Dan malam-malm selanjutnya, adalah malam yang luar biasa.
Jungkook adalah penampakan dari surga dan neraka yang dijanjikan.
Jungkook adalah surga, saat sentuhannya adalah kenikmatan untuk setiap sengatan yang melumpuhkan syarafku.
Jungkook adalah neraka, untuk setiap kesakitan dan luka yang ditinggalkan pada tubuhku.Namun di setiap akhir di sisa engahan nafasku, aku selalu mendapatkan satu kesimpulan. Aku menikmati semua surga dan neraka yang disuguhkan Jungkook untukku.
Jungkook adalah kenikmatan terliar, yang hanya ku miliki seorang diri. Memeliharaku dalam apartemennya, mengunciku dari kehidupan luar selain untuk pergi ke kampus. Membuatku meyakini satu hal.
Searogan apapun Jungkook di luar, dia akan mendesah luar biasa sempurna saat tubuhnya tengah berada dalam tubuhku. Hanya aku yang mampu membuatnya mendesah, dan hanya aku yang bisa menikmatinya. Meski statusku hanya jalang baginya.
Jungkook akan berlutut di hadapanku, memberikan tatapan sayunya untuk sebuah kenikmatan yang kujanjikan. Meski pada saat di kampus, kehidupan kami adalah sebuah keasingan.
Ya, Jungkook menjadikan ku asing. Dia masih bermain di posisi yang aman untuk membuat kami tidak terikat sama sekali.
Tapi berbeda dengan Jungkook saat kami di apartemen. Lelaki itu adalah titisan dewa, yang tak akan pernah ku temukan dimanapun.
"Jung- aakkhh-"
Jungkook mencengkeram leherku, menenggelamkanku dalam ranjangnya, menghambar jalur supli oksigen untuk memasuki tubuhku, membuatku semakin melemah karena kekurangan oksigen.
Tak hanya tangannya yang membunuhku, tubuh bawahnya telah bekerja terus menerus menubruk dan menghantam pusat tubuhku. Memberikan kenikmatan berupa pelemahan syaraf dalam bentuk lain yang mampu memberikan reaksi pada seluruh organ tubuhku.
Jungkook sangat tahu cara mempermainkan tubuhku.
"Eeerrrrhhhh-" geraman suara Jungkook terdengar penuh kuasa. Kilat matanya menyorot tajam ke arahku, hitam dan gelap. Mampu menghancurkan apapun yang ditatapnya. Aku sebagai contoh. "Song Yooraaaaaaahhhh-"
"Sial, lepaskan, Jung!" Aku memukul tangannya, mencoba menghalau tangan Jungkook agar segera terlepas dari leherku.
"Jung-" aku mulai kehabisan nafas, dan kejantanan Jungkook masih terus menggerus lubang kenikmatanku. Kepalaku mulai dilanda pening yang hebat, dadaku sesak. Otakku tak mampu lagi memilah mana kenikmatan di tubuh bawah dan mana kesakitan di tubuh atas.
Tubuh bawahku berkedut sempurna dengan rangsangan kenikmatan yang terus mempermainkan. Setiap rangsangan kenikmatan menjadi obat untuk setiap kesakitan yang menyiksa.
"Yoohh raaaah-"
Pukulan tanganku mulai melemah, tubuhku semakin gelinjangan, bergetar dan meruntuhkan semua kekuatan di koneksi syarafnya, hanya tersisa jari tanganku yang mencengkeram kuat lengannya. Menancap disana memberikan kesakitan pada Jungkook, meski aku yakin Jungkook tak merasakan apapun.
Hingga kesadaranku telah berada di ambang jurang, dadaku semakin sesak, kuyakin wajahku semakin merah. Ini sakit dan menyiksa, aku yakin mataku yang merah telah berair dan menetes di sana. Dan di detik aku hampir memejamkan mataku, Jungkook melepas cengkeraman lehernya. Membuatku seketika belingsatan meraup oksigen. Tubuhku merespon menggila, engahan kuat keluar dari bibirku, mencari oksigen, dadaku naik turun menerima asupan oksigen yang masuk dalam jumlah besar.
Dan pergerakan tubuhku dimanfaatkan Jungkook dengan baik, aku tahu Jungkook beralih menyiksaku dengan cara lain.
Disaat aku kembali mengumpulkan kesadaran akibat penghancuran Jungkook, tangan Jungkook beralih mencengkeram bahuku. Jungkook menjatuhkan bibirnya, melumat dan menyesap puncak dadaku yang tengah naik turun. Menggigit dan menghisapnya, menyisakan bekas kebiruan yang aku tahu tak akan hilang. Tak hanya bibirnya, tangannya telah kembali mencengkeram bahuku memberikan kesakitan lain disana. Meninggalkan ruam kebiruan akibat tekananannya yang kuat.
Jungkook sangat suka menyiksaku dan meninggalkan bekas luka di sana.
"Memohon padaku! Teriakan namaku!"
Sialnya, bibirku tak mampu memohon padanya untuk berhenti, dan itu membuat Jungkook semakin menyiksaku dengan pergerakan tubuhnya. Karena aku hanya mampu mengerang kesakitan.
Erangan kesakitan yang telah bercampur dengan erangan kenikmatan, karena hantaman pejantan Jungkook telah menyentuh titik gairahku. Membuatku sekali lagi menggeliat di antara hujaman dan lumatannya. Dan di detik berikutnya, Jungkook telah membawaku ke kenikmatan yang sempurna, bersama ledakan yang menghancurkan pikiranku.
"Jeon Jungkooook aaaakkkhhhh-"
"Aaarrrrggghhhhhhh hahhhhh haahhhhhhh-"
Jungkook tergagap di hentakan akhirnya, bergerak di setiap luncuran benihnya, masih ingin menghujam meski sengatan kenikmatan melumpuhkannya, dan terus menghujam hingga membuat hujaman akhirnya terpatah-patah. Masih terus hingga benihnya telah keluar sempurna ke dalam tubuhku. Mengotori kembali lubang kenikmatanku yang menjadi miliknya.
Aku melemah, sekali lagi hanya mampu memandang wajahnya yang tengah menikmati puncaknya. Sekali lagi memandang wajahnya yang hanya kumiliki malam ini. Karena selamanya hanya aku yang akan memberikan kenikmatan padanya. Bukan perempuan lain.
Dan aku rela, setelah mendapatkan kenikmatan surga yang diberikannya. Jungkook akan menghempasku, meninggalkanku sendirian di kamar yang telah ku huni ini. Membiarkanku sendirian merasakan kesakitan dan kenikmatan ini. Sebagai bentuk neraka yang di berikannya pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE LOVE ✔️
Fanfiction[Complete] Yoora mencintai Jungkook. Sangat mencintainya. Yoora mampu memberikan segalanya untuk Jungkook. Segalanya yang dia miliki, bahkan kehidupannya. Hingga Yoora tidak menyadari satu hal, rasa cintanya pada Jungkook telah membawanya dalam keh...