Hari ini kita teman
Kuharap esok lusa bisa lebih
Kemarin asaku masih tinggi
Hari ini, kuminta asaku sadar diri
Sebab dia sudah terlalu jauh
Dan realita tak bisa lagi menopangnya.
----------
Orang bilang kita akan terbiasa dengan luka jika terus merasakannya. Kiona kira ketika dirinya diam dan berusaha tidak peduli, jarak dia dan Altair tidak akan menjadi masalah. Kiona mencoba meyakinkan diri bahwa keadaan harus berubah pada waktunya, tapi tidak semua suka perubahan. Kiona salah satunya. Hanya saja disini yang berubah bukan dia, tapi Altair Putra Angkasa.
Di pagi hari dalam bus kota yang melaju di jalanan ibu kota, Kiona memakai headset dan membaca buku dengan tujuan membunuh kebosanannya hingga tiba di kampus. Samar-samar dia mendengar percakapan dua orang gadis remaja di sampingnya yang mengoceh sambil terus melihat handphone mereka.
“Gila beneran ini, mereka udah jadian?” seru si cewek yang melihat kearah handphone.
“Belum tau juga, Managementnya belum konfirmasi sih.” Balas lawan bicara si cewek tadi sambil menarik handphonennya kembali.
“Aduh, Altair udah gak jomblo lagi deh. Kalau ini beneran sejuta umat bakal patah hati.”
Deg.Ingin sekali Kiona tidak mendengar apa-apa hari itu, harusnya ia fokus saja dengan bacaan yang sekarang sudah tidak menarik lagi. Harusnya dia menikmati lagu dari headsetnya yang sekarang melodi lagunya tak lagi terdengar indah. Pagi ini dengan cepat Kiona sadar, tentang Altair tak pernah menjadi biasa untuk dirinya.
Kampus sudah ramai ketika Kiona memasuki gerbangnya, sepanjang lorong pun sudah ramai dan sepanjang lorong itu pula Kiona mendengar nama Altair disebut beberapa kali oleh perempuan-perempuan di kampusnya. Setelah sampai di dalam kelas pun Kiona duduk dalam diam, bahkan seorang teman di sampingnya yang bernama Nadia tidak dia hiraukan walau Nadia bercerita penuh semangat tentang perasaannya setelah membaca Puisi Kiona yang terbaru di majalah Teenstory.
Setelah mengumpulkan keberanian, Kiona akhirnya melihat artikel itu dengan tulisan hitam tebal dan terpampang jelas walaupun belum ada konfirmasi yang membenarkan berita itu tapi foto-foto mereka cukup membungkam Kiona.
Altair Putra Angkasa dan Akira Lalisa dikabarkan menjalani hubungan.
Dunia kiona serasa runtuh.
Mungkin mulai malam ini, walau langit berubah menjadi gelap Dia akan memilih menunduk saja seperti yang di lakukan saat siang. Karena jaraknya dengan Altair terus melebar. Menampakkan jurang yang siap melahap jika berani melompat.
Langitnya tidak lagi sama.
***
Akira Lalisa. Penyanyi perempuan yang popularitasnya hampir sebanding dengan Altair. Kemampuan vocalnya luar biasa, pernah menjadi rekan duet Altair beberapa waktu lalu. Banyak yang beranggapan chemistry mereka cocok dan mendoakan mereka menjadi sepasang kekasih. Hal ini dilihat sebagai kesempatan Ibu Laras agar membuat anak tirinya tetap berada di permukaan, agar Altair tidak dibawa arus lalu tenggelam. Dia menyuruh sekretarisnya untuk mengirim beberapa foto Altair dan Akira yang sebernanya di ambil saat mereka bertemu untuk membicarakan kerja sama duet mereka. Tapi penjelasan artikel dan kesimpulan public sesuai dengan permainan Laras, keduanya dirumorkan menjalani hubungan.Altair bertemu dengan Akira saat keluar dari ruangan Laras pagi ini, Akira melempar senyum lebar tapi hanya ditanggapi senyum kecil oleh Altair, dirinya tidak pernah merasa akrab dengan Akira. Mereka hanya sebatas rekan duet, tidak ada pembicaraan intens saat mereka bertemu sebelumnya.
“Hai Al. long time no see” akira menyapa.Altair berhenti, menatap Akira tajam.
“Lo tau ini hanya kebohongan, tapi kenapa lo mau ikut drama kayak gini?” Altair bertanya tegas.
Senyum manis Akira muncul lagi, senyum yang membuatnya dikagumi banyak orang.
“pertama, gue dapat keuntungan. Nama gue makin meroket kalau punya rumor sama lo, kedua, kita jalanin ini gak pake perasaan jadi jangan terbeban”
Tanpa merespon lebih jauh, altair memilih berjalan pergi karena dia punya jadwal manggung pagi ini. Dalam batinnya Altair tertawa sarkatis.
“Semua orang pandai memalsukan diri rupanya.” Lalu tersenyum meremehkan.
***
Rooftop kampus sepi menjadi tempat yang dipilih Kiona untuk menenangkan diri. hari sudah sore, sinar matahari bisa bersahabat. Seharian ini dirinya terus menahan air mata, berusaha fokus dengan materi yang diajarkan dosen, mencoba mengalihkan pikiran dengan membaca buku, tapi semua serasa sia-sia saja. Altair menempati terlalu banyak tempat di hati dan pikiran Kiona. Mungkin saja tempat untuk dirinya sendiri saja sudah tidak ada, karena itu dia begitu terluka karena Altair namun masih tetap cinta.
Kiona sadar konsekuensi mencintai langit saat dia hanya gadis bumi yang tak terlihat. Langit tak pernah turun ke bumi, langit tidak pernah runtuh hanya untuk melihat isi bumi. Semakin Kiona menatap langit yang dipenuhi warna orange senja air matanya terus mengalir sampai sebuah tissue muncul di hadapannya, bersamaan dengan sebuah tangan yang mengulurkan tissue tersebut.
“Ngapain sih sedih di tempat tinggi kayak gini, gimana kalau lo gak kuat lagi dan milih bunuh diri.”
Zavian. Ya, Zavian.Kiona mengambil tissue tersebut dan mengelap air matanya.
“Ngapain lo disini?” Tanya Kiona
“Hampir setiap sore gue mampir disini dulu sebelum balik ke rumah, mengantar senja dan melihat hiruk pikuk kota.”
Ternyata Kiona yang baru tau tempat ini, karena didorong rasa sedih yang membutuhkan tempat sepi jadi dia melangkah saja dan berakhir di sini.
“Gue kan udah bilang hari ini berangkat kampusnya bareng gue, kok lo berangkat duluan sih. Gue ke rumah lo tadi pagi.”
Mendengar kalimat Zavian mata Kiona terbelalak kaget. Astaga, dia lupa kalau Zavian akan mengantarnya hari ini.
“Sorry, Gue lupa tadi.”
Zavian hanya menanggapinya dengan merengut sebal.“balik yuk.” Kiona sudah berdiri dan mengajak sosok di hadapannya yang tengah melihat kea rah kota.
“Bentar dulu, duduk sini deh Kio. Lihat senja pergi, lihat langit dipenuhi bintang, lihat kota yang semakin ramai.”
Kiona menurut dan mengikuti arah pandang Zavian. Bersamaan dengan matahari terbenam, Kata-kata Zavian menyadarkan Kiona bahwa sebelum Zavian datang dia sedang menangisi seseorang yang dulu adalah bahagianya.
“Kio, aku gak tau kamu sedih karena apa. Aku juga nggak mau nanya-nanya alasannya, tapi kalau kamu sedih. Cari aku. Aku gak keberatan digangguin kamu kok.”
----------
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Langit
FanfictionAda yang pernah tanya "kenapa suka mandang langit malam? Cuma ada bintang doang, kenapa gak suka mandang langit saat siang? Warnanya cantik terus terang" Kiona menjawab "karena saat memandang langit malam bersama gelap, aku bisa merasa dekat tanpa...