"Gue peduli sama lo karena--"
"Karena lo kasihan sama gue? Kalau itu alasan lo, sorry gue nggak butuh kasihan dari lo!" Sela Sarah.
Nabbil menepuk dahinya beberapa kali, bagaimana caranya menyampaikan ini ke Sarah? Ia masih sangsi Sarah akan percaya.
Susah emang ngomong sama cewek baperan.
"Jangan ngata-ngatain gue dalam hati!" Kata Sarah sambil meneguk jusnya.
"S-siapa yang ngata-ngatain lo sih." Ucap Nabbil sedikit gagu.
"Ah, udahlah ga penting dibahas. Gue balik ke kelas dulu. Lo habisin cilok sama jusnya, gue beli pake duit bukan daun." Nabbil bergegas pergi meninggalkan Sarah.
Tanpa Nabbil sadari, Sarah tersenyum samar di tempat duduknya.
***
Di ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan ini Icha berada. Ya, cewek itu berlari meninggalkan Putri saat selesai menghabiskan jam makan siangnya di kantin. Uks adalah pilihan bagi kaki Icha untuk menuju. Ia menghidupkan keran di wastafel yang ada di Uks tersebut dan membasuh hidungnya yang mengeluarkan cairan kental berwarna merah.
"Gue nggak bisa gini terus," gumamnya sambil mengelap hidungnya dengan tisu.
Cewek berkulit putih itu duduk di tepi ranjang yang ada di Uks sambil terus menahan hidungnya dengan tisu.
Helaan napas penuh beban di keluarkan Icha sambil memejamkan mata sejenak.
"Lo ngapain di situ?"
Suara berat seseorang menyadarkannya dan refleks ia membuka matanya. Icha menoleh ke arah pintu Uks, dan yang ia temukan adalah, ketua osisnya.
"S-saya nggak enak badan aja kak." Sahut icha sambil tersenyum dan menggumpal-gumpal tisu yang tadi digunakannya.
Fauzan mengerutkan dahinya tak yakin, "Beneran? Atau mau gue panggilin dokter aja?"
Icha menggeleng. "Nggak, nggak apa-apa."
Fauzan menghampiri Icha dan duduk di tepi ranjang, tepat di depan Icha.
"Nama lo siapa?"
"Icha Rahardian."
"Kelas?"
"Sepuluh Ips 2, Kak."
"Mm... kakak ngapain ke Uks? Kakak sakit?" Tanya Icha dengan sopan.
"Oh. Nggak, gue cuma ngecek doang sih," Sahut Fauzan.
"Ya udah, gue cabut dulu. Nanti gue ke kelas lo, bilangin lo sakit." Kata Fauzan sambil tersenyum tipis.
"Makasih, Kak."
Fauzan mengangguk, "Lo istirahat. Get well soon."
Icha menatap nanar punggung Fauzan sampai menghilang dari pandangan matanya.
Ia menutupi tubuhnya dengan selimut yang disediakan Uks lalu merebahkan tubuhnya. Sedetik kemudian cewek berambut panjang itu memejamkan mata.
***
Putri melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah. Cuaca hari ini tidak terlalu terik, sehingga ia memutuskan untuk pulang berjalan kaki. Cewek bertubuh mungil itu berjalan menyusuri trotoar sambil menyumpal telinganya dengan earphone untuk mendengarkan musik, ia menyetel volume musik agar tidak terlalu keras karena tidak baik untuk kesehatan telinganya.
Dari arah belakang ia mendengar klakson yang dibunyikan berkali-kali oleh sang pemilik.
Lama-lama budeg gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
RATRI [On Going]
Teen Fiction"Putri! Stop, Put!" Cowok itu berusaha menyamaratakan langkahnya dengan Putri. Tangannya menarik pergelangan tangan Putri agar berhenti bergerak. Disela isak tangisnya, Putri berkata dengan sesak. "Ternyata gak ada cowok yang bisa yakinin gue kalo s...