White Sakura

420 31 2
                                    

"Aku pulang" Dylan membuka pintu rumahnya.


PAAK!! PAAK!!


Terdenga suara confetti yang baru saja ditarik sehingga membuat kertas warna warni beterbangan diatas Dylan. Tentu saja hal ini membuat Dylan terkejut.


"Selamat datang Dylan!" Semua orang menyambut kedatangannya.


Nathan, Timmy, Ryan, Kory, Dokter Char dan ayahnya Limo. Semuaya berada di depannya saat ini.


"Kau terkejut?" Dolly bertanya.

"Tentu saja, Dari mana kalian tahu jika aku akan pulang?" Dylan yang masih terkejut itu masih kebingungan.

"Dolly yang memberitahu kami." Ryan menjawab pertanyaan Dylan.


Dylan hanya tersenum mendengarnya. Padaal ia ingin membuat kejtan untuk semuanya,, tetap malah ia yang mendapatkan kejutan.


"Selamat datag Dylan."


Suara yang terdengar di telinga Dylan mengalikan perhatiannya ke sumber suara. Maiknya mendapai ayahnya berjalan menuju dirinya dan menyambutnya dengan pelukan hangat. Dylan juga memeluknya sejenak. Kemudian keduanya saling melepaskan satu sama lain saat mendengar Dylan bersin.


"Kau tidak apa apa nak?" Tanya sang ayah denan nada khawatir.

"Aku baik - baik saja ayah.Mungkin hanya sedikit kedinginan karena terlalu lama berada di luar."

"Masuklah, hangatkan dirimu di perapian. Akan kubuatkan coklat panas." Limo segera masuk menuju dapur.


Dylan segera melepas jaket merahnya kemudian segera masuk ke dalam. Pemuda berkalung headphone itu menyapa semua orang yang menyambutnya saat itu. tidak lupa juga, ia segera membagikan buah tangan yang dibawanya kepada semuanya.


"WAAAH! Robot!" Timmy bersorak riang memainkan mainan baruya itu.

"Ini Gundam, gimana cara merakinya?" Komentar Kory yang langsung kebngungan melihat potongan - potogan kecil di dam kardus gundam milknya.

"Shizuku-chan!" Ryan menatapi action figurenya dengan wajah bahagia.

"Miyashitacchi!" Samahalnya dengan Nathan.

"Enak juga daifuku ini" Komentar Doker Char saat mencba memakan salah satu manisan yang dibawa Dylan.

"Aku lebih suka mochi ini." Limo menmbahkan.


Dylan lega bisa kembal melihat orang - orang terdekatnya tesenyum. Kini Ia sedang menghangatkan diri diatas sofa dekat perapian sambil memium coklat panas yang dibuatkan oleh ayahnya. Dolly datang mendekatinya. Ia menutupi punggung Dylan dengan selimut kemudian duduk di sebelahnya.


"Terima kasih." Ucap Dylan yang kini merasa lebih hangat.

"Bukan apa - apa. Terima kasih juga atas buah tangannya." Dolly menjawabnya dngan suaranya yang lembut.

"Hei Dolly, mendekatlah."


Dolly segera bergeser mendekati Dylan. Sementara Dylan melepas jepit rambut pita kuning yang tersemat di rambut Dolly dan menggantinya dengan jepit rambut yang baru. Sebuah jepit rambut berbentuk bunga sakura namun berwarna putih bersih.


"Kau telihat manis." Komentar Dylan.


Wajah Dolly memerah mendengar hal tersebut dari kekasihnya.


"Dylan, bukankah seharusnya bunga sakura itu bewarna merah muda? tetapi kenapa jepit rambut yang kau sematkan padaku berwarna putih?" Dolly bertanya.

"Karena sakura putih itu menadakan cinta abadi." Dylan menjawabnya.

 Dolly tersenyum mendengarnya. Kemudian Dylan mendekatkan dirinya pada telinga Dolly dan berbisik kepadanya.  

"Dan jika ada seorang laki - laki memberikan sakura putih pada seorang wanita, maka sama halnya dengan meminta wanita itu menjadi pendamping hidupnya." Dylan menambahi. 


Wajah Dolly berubah menjadi merah padam mendengar hal tersebut.


"Hacih!" Dylan bersin sekali lagi. Memecahkan keheningan antaa keduanya.


Dolly menyentuh dahi Dylan dengan telapak tangannya. Menyelipkan jari - jemarinya diantara rambut depan Dylan.


"Sepertinya kau terkena flu. Apa kau mau makan?" Tanya Dolly.

"Mungkin aku hanya sedikit kelelahan. Aku hanya ingin istirahat. Keberatan jika aku tidur di pangkuanmu?" kali ini suaranya terdengar sedikit berbeda.


Dolly menggeleng. Menjawab pertanyaan Dylan bahwa ia sama sekali tidak keberatan. Dyan segera mengistirahatkan keapalanya diatas pangkuan Dolly dan meluruskan kakinya sepanjang sofa. Dengan lembut, Dolly megusap - usap rambut Dylan, membuat sang pemuda merasa sedikit mengantuk.


"Jadi, apa kau mau?" Dylan bertanya sebelum ia tertidur.


Dolly tersenyum padanya.


"Kurasa aku tidak bisa menolaknya."


Dolly mencium kening Dylan dengan lembut. Dylan tersenyum mendengar jawabannya Dolly. Rasa kanuk sudah tidak dapat dibendungnya lagi. Dlan menutup matanya, terlelap dalam buaian mimpi.


Sebuah bunga sakura putih telah mengikat sebuah hubungan bagi Dolly juga Dylan.


*To Be Continue*

Sugar Cherry BlossomWhere stories live. Discover now