09. His Nirwana

18.9K 1.8K 29
                                    

Sudah setahun rasanya aku menjadi jalangnya. Selalu melayaninya, memohon padanya, dan mendesah di bawah kungkungannya. Hampir setiap malam aku tak pernah absen meneriakan namanya. Aku tidak pernah tahu jika hormon remaja Jungkook adalah hal tergila yang kumiliki dan ku nikmati.

Bahkan di periode bulananku, Jungkook masih menyiksaku untuk memberikan kenikmatan padanya. Dengan permainan mulutku tentu saja.

Bukan hal yang sulit, karena aku menyadari jika aku tak bisa melewatkan wajah sayunya setiap kenikmatan bertekuk lutut untuknya.

Jungkook indah, sangat sempurna, dan aku telah secara telak terjatuh dalam hatinya yang terlampau dingin.







Tapi tidak dengan malam itu, malam itu adalah malam keempat Jungkook absen menyentuhku. Bahkan Jungkook tidak pulang ke apartemen. Seketika sesuatu mendesak hatiku dengan kekhawatiran yang mengacaukan sistem berpikirku.

Aku memghubunginya, namun nihil. Di kampus pun Jungkook tak menampakkan diri. Dan aku tak mempunyai jalan lain lagi untuk menemukannya. Jungkook menghilang, dan aku telah berada di tahap gila untuk mencarinya.

Hingga malam dengan hujan deras itu menjadi jawaban. Jungkook datang, dengan kondisi yang kacau. Aku tahu sesuatu terjadi padanya. Namun mulutku terkunci untuk bertanya.

Yang kudapatkan adalah tindakan Jungkook. Jungkook kembali menyentuhku, tapi aku merasakan hal lain dari sentuhannya.

Kali ini Jungkook menyentuhku dengan lembut.

Jungkook membawaku ke kamarnya, pertama kalinya kami akan melakukan di kamarnya. Jungkook melumat lembut bibirku tanpa melepasnya. Jungkook membuka kancing bajuku satu persatu tanpa merusaknya.

Dia menidurkanku, mengukungku. Memberikanku sentuhan lembut untuk pertama kalinya dan selalu mampu membuatku melayang.

Jungkook mengecupi lembut hampir seluruh tubuhku, tak lagi meninggalkan gigitan maupun bekas luka. Melumat dan menjilat di setiap bekas luka yang telah sembuh.

Jungkook benar-benar memperlakukanku seperti ratunya. Setiap pergerakannya adalah keinginan mutlakku untuk mendapatkan kenikmatan. Aku merasa, Jungkook yang kali ini melayaniku, bukan aku yang seperti biasa melayaninya.

Jungkook membawaku di setiap hentakannya, semakin tinggi di hujaman selanjutnya. Menyalurkan kenikmatan di sela afeksinya. Memberikan ketegangan yang dinantikan di setiap titik gairah yang di sentuhnya.

Jungkook menyentuh tepat disana, membuatku mengerang kenikmatan dengan perlakuannya yang terlampau lembut. Aku tahu surga yang di janjikan Jungkook nyata. Permainan Jungkook kuat dan keras, dalam dan lembut, dan aku selalu mabuk di setiap pergerakan liarnya yang kali ini terkendali dengan apik.

Tepat saat hujamannya semakin menguat, membuatku mencengkeram punggungnya. Dan kali ini aku yang meninggalkan bekas luka di punggung Jungkook.

"Aaaakkhhhh- Jung-koookkkhhhhh"

Jungkook tersenyum, menatapku tepat di mata. Saat tiga hujaman akhirnya telah memberikan tetesan nirwana untukku. Membuatku meneriakan namanya dalam kenikmatan yang hanya aku dan Jungkook yang tahu.

Hingga tubuhku melemah, menjadikanku terengah, menyebut namanya di sisa puncak yang ku dapat.

Jungkook juga sama, panas dan bergairah. Terengah dengan puncaknya dan menatapku sayu. Tatapan yang selalu ku damba yang menjadi hak mutlak milikku.

"Terima kasih."

Satu kata yang ku dengar pertama kali darinya, sebelum aku menutup mata dan merasakan lumatan lembut di bibirku. Jungkook menutup malam kami dengan sempurna, membiarkanku pertama kalinya tidur di kamarnya. Tanpa tahu neraka apa yang menantiku besok.

FAKE LOVE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang