--
"Maaf,aku tidak tau apa yang benar-benar terjadi padamu"ujar Naruto ketika akhirnya suasana telah menjadi lebih tenang.
Hinata duduk di depanya sementara Neji menunggu diluar memberikan privasi sehingga mereka bisa menyelesaikan apapun urusan mereka.
"Sesungguhnya aku tak berharap akan ditemukan"ujar Hinata "tapi bagaimanapun juga kau telah menemukanku".
Naruto tersenyum kecil "Kau tau aku tak bisa menyerah semudah itu"ujar Naruto "Ngomong-ngomong..kau terlihat kurusan"sambungnya.
Hinata tersenyum setengah hati "akan lebih baik jika aku bisa melihat wajahmu juga saat ini..".
"Siapa bilang tidak bisa?"tanya Naruto lalu bangkit dan berpindah tempat sehingga dia duduk di samping Hinata "pinjam tanganmu"bisik Naruto sambil meraih tangan Hinata.
Lalu dengan gerakan yang lambat Naruto membawa telapak tangan Hinata pada wajahnya membuat Hinata terpaku menyadari apa yang dia sentuh.
"Ini wajahku"gumam Naruto "Menjadi lebih kasar..beberapa tahun ini aku bekerja terlalu keras"ucapnya kemudian.
Semburat merah mewarnai pipi pucat Hinata,lalu menyusul senyuman yang lebih tulus dari sebelumnya di wajah gadis itu.dengan hati-hati Hinata menyusuri wajah Naruto dengan jari jemarinya.
"Aku tidak merasakan ada rambut yang menjuntai di matamu"ujar Hinata.
Naruto terkekeh "aku memotong poniku".
Hinata melanjutkan kegiatanya yang kini dia lakukan dengan dua tanganya sementara Naruto diam dengan tenang membiarkan Hinata menggambarkan wajahnya dipikiranya.
Hinata menangkup wajah Naruto dengan kedua tanganya "kau sepertinya bertambah tampan"bisiknya membuat Naruto tertawa kecil.
Suara rintik hujan mengalihkan perhatian keduanya dari jendela besar di ruang tengah terlihat rintik hujan yang mulai membasahi tepi teras di halaman belakang.
"Hujan"gumam Hinata "Dulu aku tidak terlalu menyukainya tapi sekarang aku suka mendengar suaranya.."sambungnya lagi.
"Ikutlah denganku"gumam Naruto sembari bangkit dan menarik tangan Hinata lalu menuntutnya ke pintu menuju halaman belakang.
Mulut gadis itu sedikit menganga ketika kakinya menyentuh tanah basah saat turun dari terasnya dan kemudian Naruto membawanya lebih menjauh lagi dari lindungan atap rumah sehingga hujan mulai membasahinya.
"Rasakan bagaimana setiap tetes nya membasahi wajahmu Hinata,dengarkan suaranya lalu gambarkanlah semuanya di pikiranmu"ucap Naruto.
Hinata terpaku kemudian mengadah dan merasakan setiap tetes hujan yang jatuh diatas wajahnya "Naruto..ini..".
Sebelum Hinata sempat berbicara lagi Naruto menempatkan kedua tanganya di pundak Hinata "Mulai sekarang...inilah bagaimana caramu melihat..aku..akan menunjukan lagi dunia kepadamu"ujar Naruto agak keras agar suaranya tidak kalah dengan hujan.
Bibir Hinata gemetar pertanda dia akan menangis.
Naruto mencondongkan tubuhnya lalu menempelkan keningnya pada kepala Hinata tanganya menangkup wajah gadis itu sehingga Hinata hanya bisa berfokus padanya "Karena aku disini..kau akan baik-baik saja sekarang"bisik Naruto.
Mendengarnya bulir air mata Hinata mengalir membasahi pipinya dan menyatu dengan air hujan lalu kemudian wajahnya memerah menyadari bahwa posisi Naruto sangat dekat dengan wajahnya sampai dia bisa merasakan Hidung Naruto yang hampir menempel denganya "kenapa kau melakukan ini Naruto?"cicit Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
platonic[naruhina] //completed
Fanfictionhanya kisah cinta mainstream antara dua orang bodoh. Apakah platonic akan berubah menjadi romantic ?