2.Kejar-kejaran

4 0 0
                                    

Reva duduk di ruang tamu bersama Adit, adik kecilnya. Tingkahnya semakin hari semakin menggemaskan. Apalagi saat ini dia sedang berusaha berdiri sambil berpegangan pada lutut Reva.

"Yeeyy...Adit bisa berdiri ya?" Adit yang diajak berbicara hanya meringis dan tertawa saat melihat ekspresi Reva. Reva menggendong Adit menuju taman belakang. Di sana terlihat banya pohon buah ketimbang bunga. Kakeknya dulu memang sangat suka berkebun. Hasil panennya pun tidak sedikit. Namun kakeknya itu tak berniat untuk menjualnya. Dia selalu memberikan hasil panen itu pada tetangga sebelah. Atau mungkin saat anak dan cucunya datang akan membawa sebagian hasil panen ini untuk di bawa pulang.

Reva teringat terakhir kali keluarganya datang kemari. Saat itu mereka masih utuh. Adit masih berumur satu bulan lebih. Saat itu, Rey dan Reva haus dan ingin minum es kelapa muda. Kalo di jogja namanya es degan. Rey meminta ayahnya untuk mengambil buah kelapa di kebun kakek. Ayah yang tak tega memilih menyetujui keinginan anaknya itu. Ditambah lagi Reva yang sudah ngeyel menarik kemeja abu abunya.

"Iya, deh. Aya ambilin. Tapi jangan nakal lagi sama adeknya . Khususnya Reva. Kalo masih bikin nangis adik nggak Ayah ambilin kelapanya."

"Denger tuh, Kak!"

"Ihh!! Kan emang kakak ngga mau punya adek cowok, Yah. Ya wajar adek ngga suka sama adek."

" Udahlah, Pah. Suatu saat nanti kakak pasti bakalan sayang kok sama adek. Abang yakin." Rey mengajak Reva duduk di sebuah kursi panjang sambil menunggu Ayahnya mengambil kelapanya.

Reva ingin hal itu terjadi kembali. Jika menyayangi Adit mampu membuat keluarganya kembali lagi, jangan menyuruh Reva untuk menyanyinya karena sekarang, Reva tak hanya menyayangi Adit tapi lebih dari itu.

Tak terasa hari mulai siang. Saatnya Adit makan dan tidur siang. Reva menggendong Adit yang sebelumnya sedang asik melihat ikan koi di pinggir kolam yang tidak terlalu luas menurut Reva.

***

Jogja tidak seperti Jakarta. Jogja lebih nyaman dan segar meskipun ini di kota. Rey mengendarai vespanya bersama Aji. Aji yang biasanya pulang bersama kakaknya menyuruh kakaknya pulang karena ingin menginap di rumah Aji. Sebenarnya Bapak dan Ibunya Aji tidak akan membiarkan anak bungsunya itu menginap di rumah orang dengan mudah. Tetapi karena alasan yang di buat Aji begitu cerdik sehingga membuat Ibunya luluh.

"Buk, kan iki malem minggu, Aji ma..."

"Nggak oleh."

"Lah, Buk! Aji bhelum selesai ngomong kok wes di pedot to?"

"Halah.. kowe kepingin malem mingguan to, Le? Karo pacarmu utowo kancamu to? Halahh.. ibuk wis paham, Le!!"

"Halahh.. Ibuk iki ngerti wae. Hmm.. Boleh yo, Buk? Sambil ngerjhain tughas iki, Buk."

"Nggak oleh, kata bhapakmu lek temenmu mau ngerjain tugas bareng suruh ke rumah wae."

"Halaahh.. ibuk ngga ngerti wong enom wae. Boleh ya, Buk? "
"Nggak."

"Nanti tak belikan daster kembang-kembang wes."

"Tenan, Le? Sing nek onlen sop kui kan?"

"Enggeh, Buk."

"Yo wes, dolano!!"

Samar samar terdengar dari telfon Aji ada suara bapaknya.

My Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang