Bab 6: Penasaran.

241 15 11
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH KARANADA SEMOGA SUKA ❤ JANGAN LUPA TEKAN BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH ❤

---

"Eh lo tau Nada nggak?" tanya Raka pada salah satu murid yang berada di koridor. "Nggak tau,"  jawab murid itu.

Kekhawatiran Raka semakin menjadi-jadi, sejak kembali dari toilet, Nada yang biasanya tertawa heboh hanya diam. Lalu setelah bel pulang berbunyi, Nada langsung ngacir pergi dari kelas. Vanda, Vanisa, Sherly, dan Olif memaklumi kondisi hati Nada jadi mereka membiarkan Nada pergi begitu saja.

Raka menelusuri ke segala ruang di sekolahnya, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Apa Nada sudah pulang? Tapi tas dan buku-bukunya masih di kelas. Raka melangkah menuju ke taman belakang sekolah dan semoga saja pacarnya itu berada disana. Tapi, hasilnya nihil.

"Kemana sih itu anak? Bodo amat deh gue pulang aja," gumam Raka sambil berjalan ke arah koridor.

Mata hitam milik Raka menangkap sesosok perempuan yang sedari tadi ia cari sedang melangkah sambil membawa beberapa buku di ujung koridor.

"Nada," panggil Raka. "Apaan?" jawab Nada agak rempong karena buku-buku ditangannya hampir jatuh.

"Lo kemana aja sih? Gue cariin."

"Ciee nyariin, gue habis dari ruang guru terus disuruh naruh buku ini di perpus," jelas Nada menyurutkan kekhawatiran Raka.

Tanpa babibu, Raka mengambil alih buku-buku ditangan Nada dan melesat menuju perpus dengan cepat. Hanya membutuhkan waktu 7 menit, Raka sudah kembali dihadapan Nada sekarang.

"Lo nggak marah lagi?" tanya Raka berhati-hati karena jika ia salah ngomong sedikit saja, bisa terjadi reka adegan perang Diponegoro disini.

"Tadi sih iya, sekarang udah nggak."

"Kok bisa cepet banget sih baikannya?" tanya Raka bukannya bersyukur. "Lo tuh ya bukannya bersyukur pacarnya nggak marah lagi, malah digituin," Nada kembali memanyunkan bibirnya.

"Bukan gitu Nad, cuman--" perkataan Raka terhenti ketika Nada membuka suara. "Sorry ya Ka, gue udah kekanak-kanakan kayak tadi. Kasian juga Maudy, dia nggak salah apa-apa, tapi udah kena imbasnya," terang Nada.

"Iya, nggak papa. Ayo pulang, nggak bawa mobilkan. Gue anter," seperti biasa, setelah Raka mangajak Nada pulang, Raka berjalan mendahului Nada.

Di perjalanan menuju pulang, kedua manusia itu hanya diam melihat pemandangan disekitar ibukota Jakarta. Pemandangan apa lagi, kalau bukan pemandangan macet.

"Nad, kerumah gue, mau?" tanya Raka sedikit berteriak.

"Ha? Ngapain? Gue belum mandi astatang."

"Udah, gapapa. Mau ya? Bang Arya juga kayaknya masih nganterin Vanda pulang jadi nggak dirumah," bujuk Raka.

"Iya deh," setuju Nada.

Setelah melewati beberapa lampu merah, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah mewah yang bernuansa putih dengan halaman yang luas.

"Wagelaseh, ini rumah lo, Ka?" tanya Nada terkagum-kagum. Persetan dengan gengsi.

"Ya iyalah masa rumah si Marcel."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KARANADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang