University

426 28 2
                                        

"Nak, apa kau sudah membawa alat tulis? Pensil, penghapus, penggaris, rautan, lem, gunting, pisau cutter, selotip, spidol bewarna, stapler, dan yang lain sebagainya?" Nyonya Park mengintrogasi putrinya.

"Tenanglah bu. Aku sudah menyiapkan semuaya. Aku hanya perlu membawa kartu ujian, pensil, penghapus, dan rautan. Semuanya sudah ada di tasku."


Dolly memastikan isi tasnya sekali lagi. Ia tidak ingin terjadi hal buruk menimpanya pada saat ujian masuk nanti.


"Rambutmu sudah memanjang. Setidaknya kuncirlah rambutmu itu agar tidak menganggu saat ujian nanti." Nyonya Park merasa risih melihat rambut Dolly yang sudah memanjang sampai punggungnya dan dibiarkan terurai.


Dengan tanggap, Nyonya Park segera merapikan rambut Dolly dan menguncirnya dengan gaya ponytail. Nyonya park juga menyematkan jepit rambut berbentuk pita dan berwarna kuning.


"Terima kasih ibu, aku berangkat." Pamit Dolly pada ibunya sambil menyalami ibunya.

"Hati - hati di jalan. Semangat! Berikan Ibu hasil yang terbaik!"

"Pasti!"


Dolly segera berangkat menuju Universitas Daedo. Ia menggunakan transportasi umum kali ini. Sepanjang perjalanan, Dolly berusaha mengingat setiap materi yan tertulis di buku kecilnya.

Sesampainya di sana, ia segera menuju gedung fakultas pilihannya. Cukup ramai suasananya saat itu. Dolly melihat ke segala arah mencari Layla. Maniknya tepat menangkap sosok orang yang di kenalinya.


"Layla!" Panggil Dolly.

"Hai Dolly, apa kau baru saja sampai?" Tanya Layla.

"Ya, aku baru saja sampai. Bagaimana? Apa kau sudah siap?" Dolly balik bertanya.

"Lebih siap dari yang kau lihat! Aku benar - benar siap!" Layla menjawabnya dengan mantap.


Tidak lama kemudian, mereka mendengar sebuah pengumuman yang diberitahukan kepada calon mahasiswa. Mereka dipersilahkan masuk ruang ujian sesuai kartu peserta ujian masing - masing. Mendengar pengumuman tersebut, Dolly dan Layla segera mengeluarkan kartu peserta ujian masing - masing dan melihat nomor ruangan ujian mereka.


"Aku ada di ruangan 4." Layla memberitahu Dolly.

"Ah, Aku di ruangan 3." Jawab Dolly.

"Kalau begitu sampai bertemu nanti seusai ujian. Dah!"


Layla meninggalkan Dolly dan segera menuu ke ruang ujiannya. Dolly membalas lambaian tangan Layla. Ia juga berjaan menuju ruang ujiannya. Saat memasuki ruangan, Dolly mencari tempat duduknya. Ia mendapati tempat duduknya berada di tengah - tengah ruangan. Ia segera duduk di bangkunya.


'Aku gugup sekali' gumam Dolly.


Dolly menepuk - nepuk keduanya pipinya untuk mengumpulkan semangat.


'Semagat Dolly. Kau harus menjadi seorang jurnalis yang hebat!'


Tidak lama kemudian, seorang pengawas masuk. Ia memberikan beberapa kata penyemangat kepada seluruh calon mahasiswa yang hadir. Kemudian ia membagikan kertas ujian menghadap ke bawah ke setiap calon mahasiswa.

Tepat pukul 8 pagi, bel berbunyi. Pertanda ujian suda dimulai. Dolly segera membalik kertas ujiannya dan membaca soal pertama.


[Sugar Cherry Blossom : University]


"Yak! Selesai!  Kertas jawaban dan soal tetap diatas meja. Harap cek kembali barang bawaan kalian, jangan sampai ada yang tertinggal! Sihlakan meninggalkan ruangan." Ucap pengawas ujian bertepatan dengan bel berakhirnya ujian.


Dolly merasa lega. Ia berhasil menyelesaikan semua pertanyaan dengan lancar. Dolly segera membereskan peralatannya dan segera keluar ruangan. Persis saat Dolly keluar ruangan, ia mendapati Layla sudah menunggu dirinya.


"Hai Layla. Bagaimana ujianmu tadi?" Tanya Dolly sembari menghampiri sahabatnya itu.

"Menyebalkan sekali. Aku tidak bisa menawab beberapa soal. Bahkan pengawas ruanganku terlalu kaku. Belum lagi orang yang berada di belakangku tidak bisa tenang." Keluh Layla.


Dolly tertawa kecil mendengar hal tersebut.


"Apa kau ada acara setelah ini? Bagaimana kalau mampir ke cafe dekat sini sebelum pulang?" Tawar Layla.

"Baiklah, aku ikut denganmu. Lagipula aku kosong sete-"


Ucapan Dolly terpotong saat telepon genggamnya berdering. Ia segera mengambilnya dan melihat ke layar telepon genggamnya. Dolly mendapati Dylan memanggilnya.


"Sebentar ya Layla." Ucap Dolly.


Layla mengangguk, sebagai jawaban 'iya' pada Dolly. Dolly segera mengangkat telepon tersebut.


"Halo?" Dolly membuka pembicaraan.

"Hai Dolly. Bagaimana dengan ujianmu?" Tanya suarang di seberang.

"Semuanya lancar! Aku yakin aku lulus!" Dolly menjawab dengan mantap.

"Syukurlah."

"Ngomong - ngomong, bagaimana denganmu?" Dolly bertanya balik.

"Aku diundang oleh suatu uivertas. Jadi aku tidak perlu mengikuti tes." Dylan menjawab.

"Oh ya? Kenapa kau tidak memberitauku sebelumnya? Universitas mana yang mengudangmu?"


Dylan terdiam. Membuat Dolly kebingungan.


"Halo Dylan? Apa kau masih disana?"


Tidak ada jawaban.


"Hei Dylan? Apa kau baik - baik saja?" Suara Dolly terdengar cemas.

"Aku minta maaf karena idak memberitahumu sebelumnya..." Dylan akhirnya berbicara.


Firasat Dolly mengatakan ada hal buruk akan terjadi.


"Kenapa? Ada apa Dylan." Dolly bertanya kembali.

"Aku diundang oleh salah satu universitas di Jepang. Jadi aku akan kuliah di luar negeri." Jawabnya.

"Benarkah! Waaah! Kau hebat Dylan! Ngomong - ngomong kapa kau berangkat?" Dolly merasa ikut senang.


Hening sejenak.


"3 jam lagi" Jawab Dylan.


*To Be Continue*  

Sugar Cherry BlossomWhere stories live. Discover now