[7]

38 5 1
                                    


Another Dimension of My School

By : Shalsahazz

Fantacy ; TF

Rate : T

.

Happy Reading

..

"Ra, lain kali kalau orang melamun jangan dikagetin, bisa kena serangan jantung nanti", Rara menekan kalimat terakhirnya.

"Lagian kau kupanggil gak noleh juga, udah kuylah! Udah gelap tau", Raura menarik tangan Rara berjalan menuju gerbang sekolah kemudian menuntunnya ke ruang kelas.

..

Kembali ke dalam kelas seperti biasa. Beberapa anak yang telah mengetahui kekuatannya mencoba untuk melatihnya sendiri. Seperti Tipen dan Eggy yang memiliki kekuatan Plant Maker. Mereka berdua mencoba untuk mengembangkan kekuatan mereka, siapa tau mereka berdua bisa membuat kebun buah sendiri jadi gak harus susah payah masuk ke dalam hutan untuk mendapatkan makanan.

Ada juga Manda yang memiliki kekuatan Potion Maker. Saat ini dia sedang mencoba membuat sesuatu untuk Vanri supaya bisa meredam kekuatannya. Karena Vanri adalah seorang Breaker, jadi Manda mencoba untuk membuat sarung tangan khusus agar saat dia menyentuh barang, barangnya tidak hancur.

Sedangkan Rara di luar kelas sedang merenung karena saat ini di dalam kelas banyak sekali yang sedang menggunakan kekuatannya. Dia takut mencuri kekuatan orang lain tanpa ia sengaja. Entah ia harus senang atau sedih memiliki kekuatan tersebut.

..

"Hari yang jaga aku sama Brian", seru sang ketua kelas.

"Tapi kan kau udah kemarin My, masa kau lagi sekarang?", ucap Wira.

"Udah gini aja, hari ini biar aku sama David... besok baru kalian lagi",Brian memberi saran.

"Kok kau bawa – bawa aku pisang?!", ucap David tak terima. Padahal dia baru saja tertimpa sial masuk ke dimensi lain sekolah, sekarang sudah disuruh begadang semalaman. Lengkap sudah kesialan David.

"Udah diam, ikut aja kau", Brian menepuk pundak David pelan.

"Yaudah", Hamy menyandarkan dirinya di dinding.

..

Hari kembali malam. Setelah menyelesaikan makan, sebagian dari mereka bersiap untuk tidur. Ada juga yang masih melanjutkan perbincangan ringannya. Setelah hari mulai larut, barulah keheningan mulai datang kembali menyelimuti ruangan itu. ea rahi bulan tidak terlihat karena tertutupi oleh awan tebal, kayaknya hujan akan datang sebentar lagi.

"Gelap kali ea rahi", Brian memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Emang kemarin gak segelap ini ya?", tanya David. Brian hanya mengendikkan bahunya.

"Sampai kapan kita terjebak disini?", David kembali bertanya.

"Aku gak tau, bisa jadi selamanya", Brian memain – mainkan kayu di atas api unggun. Hening.

..

Disaat dua orang yang masih terjaga di sana mulai mengantuk, terdengar suara aneh berasal dari luar. Awalnya mereka mengira kalau itu cuma binatang liar di malam hari. Namun setelah dipikir – pikir, dari kemarin mereka belum menemukan hewan sejenis kucing atau yang lainnya. Yang mereka temui hanyalah semut – semut dan serangga kecil yang lainnya.

"David, periksa dulu sana di luar", ucap Brian.

"Ihh, kok aku pisang?! Kau aja sendiri sana!", David menolak dengan menyenggol tubuh Brian. Akhirnya Brian keluar, disusul sama David dibelakangnya. Brian gak liat apa – apa, tapi apa yang gak diliat Brian bisa diliat oleh David.

"Ga ada apa – apa tuh, kau aja yang penakut Vid", Brian menyikut lengan David.

"Gak ada apa – apa kau bilang?! Itu di sana bodoh!", David menunjuk ke arah makhluk yang gak bisa diliat oleh Brian.

"Apasih?! Ngarang kau David", Brian balik ke dalam kelas meninggalkan David yang masih setia di depan pintu.

David menyusul Brian ke dalam, kemudian mengambil beberapa kertas dan pensil dari tasnya. Entah apa yang akan dilakukan oleh David dengan kedua benda itu.

"Sekarang kau ngapain?", Brian heran dengan tingkah temannya yang makin menjadi.

"Diam ajalah pisang", David melanjutkan aktivitasnya. Sedangkan Brian masih memperatikan temannya dengan tingkah anehnya.

"Sanggup kau menggambar di situasi kayak gini?!", ucap Brian setelah memahami sekilas apa yang dikerjakan David.

"Diam dulu lah, belum selesai lagi", ucap David tanpa melepaskan atensinya pada kertas yang sedang ia gores dengan pensil.

"Serahmu lah Vid", Brian kembali duduk di tempat duduk yang ia duduki sebelumnya, di dekat api unggun.

..

"Woy pisang! Sini dulu kau", David memanggil Brian setelah aktivitas menggambarnya selesai.

"Apa?!", Brian bangkit dari duduknya mendekati orang yang memanggil namanya itu.

"Tengok ni... ini tadi yang aku liat", David menunjukkan kertas berisikan gambar monster dengan tubuh tinggi dan kaki tangan yang panjang.

"Bohong kau kan?!", ucap Brian setelah melihat gambar David.

"Mana ada aku bohong, pisang! Ada mukakku ngomong aku bohong?!", David meninggikan suaranya di awal kalimat.

..

Another Dimension of My SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang