Selamat membaca♥
Di meja kafe yang bundar ini, enam muda-mudi tengah bergurau dan tertawa. Satu adat yang tak pernah mereka lupakan adalah meet up bersama teman-teman. Hal ini mereka lakukan agar mereka tak akan melupakan satu sama lain, sesibuk apapun kegiatan mereka, pasti akan ada waktu yang di luangkan untuk kegiatan ini.
"Nih, Put. Biar gue suapin." Genta menusuk makanan di piringnya yang berbahan baku jamur dengan garpunya dan ingin menyuapkannya ke mulut Putri.
"Ihhh.. gak mau! Lo gak mungkin gak tahu kan-- kalo gue gak bisa makan jamur. Besoknya gue bisa demam tahu nggak." Putri mengomeli Genta yang iseng setengah mati.
Teman-teman Putri tertawa dengan geli.
"Gue inget banget waktu kita kelas delapan. Putri makan bekalnya Icha yang isinya jamur cincang. Hahahaha.. kocak banget ekspresi Putri waktu tahu kalo lauknya Icha itu-- jamur." Dimas mennceritakan satu kejadian di masa SMP, tepat mereka berada di kelas delapan.
Icha meredakan tawanya. "Gue nggak tahu ya, Put. Kok lo bisa demam abis makan jamur? Pas besoknya gue dengar lo sakit, gue panik banget sumpah, gue kira lauk gue beracun."
"Stop nyeritain kejadian itu," Kata Putri sebal.
Putri menyelempangkan tasnya, "Udah sore banget nih, gue balik duluan gapapa ya?""Gue antar mau, Put?" Tawar Dimas sambil mengambil kunci motornya.
Putri menggeleng tiga kali. "Rumah gue dekat banget dari sini, please. Gapapa gue pulang sendiri aja, have fun ya." Lanjutnya disusul senyum lembut, dan langsung pergi.
Kafe Trezo memang dekat dari rumah Putri. Hanya melewati sebuah taman dan perempatan, Putri akan sampai di rumahnya. Karena rumahnya dekat dari Kafe Trezo, Putri memutuskan untuk pulang berjalan kaki.
Merasa kesepian, Putri mangeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp untuk membuat snap. Sorotan kamera pertama kali adalah kakinya, perlahan-lahan ia menggerakkan kameranya ke atas dan menyorot ke sekitarnya. Namun kali ini, kameranya menyorot sesuatu yang mengejutkan. Bukan banci bukan dedemit, tapi--
Kameranya menyorot perkelahian antara sekelompok geng motor yang kira-kira lebih dari tujuh orang dan empat cowok.
Putri mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas, lalu dengan segera ia mendekat ke cowok-cowok yang di keroyok geng motor.
Bughh!
Ke empat cowok itu tercengang melihat seorang cewek datang dan melayangkan tinjunya ke wajah anggota geng motor berkepala botak.
Serangan datang dari sisi kiri, tangannya dengan cepat menangkap tangan salah satu anggota geng motor itu dan memplintirnya. Sejurus kemudian, satu tendangan melayang telak di perut orang itu.
Serangan demi serangan ditangkis dan di balas oleh Putri. Sampai geng motor itu kewalahan menghadapi serangan Putri, mereka memutuskan untuk pergi.
"Hei, makasih ya." Cowok bersuara berat di belakang Putri berkata.
Putri membalikkan badannya dan tersenyum.
"Sama-sama.""Putri?"
Putra menatapnya tak percaya. "Ini serius lo, Put? Gue kira-- lo nggak suka cowok tukang berantem."
Putra tersenyum. "Ternyata lo jago berantem juga,"
"Ah, enggak. Masalah di sekolah tadi, gue kaget aja lo berani nonjok Kak Fauzan di sekolah."
Cowok berambut klimis di samping kiri Putra angkat suara. "Ohh.. jadi ini yang namanya Putri?"
"Hai, Putri. Gue Aeron." Lanjutnya sambil mengulurkan tangan dan di sambut uluran tangan juga oleh Putri."Putri jago juga rupanya." Teman Putra yang berdiri di sebelah kanan ikut bersuara.
