Sudah hampir sebulan. Rey dan adik adiknya mulai bisa beradaptasi dengan lingkungannya dan terbiasa dengan kegiatan mereka masing masing. Bagi Rey dulu berjalan sendiri untuk mengurus kedua adiknya adalah hal yang sulit, namun karena Rey selalu optimis membuatnya merasa mudah. Apalagi perubahan Reva yang menurutnya sangat drastis.
Rey berada di lantai teratas sekolah ini. Setelah seminggu lalu ia menemukannya tanpa sengaja saat di hukum Pak Joy untuk memindahkan barang barang yang menurutnya cukup berat kesini, ini menjadi tempat favoritnya untuk menyendiri. Tak ada yang bisa mengganggu kegiatannya saat ini, melamun.
Beberapa kali Rey menatap ke bawah. Jogja terlihat indah dari sini. Bagaimana bisa dia tak melihat pemandangan secantik ini? Cukup lama Rey berada di tempat ini. Rey memutuskan untuk pergi ke kelasnya.
***
Langit berubah menjadi abu abu. Entahlah, mengapa awan tiba tiba menangis. Tak terkecuali gadis yang sekarang menduduki bangku SMP kelas 2 ini. Lutut dan tangannya penuh dengan luka. Dia menatap sosok yang seumuran dengannya. Dia cukup cantik dan dialah penyebab luka yang ada pada lutut dan tangan Reva.
"Udah jangan sok drama. Kamu ithu jangan sok cantek deh dhi sini. Anak bharu ajha udhah kakehan tingkah." Gadis itu berjalan mundur dan pergi ketika melihat beberapa anak laki laki berjalan ke arah mereka. Sontak Reva berdiri dan berniat untuk pergi juga namun langkahnya seakan berat akibat lututnya. Salah satu dari mereka berjongkok dan membantu Reva berdiri. Reva yang cukup lemas hanya pasrah. Tak ada gunanya untuk menolak cowok brandal di sekolah ini saat kakinya seperti ini.
"Ayo aku anter ke UKS." Reva sedikit mundur dan menepis tangan yang terulur milik laki laki itu. Namun laki laki itu memaksa.
Reva menurut saja dan berjalan menuju UKS dengan tangan yang sudah berada di bahu laki laki itu.
Di UKS, Reva duduk di tempat tidur yang di siapkan untuk siswa yang sakit di saat jam pelajaran atau saat upacara. Biasanya tempat ini ada petugas yaitu anak PMR. Apalagi ini jam istirahat seharusnya ada satu atau dua dari mereka ada di sini tapi ini apa?
"Dasar nggak ada tanggung jawabnya sama sekali. Jabatan aja anggota PMR, di UKS aja jarang."
"Ssstt.. Sakit bego! Pelan pelan kalo ngobatinnya. Ikhlas nggak sih lo?" Reva meringis saat kapas yang di gunakan untuk mengobatinya menempel cukup keras akibat laki laki di depannya ini terus saja mengomel.
"Nggak!!""Yodah.. pergi sana lo!! Gua bisa bersihin lukanya sendiri!!" Ucap Reva ketus.
"Hehe.. becanda, sayang."
"Najis!"
Setelah lukanya sudah terobati, Reva berbaring karena yang pasti dia tak bisa ke kelas saat ini. Apa yang akan di katakan gurunya nanti saat melihat Reva dengan luka di lutut dan tangannya."Jo!!"
"Iya, sayang."
"Ih.. biasa aja kek manggilnya. Geli gua."
"Iya iya, ada apa, Va?" Tanya Joshua.
"Bisa minta tolong nggak?" Jo yang mendengarnya sontak tersenyum dan menarik kursi yang didudukinya mendekati ranjang Reva.
"Apa apa? Minta tolong apa?" Reva mengerutkan dahinya. Mengapa dia sangat senang di repotkan?
"Bisa nggak lo pergi ke kelas gue terus bilang ke guru kalo gua sakit. Tapi jangan bilang kalo gua terluka. Bilang aja kalo gue demam. Bisa??"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boyfriend
Fiksi RemajaBerusaha menjadi Ayah dan Bunda bagi kedua adiknya. Reyhan Dirga Paleva harus berusaha keras membagi perhatian dan kasih sayang antara dirinya dan kedua adiknya. Dia tidak sempat berpikir untuk mencari kekasih karena menurutnya kedua adiknya masih...