-6-
Aku menarik nafas sebelum keluar dari rumahku.
'Bersikap biasalah Hinata'oh aku sadar aku sudah mengucapkan kata-kata itu sekitar 10 kali dan aku masih berdiri disini.
Aku tidak mau perasaan payahku mempengaruhi persahabatan kami.
"Kau sudah baikan?"kak Neji turun dari tangga dengan hanya memakai handuk yg melingkar di pinggangnya dan rambutnya yang panjang masih terlihat basah"Kemarin Naruto menghabiskan makananya dengan bergumam 'astaga,kenapa dia'..'apa aku melakukan sesuatu?'..'haruskah aku bertanya?' dia terus bilang begitu sampai aku kenyang oleh pertanyaanya daripada oleh sup".
Aku kesal mendengar keluhanya dan berbalik memperhatikan tubuhnya.benar-benar tidak ada atletisnya sama sekali "Pantas saja aku tak pernah menduga kau atlit kendo...potong rambutmu itu!!teman-teman ku mengejeku karena kakaku terlihat lebih cantik dari aku".
Sebelum mendengar Neji berkata apa-apa lagi aku keluar dan langsung menuju rumah Naruto.membuka pintunya tanpa mengetuk.
Sepi.paman Minato dan bibi pasti belum pulang,aku menaiki tangga menuju kamar Naruto dan seperti dugaanku dia masih tertidur.
Aku duduk di tepi ranjang Naruto,memperhatikanya tertidur di sana.rambut pirangnya terlihat berantakan dan matanya yang terpejam di halangi oleh tanganya,dengan bibirnya yang sedikit terbuka.tanpa sadar aku mendapati diriku sudah tersenyum memandangi Naruto yang tidur dengan tenang.
Tunggu,tunggu,apa yang kulakukan?tidak Hinata.kau janji tidak akan membuat perasaanmu mempengaruhimu.
Aku menarik nafas panjang mendekatkan wajahku tepat pada telinga Naruto "Kyaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!".
Naruto melompat dengan panik sampai jatuh dari ranjangnya dan membuat kepalanya terbentur meja lalu dia berakhir dengan mengaduh kesakitan.
"Berhenti melakukanya!telingaku bisa tuli nantinya"rengek Naruto dengan nada seolah dia hampir menangis.
"Kalau begitu nyalakan alarmnya dan berhenti merepotkan aku"tukas ku.
"Alarm apanya,kau kan alarmku".
"A-apa?".
Naruto menatapku dengan wajah bingung "Apanya yang apa?bukanya memang benar?"tanyanya "Kenapa wajahmu merah?kau sakit?"tanyanya dan melangkah mendekatiku.
"Tttun-tunggu aku tid--"terlambat.Naruto sudah menempelkan tanganya di keningku"JANGAN SENTUH AKU!!"jeritku panik.lalu sadar dengan apa yang berusan aku lakukan.
Pasti kelihatanya aneh sekali.
Naruto menarik tanganya dengan syok "Kau ini kenapa?jika tetangga dengar mereka akan berpikir yang lain-lain"ujar Naruto terdengar agak takut "Kepalamu tidak terbentur kan?".
--
Naruto masih menguap ketika kami berjalan menuju kesekolah "Kau sudah tidak apa-apa?kemarin kelihatanya kau tertekan sekali".Aku terdiam "Kemarin aku belum bisa berpikir jernih"ujarku.
"Memangnya apa yang kau pikirkan?"tanyanya.
"Sesuatu..ada sesuatu yang ingin kuhindari"jawabku.
"Sesuatu apa?".
Aku memasukan tanganku kedalam saku jaketku "Ada sesuatu yang sepertinya ingin aku kejar..tapi aku tak bisa.tidak boleh".Naruto menghentikan langkahnya "tidak boleh?kenapa?itu kan keinginanmu..kau yang memutuskan boleh atau tidak".
Aku membisu mendengarnya sementara Naruto melanjutkan kata-katanya "Siapa yang bilang tidak boleh?orang lain atau dirimu sendiri?"tanyanya dan lagi-lagi aku diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
platonic[naruhina] //completed
Fiksi Penggemarhanya kisah cinta mainstream antara dua orang bodoh. Apakah platonic akan berubah menjadi romantic ?