Putri tersenyum. "Makasih mmm..?" Putri bergumam seolah menanyakan nama.
"Wendy! Nama gue Wendy Hermawan. Gue kelas 10 Ips 7. Hobi gue fotografi, nama emak gue Siti Jahara, nama bapak gue Hendro Suwitno. Lo boleh panggil gue Sayang." Wendy nyerocos panjang lebar.
"Hm.. makasih Wendy."
Putra memasang wajah dongkol, "Lo kenalan apa isi biodata?"
"Mana tahu Putri mau kenal gue lebih jauh lagi kan," Wendy mengedipkan sebelah matanya ke Putri.
Satu geplakan mendarat di kepala Wendy. Apa-apaan anak idiot ini?
"Udah, Minggir! Giliran gue kenalan!"
"Gue Nabbil. Inget, NABBIL pake L." Nabbil yang berada di balakang Punggung Putra menerobos kedepan dan menyalami tangan Putri.Putra menatap Putri dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Lo dari mana, Put?"
"Oh-- gue dari Kafe Trezo, ngumpul sama temen-temen."
"Mau pulang? Gue antar ya?"
"Ah! Modus-modus tai kucing nih."
"Sae kang kebon."
"SABAR BRO! PROSES DONG, PROSES!"
Putri menolak. "Nggak usah. Rumah gue udah dekat."
"Nggak apa-apa. Gue temenin." Putra memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana. Stay cool.
"Rumah gue udah tinggal satu tikungan lagi dari sini." Gadis manis di depan Putra ini menolak.
Baru Putra akan berucap, tiba-tiba Nabbil bersuara. "Jangan tikungan dong, belokan aja. Karena ditikung itu sakit banget, Put." Nabbil mendramatis suasana.
Putri sontak tertawa mendengar celetukan Nabbil.
"Ngalay si bangsat."
"Minta ditabok pake pentungan satpol pp."
"AKU JIJIK SAMA MAS!"
Putri meredakan tawanya, "Ya udah, aku pulang duluan ya? See you."
Mata Putra menatap punggung Putri yang semakin menjauh. Sampai angin kepergian Putri menghilang, Putra dan teman-temannya meninggalkan ke empat laki-laki itu .
***
"Kamu nggak ada jera juga ternyata."
"Mas Haris kamu salah faham. Aku itu-- dia.." Finda mulai tergagap.
"Kamu selalu bilang salah faham. Sekarang aku tanya, mau kamu apa? Cerai?" Tanya Haris akhirnya.
Finda terbelalak mendengar ucapan Haris. "AKU NGGAK MAU CERAI! AKU NGGAK MAU PISAH SAMA PUTRI!"
"Kamu sangat egois! Aku tahu hubungan kamu dengan laki-laki itu Finda."
"Kamu tahu gimana sakitnya Putri kalau tahu masalah ini? Dia akan sangat membenci kamu." Lanjut Haris.
Finda meluruhkan tangisnya sejurus kemudian ia menggenggam tangan kiri Haris.
"Mas-- aku... oke aku tahu aku salah, aku minta maaf. Tapi aku sayang kamu dan--"
"Nggak akan mungkin satu hati bisa ditempati dua orang."
Haris melepas genggaman Finda dan berlalu.
Maaf banget aku lama ga update:' soalnya aku bingung banget nyari ide:( +aku males juga hhe:D
Berkat protes dan ancaman dari temenku akhirnya aku update juga:D makasih kalian udah suka sama cerita ini♡ see u
Btw, selamat idul adha all♥ minal aidin walfaidzin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RATRI [On Going]
Teen Fiction"Putri! Stop, Put!" Cowok itu berusaha menyamaratakan langkahnya dengan Putri. Tangannya menarik pergelangan tangan Putri agar berhenti bergerak. Disela isak tangisnya, Putri berkata dengan sesak. "Ternyata gak ada cowok yang bisa yakinin gue kalo s...