IV - Terhanyut Dalam Buih Rasa

2.1K 157 43
                                    

Monggo di vote dan comment^^

Warning!!

Typo bertebaran dimanapun.

---------------------------------------------------------
Ara melotot kaget dan segera memalingkan wajah sambil mendorong pelan tubuh Irfan. Berusaha menutupi wajahnya yang ia yakini saat ini tengah memerah.

Begitu pula Irfan, ia segera memundurkan posisi tubuhnya. Tidak melanjutkan apa yang sebelumnya ingin ia lakukan.

Jantung Ara berdebar ribuan kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Ini pertama kali nya ia merasakan bibir seseorang menempel tepat di bibirnya, walaupun hanya sebentar saja. Namun rasa bibir Irfan seperti membekas saat ini.

Ara merutuki dirinya sendiri karena kebiasaan kagetnya yang sangat buruk.

Apakah ini termasuk first kiss nya? Ara menggeleng gugup. Di gigitnya bibir bawahnya menahan rasa gugup itu.

Mobil mereka belum jalan sama sekali, Irfan sedikitpun tak bergerak sama sekali. Apa ia malu? Ara bertanya-tanya.

Di liriknya Irfan yang tampak bergumam kecil dan segera menjalankan mobil itu.

Apakah ini merupakan kesalahannya?

"Ma—maaf ak—aku—," ujar Ara gugup. Ia terus menerus merutuki dirinya dalam hati.

"Pakai seatbelt nya." ucap Irfan memotong kalimat Ara yang segera di laksanakan oleh Ara dengan gugup.

Irfan segera menginjak gas tanpa berkata lagi. Begitu pula Ara yang tampak bergumam kecil, terus merutuki dirinya sepanjang perjalanan.

Irfan menghela napas panjang sebelum akhirnya ia berbicara, "Bagaimana kalau kamu yang memutuskan gaun serta kebaya? Coba kamu searching, apa aja yang kita butuhkan dalam adat Jawa," perintah Irfan masih terus fokus dalan menyetir.

"Ah—i—iya." kali ini Ara benar-benar merutuki kebodohannya akibat rasa gugup. Mau bagaimana lagi? Itu merupakan pertama kalinya. Bahkan rasa geli dalam perutnya tak henti-hentinya menggelitiki nya selama perjalanan.

Ara segera mencari informasi mengenai pernikahan tersebut. Perintah Irfan untuk mencari data mengenai adat Jawa saja sudah membuatnya berdebar kencang, di tambah ciuman tak sengaja mereka tadi.

Ah, bayang-bayang itu membuyarkan fokus Ara dalam mencari informasi. Ara harus fokus!!

"Nggak jadi, biar aku aja yang mencarikan informasi itu sekalian sama Wedding organizer nya." Tiba-tiba Irfan berkata seperti itu. Membuat Ara mendelik. Segera ara kembali menaruh handphone nya.

Irfan kembali menghela napas panjangnya, "Maaf tadi aku nggak sengaja." Akhirnya irfan mengucapkan kalimat tersebut. Membuat Ara menghela napas lega.

"Ah ng—nggak apa-apa," jawab Ara masih sedikit gugup.

Lama keheningan menyelimuti mereka kembali, akhirnya Ara kembali berucap, "Oh ya, untuk bagian pakaian adat, kebaya, dan lainnya urusan ku aja. Aku punya banyak kenalan untuk urusan itu." ia menatap Irfan yang tengah fokus menyetir. Baru ingat bahwa ia kenal betul dengan orang yang mengurus segala tentang pernikahan.

"Ya, terserah kamu aja." jawab Irfan singkat.

"Jadi.. Sekarang kita mau kemana?" tanya Ara agar Irfan cepat mengambil keputusan.

Di lihatnya Irfan yang melirik jam tangannya yang menunjukkan angka 10 pagi.

"Lihat nanti aja."

Lagi-lagi jawaban Irfan membuat Ara mendelik kesal. Ia segera membuang muka ke arah jendela. Malas bertanya lebih jauh lagi kalau jawaban Irfan selalu seperti itu.

Sweet Wedding With The LieutenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang