01

26 4 0
                                    

Seperti pagi biasanya, Edrea tengah duduk di meja makannya bersama kedua orang tua dan adik lelakinya. Sebelum memulai aktifitas, keluarga Vellonsha memang terbiasa untuk sarapan bersama.
"kak, hari ini pulang jam berapa?"
Suara Tiara Edrea tiba-tiba memecah keheningan.

"sore palingan ma, soalnya jadwalnya padet dan dosennya rajin-rajin" jawab Edrea setelah menelan roti bakarnya.

"kalau begitu nanti kalo kamu udah beres kuliahnya hubungin papa, biar nanti papa jemput" Sambung Glend.

"iya" jawab Edrea sesingkat mungkin.

Terkadang ia bingung, dulu pas awal masuk kuliah, mamahnya memarahi Edrea karena ia pulang malam. Waktu itu jam 9 malam, Edrea tiba di rumah sendirian. Dan begitu sampai ia langsung mendapat omelan sadis dari mamahnya. Bukan omelan berisi kekhawatiran seperti orang tua pada umumnya yang mendapati anak gadisnya pulang malam dan berjalan sendirian dari depan kompleks. Tapi omelan berupa ancaman yang menyebutkan bahwa Edrea kini sudah dewasa dan tidak tidak boleh menyusakan orang tuanya lagi.

Meskipun ia pulang malam, ataupun hujan badai, dilarang menyusahkan siapapun, dilarang meminta jemput karena  mama bilang 'kami sudah lelah, kamu selalu menyusahkan kami sejak dulu'. Kata-kata itulah yang selalu terngiang di kepala Edrea sampai saat ini.

Entah apa maksud dari perkataan mamanya malam itu, Edrea hanya berpikir bahwa memang benar dulu Edrea sering menyusahkan orang tuanya karena ia sangat lemah sehingga mudah sakit. Yah mungkin karena itu pikir Edrea.

Keluarga Edrea cukup kaya, tapi ia tidak diperbolehkan membawa kendaraan kemana pun Edrea pergi dan tidak ada supir pribadi untuknya. Edrea pun tak suka naik taksi atau pun ojeg karena menurutnya terlalu canggung jika hanya berdua dengan supir taksi atau tukang ojek. Ia lebih senang naik angkot yang menurutnya tidak menciptakan kecanggungan.

Oleh sebab itu ketika Edrea pulang ia harus berjalan dari depan kompleks menuju ke rumahnya karena tentu saja rumah Edrea tidak dilewati angkot.

Beruntung rumahnya hanya terletak di Blok B yang tidak terlalu jauh dari pintu kompleks. Sejak SD pun Edrea tidak pernah manja dan meminta diantar jemput oleh kedua orang tuanya. Edrea sadar, kedua orang tuanya memang sibuk jadi ia harus mandiri. Toh meskipun masih kecil Edrea juga bisa pulang sendiri karena letak sekolahnya tak jauh dari rumahnya. Begitu seterusnya sampai ia lulus SMA pun tak pernah meminta untuk diantar jemput.

Hingga pada saat kuliah Edrea meminta untuk nge kost karena jarak kampusnya memang jauh dari rumahnya. Namun orang tua nya tidak menyetujui hal itu dan menawarkan Edrea akan diantar jemput. Tapi tawaran itu hanya dusta belaka. Edrea tetap saja tidak diantar jemput meskipun ia pulang malam bahkan malah mendapat omelan sadis dari mamahnya.

'kejam' batin Edrea setelah mengingat omelan mamahnya malam itu.
Setelah menghabiskan roti bakarnya Edrea langsung berdiri dan pamit pada kedua orang tuanya.

"kamu mau sekalian berangkat gak? Yuk kakak nebeng sampe depan komplek" ujar Edrea pada adiknya Stevan yang masih SMA.
Stevan pun hanya mengangguk setelah berpamitan mereka pun berangkat.

Kampus

Edrea masuk kedalam kelas lalu duduk sambil mendengarkan musik melalui earphone ny. Tiba-tiba aroma maskulin yang akhir-akhir ini ia kagumi tercium begitu dekat.

"ikutan dong dengerin musiknya.."
Suara yang akhir-akhir ini ia rindukan terdengar dan membuat jantung Edrea melompat hingga keluar ruangan.

Tbc

Promise to Our HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang