II - Kesepakatan Tak Terduga

2.6K 183 61
                                    

Gatel banget mau publish yang ini:(

Jangan lupa ya untuk vote serta comment nya:)

Jangan boomvote, kesian author :/

Jangan jadi silent reader juga, nggak baik ternyata hehehe..

Hope u lyk it gaez~

Warning!!

Typo bertebaran dimanapun.

---------------------------------------------------------

Ara menggeleng pelan, "Nggak tan, aku nggak-"

"Ara..." panggil Rasti lembut tiba-tiba. Ara menoleh menatap Rasti bingung.

"Dari kalian kecil memang kami ingin menjodohkan kalian." Dhani ikut dalam perbincangan kini.

Ara mengernyitkan kening. Bingung dengan apa yang terjadi dengannya saat itu.

"Umur kalian sudah pas untuk menikah, bahkan kalian lahir di bulan yang sama kan?" ujar Fandi ikut andil.

Kini Ara menatap Rayyan, yang di tatap hanya cengengesan dan mulutnya seraya berucap, 'mampus lo kak dijodohin, kelamaan jomblo sih'

Ingin sekali ia menjitak kepala adik satu-satunya itu. Sayangnya itu tak mungkin ia lakukan kini.

Irfan tiba-tiba berdeham, "Aku mau berbicara sebentar sama Ara."

Bahkan Irfan tidak lagi memanggilnya Ayya? Nama panggilan kecil yang selalu di lontarkan oleh Irfan dulu? Terdengar asing di telinga Ara kini. Ia sedikit sedih akan hal sepele seperti itu.

Mereka pun mempersilahkan Ara dan juga Irfan untuk mencari tempat privasi agar bisa berbicara dengan leluasa.

Mereka tiba di halaman belakang, terdapat taman yang lumayan luas. Di hiasi oleh bunga-bunga yang berbeda jenis berwarna-warni.

Mereka memilih sebuah bangku taman berwarna putih.

Hening mengisi atmosfer mereka beberapa saat, hingga Ara mengeluarkan suara.

"Apa kabar?" tanya Ara tiba-tiba.

"Baik," jawab Irfan dingin.

Dimana Irfan nya yang selalu ceria dulu? Ah, itu sekitar 17 tahun yang lalu. Saat Irfan dan dirinya berumur 8 tahun.

Irfan menghela napas kasar, "Apa kamu menerima perjodohan ini?" tanya Irfan tiba-tiba.

Ara menggeleng lemah, "A—aku nggak tau." Ara menyadari bahwa Irfan tidak ingin menerima perjodohan itu. Terlihat dari sikap Irfan yang berubah saat mereka tiba di taman itu.

"Aku menerima nya," ujar Irfan yang tatapannya kosong ke depan. Ara menoleh menatap Irfan. Kemudian kembali menunduk.

Banyak perubahan pada diri Irfan. Ia bahkan semakin tampan. Sejak kecil memang sudah tampan bagi Ara. Di tambah tuksedo yang di pakai oleh Irfan saat ini membuat kesan tersendiri bagi Ara.

Ara meremas bawahan gaunnya, gelenyar aneh ia rasakan saat Irfan berkata seperti itu.

"Kamu... Menerima perjodohan ini?" tanya Ara memastikan ucapan Irfan.

"Ya, aku menerima nya. Apa kamu menolaknya?" Irfan balik bertanya.

Ara terkekeh canggung, "Ah, aku bukannya mau menolak, aku takut kalau aku menerima nya dengan percuma. Aku lihat kamu dari tadi diam aja. Makanya ku pikir, kamu bahkan nggak senang ketemu aku." tutur Ara sedikit canggung.

"Maaf, aku sedang berpikir keras tadi. Aku tau kalau bunda bakalan menjodohkanku denganmu. Tapi, aku cukup lega karena itu kamu. Bukan orang yang nggak aku kenal."

Sweet Wedding With The LieutenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang