berjalan, keadaan tidak bisa dipaksa terus sejalan.

“kenapa hujannya deras banget?” Kiona bertanya, sedang Altair di sampingnya yang memainkan gitar terlihat berpikir sebentar.

“Langit udah cape menaungi bumi kali.” Ujarnya.

***

Kiona tersenyum nanar setelah film kenangan di ingatannya selesai diputar. Hujan masih saja deras bersamaan dengan Kiona yang mengambil sebuah buku dari dalam tasnya, lalu menuliskan sesuatu disana.

Wahai sang langit

Masih bersediakah kau menaungi bumi?
Suara hujanmu membelah sunyi
Membuat beberapa penduduk bumi
Memilih bersembunyi
Takut mendengar rintik hujanmu malam ini.

Aku mohon

Jangan berpikir untuk berhenti
Menaungi bumi
Semua penduduk butuh kamu untuk melewati hari.

***

Hari ini adalah masa terburuk bagi seorang Altair Putra Angkasa. Sesaat setelah keluar dari tempatnya manggung siang ini, serbuan wartawan yang haus akan berita langsung menyapanya. Altair langsung diserbu ribuan pertanyaan yang semuanya tidak dia jawab, karena begitulah scenario dari sutradara terhebat – Ibu Laras. Altair hanya butuh bungkam sampai saatnya Ibu Laras sendiri yang turun tangan dan menenangkan mereka-mereka yang menuntut penjelasan, termasuk para penggemarnya.
Manager Altair berusaha menuntun Altair menerobos para wartawan dan beralasan bahwa Altair memiliki jadwal selanjutnya jadi dia belum bisa meladeni pertanyaan yang langsung disambut riuh kekecewaan.

Altair ini musisi, bukan pemain film. Kenapa terjebak di drama yang dia benci,hal ini lebih melelahkan dari manggung, Altair bahkan tak bisa memejam mata walau sebentar terlalu banyak yang mampir ke pikirannya. Apakah Kiona sudah tau berita ini?

Hujan malam ini membuat dirinya semakin terluka, matanya menatap ke luar jendela. Sepinya altair terlalu ramai, kosong dalam dirinya terlalu jelas. Ia tinggalkan kepada seseorang yang sedang melakukan hal yang sama di taksi yang dinaikinya. Hujan senang sekali mengundang kenangan, yang makin menyiksa karena lebur bersama malam, penduduk bumi ada yang tersedu saat hujan memeluk bumi. Perasaan itu rumit, bukan?.

Altair tidak langsung pulang kerumahnya, dia mampir ke Galaxy management. Ketika Altair membuka ruangan terlihat Laras membereskan beberapa map di meja yang kemudian menyadari kedatangan Altair.

“Kerja bagus hari ini nak.” Ujar Laras dengan nada bangga.

“Drama anda busuk.” Altair bersuara.

“Setidaknya saya tau bagaimana mempertahankan hal-hal yang memang harus dipertahankan.”

Altair langsung berbalik pergi, menutup pintu setengah membantingnya. Percuma berbicara dengan orang yang hanya memikirkan uang.

Altair menguatkan dirinya.

“Sang langit tak boleh runtuh.” Ujarnya dalam hati, meyakinkan diri sekali lagi.

***
Sang Langit
Birumu saat siang mengundang cinta
Aku mencinta gelapmu yang meneduhkan jiwa.

Sang langit
Aku gadis bumi
Berharap kau kenali diri ini
Bisakah cerita tentang keadaanmu di atas sana?
Beri pertanda semacam bintang jatuh
Atau hujan malam yang pilu
Biar aku tau
Kamu baik-baik saja
Atau sedang terluka tanpa suara.

(Gadis bumi)

----------

Sang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang