Rey terbangun karena tangisan malaikat kecil di sampingnya. Rey langsung bangun dan menenangkan adiknya, Raditya Widy Paleva.
Rey mencium bau tak sedap. Tenyata popok Adit sudah penuh. Rey dengan sigap membersihkan adiknya. Rey menggendong Adit dan membawanya menuju kamar mandi. Dengan telaten dia memandikan adik kecilnya itu.
Setelah mandi, Rey memakaikan baju pada tubuh Adit yang sebelumnya sudah diolesi minyak dan bedak. Rey mencium Adit setelah selesai memakaikan baju.
Rey berlari ke arah dapur meninggalkan Adit di kamar untuk membuat susu.
Seminggu di sini membuat Rey tahu apa yang dibutuhkan Adit sehari hari. Dari kapan Adit harus minum susu sampai jadwal Adit tidur. Setelah air yang direbusnya mendidih, Rey menuangkan air panas ke botol susu dan menyisakan setengah ruang untung air dingin agar susunya hangat. Setelah selesai membuat susu, Rey langsung menuju kamarnya lagi. Rey melewati kamar Reva. Sekarang pukul enam dan belum ada tanda Reva sudah bangun. Rey membuka kamar Reva yang sekarang sudah tidak dikunci. Rey membuka kamar Reva. Pemandangan yang ia lihat sama seperti dua hari yang lalu. Kacau. Kaca pecah, barang tidak pada tempatnya, dan kosong."Dimana Reva?" Rey pergi mencari Reva. Mengelilingi lantai atas namun tetap tidak ketemu. Rey ingat botol susu yang masih ia pegang. Rey menuju kamarnya memutuskan untuk memberikan susu itu pada Adit.
Rey mendengar tangisan Adit saat di depan pintu kamarnya. Rey panik dan langsung membuka pintu itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat Adit menangis di pangkuan Reva.
"Reva!! Adek kamu apain?" Rey berlari menuju Adit dan menggendongnya.
"Hehe.. maaf, Bang. Habisnya Adit lucu banget. Pipinya gembul. Yaaa.. Reva cubit aja pipinya. " Reva tersenyum setengah meringis. Tanpa sadar Rey tersenyum saat melihat Reva kembali tersenyum lagi. Mungkin moodnya pulih kembali.
"Jangan di cubit lah, Kak. Kasihan adek kalo dicubit pipinya." Rey mengambil susu yang ia lempar sembarangan tadi di kasur tadi dan memberikannya pada Adit.
Suasana hening. Tak ada yang berbicara. Tak lama kemudian Reva memecahkan suasana.
"Bang!!" Rey menoleh ke arah Reva.
"Hmm."
"Reva ngga sekolah dulu ya hari ini." Rey menatap adiknya tajam seolah tidak menyetujui ucapan Reva.
"Nggak. Kamu harus sekolah. Kamu kenapa ngga mau sekolah? Sakit? Coba liat dahi kamu!!" Rey memeriksa dahi Reva.
"Ngga panas kok. Kenapa ngga mau sekolah?"
"Reva sakit, Bang. Disini." Reva menuntun tanganya sendiri ke dadanya.
"Reva masih pengen sendiri dulu. Reva males ketemu banyak orang." Rey memakluminya. Adiknya ini butuh refresing. Mungkin membiarkannya di rumah bisa menenangkannya.
"Ya udah. Abang sekarang mandi dulu. Kamu jagain adek ya pas Abang sekolah. Jangan di cubitin!! Awas aja kalo sampe nangis." Ancam Rey
"Siap, Bos!!"
"Oh iya nanti jangan lupa adek makan jam delapan. Buatin bubur di lemari dapur. Terus bua.."
"Iya iya, Bang. Kakak paham kok." Rey tersenyum hangat dan memeluk adiknya itu. Entah pelukan ini semakin menambah kekuatannya saat ini.
"Bang! Boleh udahan nggak peluk peluknya??"
"Ngga mau. Emang kenapa? Kamu ngga suka?" Ucap Rey masih mengeratkan pelukannya.
"Bukannya begitu. Tapi masalahnya Abang bau!!" Rey yang sebelumnya menutup matanya langsung terbelalak. Namun ide jahil muncul di otaknya.
"Ngga apa apa. Vitamin pagi hari. Haha.."
"Ihh... Abaaang!!!!"
***
"Abang ngga sarapan dulu?" Tanya Reva yang sudah menyiapkan roti panggang di atas meja.
"Hmm.. masukin kotak bekal aja, Kak. Nanti Abang makan di sekolah aja." Reva langsung mengambil kotak makan di lemari piring dan memasukkan roti panggang di sana.
"Nih, Bang!!" Reva memberikan kotak makan kepada Rey.
"Adik mana, Kak?"
"Lhoh.. Adek? Adek kemana?? Adeekk!!" Reva mencari Adit yang hilang begitu saja. Saat mencarinya, Rey melihat Adit merangkak mendekatinya.
"Ban..Bann.." Rey tersenyum dan menggendong Adit.
"Kakaak!! Adek dah ketemu nihh!!" Teriak Rey.
"Yeee.. dicariin juga. Taunya malah nyamperin Abang."
Reva mengambil Adit dari gendongan Rey.
"Ya udah, Abang berangkat." Ucap Rey lalu mencium adik kecilnya itu dan di balas oleh adik kecilnya itu.
.
.
.
.Raditya Widy Paleva
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boyfriend
Teen FictionBerusaha menjadi Ayah dan Bunda bagi kedua adiknya. Reyhan Dirga Paleva harus berusaha keras membagi perhatian dan kasih sayang antara dirinya dan kedua adiknya. Dia tidak sempat berpikir untuk mencari kekasih karena menurutnya kedua adiknya masih...