1. Gara gara Aji

4 0 0
                                    

Rey melajukan vespa pemberian kakeknya. Untuk anak seusia Rey mungkin akan malu jika menaiki kendaraan butut seperti itu, namun tidak dengan Rey, dia dengan percaya diri menaiki vespa kesayangan kakeknya dulu itu karena menurut Rey, dia memiliki niat untuk sekolah bukan pamer barang mewah.

Sampai di gerbang sekolah, Rey menuju ke depan pos satpam.

"Permisi, Pak Udin." Ucap Rey dengan sopan.

"Eh, adha kamu, Rey. Mau titip helm ya? Taruh dhi sana sajha!!! Laghi sarapan ini nanggung bhanget." Ucap Pak Udin dengan logat jawanya.

Rey segera menaruh helmnya dan meninggalkan pos satpam. Tak lupa Rey berterima kasih pada Pak Udin.

Rey memarkirkan motornya dan segera pergi ke kelas. Sampai di kelas, Rey melihat teman barunya seminggu yang lalu sedang tidur sengan kepalanya yang di taruh di atas meja. Memang dasar Rey itu jahil, Rey dengan sengaja memukul meja yang ditempati temannya itu.

BRAAKK!!!

"Duh..Gustiii, ono opo iki? Kiamat tho?? Ojo sek to!! Aku jek kepingin rabi Gustiiii..."("Ya Tuhan!! Ada apa ini? Kiamat ya? Jangan dulu dong!! Aku masih kepingin nikah Tuhan") Rey tertawa keras mendengar ucapan Aji yang tidak dimengerti olehnya. Namun menurutnya itu sangat lucu.

"Masih pagi, Ji!! Udah molor aja kerjaanmu." Rey menaruh tasnya di bangku.

"Kamu itu, Rey!! Jhahilmu kui lo!! Temennya tidur malah di gebrak mejane. Lek aku punya sakit jantung terus aku mati kamu mau tanggung jawab?" Aji menatap Rey dengan garang. Padahal itu sama sekali tidak menyeramkan karena Aji memiliki wajah yang babby face membuat Aji malah terlihat lucu.

Ya tinggal di bacain surat Yasin lah Ji ~ Rey

"Mukamu ngga pantes, Ji dibuat galak gitu. Mending sekarang kita makan. Aku bawa roti bakar nih. Kamu belum sarapan,kan? Nih! Kurang baik apa aku coba?"

Wajah Aji yang sebelumnya marah kini berubah setelah mendapati Rey mengeluarkan kotak makan berisi roti bakar yang sudah di bagi dua oleh Reva tadi agar Rey bisa dengan mudah memakannya.

"Wahh!! Makasih lo, Rey. Kamu emang temen yang bhaik pake bhanget. Tau nggak? Ibuku nggak masak tadhi paghi ghara ghara bhapakku yang nggak mau beliin daster yang ada kembang-kembangnya itu lo yang dhi jual lewat online shop." Rey terkekeh mendengar curhatan Aji. Sebenarnya yang diucapkan Aji itu biasa saja tidak ada yang lucu. Tapi logat jawanya itu yang membuatnya tertawa karena Rey belum terbiasa dengan bahasa orang Jogja.

"Hahaha.. udah habisin aja dulu rotinya!! Kalo mau curhat soal daster nanti aja pas istirahat." Rey memakan potongan roti bakar itu dengan lahap. Bagaimana tidak lahap Rey saja dari semalam tidak makan.

***

Rey dan Aji sedang berada di perpustakaan. Mereka sedang mencari buku sejarah untuk tugas yang diberikan Pak Joko.

"Rey!! Coba kesini!! Ada bhuku bhagus nih." Rey yang mendengar panggilan Aji langsung menghampirinya.

"Buku apa, Ji?" Aji menunjukan buku yang ia temukan. Rey membulatkan matanya saat membaca judul buku itu.

"Kamu ini gimana sih, Ji!! Aku ngga suka buku kaya gitu. Kita itu disuruh buat tugas sejarah, Ji, bukan baca novel cinta kaya gitu." Rey memukul kepala Aji dengan buku yang sudah dia gulung dengan pelan lalu meninggalkan Aji.

"Lhah.. iki buku bhagus lo, Rey!!"

"Kalo bagus ya kamu baca lah, Ji. Aku ngga minat." Rey masih mencari buku sejarah yang tidak kunjung ketemu. 

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang