[11]

38 4 4
                                    

Another Dimension of My School

By : Shalsahazz

Fantacy ; TF

Rate : T

.

Happy Reading

..

'kena kau Rara' ucap Moza dalam hati.

..

Baru saja Rara menoleh ke belakang. Ia merasa ada yang mengikutinya, tapi tidak ada siapapun di sana. Keadaan hutan yang gelap dan kabut yang semakin tebal menyelimuti membuat Rara tidak dapat melihat dengan jelas daerah sekitarnya. Setelah beberapa saat melirik sekitarnya, ia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.

Ia telah berniat melangkahkan kakinya, namun yang terjadi malah tubuhnya kaku tidak dapat digerakkan. Seberapa keras pun otaknya memerintah untuk bergerak, anggota tubuhnya yang lain tetap tidak bisa digerakkan.

"Hai, Ra!" ucap seseorang yang terdengar dari arah belakang tubuhnya. Suara yang cukup familiar bagi Rara sekaligus alasan tubuhnya tidak bisa bergerak.

"Mo- Moza?!" Rara sedikit terkejut sebenarnya, tapi ia cukup pandai menyembunyikannya. Hanya saja karena pergerakannya terkunci, ia jadi susah berbicara.

"Di mana Devi? Kau apakan dia?" Moza langsung saja pada intinya. Yah, dia memang wanita yang tidak suka basa-basi.

"Tenang dulu Moza, aku bahkan masih belum tau apa yang ingin kuperbuat," ucap Rara berterus terang.

"Belum tau katamu?!" ucap Moza berjalan menghadap Rara. Ia menunjukkan matanya yang semakin mengeluarkan sinar merah, membuat Rara meringis kesakitan karena semakin sulit bernapas.

'Ya Tuhan, inikah akhir hidupku? Mati karena sulit bernapas? Gak elit sama sekali! Aku bahkan belum berpamitan sama lucky ...' Rara berucap sendiri di hatinya.

..

Baru saja Rara ingin menutup matanya,tiba-tiba saja tubuh Moza yang ada di hadapannya terhempas dengan kuatnya hingga menabrh pohon dan berakhir terjatuh di rerumputan tak sadarkan diri.

Saat itu juga Rara mendapatkan kembali kuasa atas tubuhnya. Ia terduduk di atas rerumputan dengan lemas sembari meraup pasokan oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam paru-parunya.

"Kau seharusnya bersyukur aku datang tepat waktu," ucap seseorang dari arah depan Rara. Ia menguatkan indra penglihatannya untuk melihat seseorang yang tadi berbicara padanya.

"Langsung aja ke intinya, Ra di mana Devi?" Rara belum menjawab pertanyaannya. Ia lebih memilih untuk menetralkan tubuhnya terlebih dahulu.

"Dia ada di sekitar sini," Rara menjawab setelah beberapa saat ia terdiam menetralkan tubuhnya.

"Apa kau mempermainkanku? Karena aku tidak datang sendiri asal kau tau," dia berjalan mndekati rara dn menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Rara yang masih terduduk di lantai.

"Simpan saja itu dalam pikiranmu, tapi jawab dulu pertanyaanku, kenapa kau menyuruhku membawa Devi?" ucap Rara.

"Nanti kau akan tau, Sekararang bawa dia kesini," Rara yang tadinya duduk kini beranjak untuk berdiri, yang membuat pemuda di hadapannya ikut berdiri.

"Tidak akan sampai kau kasih tau alasannya," ucap Rara menjauhkan diri darinya.

"Dasar keras kepala! Oke aku kasih tau, aku akan membunuhnya," Rara terkejut bukan main, sekaligus tidak mengerti apa alasannya membunuh Devi.

"Apa?! Kau gila ya?! Buat apa kau membunuhnya?!" Rara membentaknya.

"Dia ancaman bagiku! Kekuatannya mengatur ulang waktu, dia bisa aja mengatur ulang waktu dan membuat kalian menang di perang melawan bonekaku," ucapnya dengan suara yang tak kalah tinggi.

"Cih, kau sama aja dengan bonekamu, sama-sama monster Aku kehabisan akal gara-gara kau! Membunuh teman sendiri, huh? Dasar gak punya hati!" ucap Rara masih dengan suara tingginya.

"Kau gak akan mengerti karena kau bukan di posisiku Sepertinya kau juga gak berniat untuk menerima tawaranku, maka dari itu aku akan membunuhmu lebih dulu!" Baru saja ia ingin menggerakkan tangannya, tapi pergerakannya terkunci.

"Kau banyak bicara sekali Roby," Tanpa disangka Moza sudah berdiri dan mengunci pergerakan pemuda bernama Roby itu.

"Ra, tenagaku udah mau habis cepat temui Devi dan suruh dia mengatur ulang waktunya," ucap Moza.

"Monsternya?" Rara tau Roby tidak datang sendiri, ia pasti membawa monster-monster itu bersamanya.

"Monster itu cuma kekuatan, selama pemiliknya gak bisa bergerak, monsternya pun juga gak bisa ngapa-ngapain," ucap Moza engan senyum kemenangannya.

"Cerdas juga... kalau gitu aku duluan, Hati-hati!" Rara langsung beranjak pergi sebelum mendengar jawaban Moza.

Rara berlari membelah kabut di dalam hutan. Sebenarnya ia ragu apa dia mengingat tempat dimana ia menyembunyikan Devi. Kabut malam yang semakin tebal sungguh mempersulit Rara menemukannya, ditambah Devi yang tak kasat mata semakin membuatnya kesulitan.

Untungnya Rara dapat melihat lingkaran yang terukir di tanah. Sudah pasti Devi ada di sana. ia bergegas mendekati lingkaran tersebut dan memasukinya. Seketika terlihat olehnya Devi yang tengah terduduk memeluk kakinya. Kepalanya tertunduk di antara lipatan kakinya.

"Devi, kami membutuhkanmu," ucap Rara yang sudah duduk di depan Devi. Sontak saja Devi langsung mengangkat kepalanya setelah mendengar suara Rara.

"Rara! Apa yang terjadi? Tolong ceritakan dulu!" ucap Devi. Rara pun menceritakan semuanya dengan jelas tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

"Jadi sekarang Moza masih di sana?" tanya Devi.

"Iya, dan dia gak bisa menahan Roby terlalu lama, tenagaku juga terkuras, aku gak bisa membuat Invisibility Shield ini bertahan lebih lama lagi kau harus cepat Devi!" ucap Rara memaksa.

"Oke oke akan aku lakukan," kau tenang dulu ucap Devi.

Devi menutup matanya beberapa saat, lalu membukanya kembali. Kemudian sekelilingnya berubah menjadi galaksi yang menggambarkan setiap potongan-potongan waktu yang telah terjadi. Ia memilih hari di mana Timon, Odilia, dan Nubi masuk ke dunia ini. Hari di mana semua orang telah berkumpul dan tidak ada lagi yang akan masuk ke dunia ini.

Seketika cahaya putih yang sangat terang menyilaukan matanya. Devi menutup matanya karena cahaya itu sangat menyilaukan. Ia hanya bisa berdoa dalam hati, semoga saja pilihannya ini tepat.

'Apa aku memilih waktu yang tepat?'

...

Another Dimension of My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang