CINLOK - 3

1.4K 101 45
                                    

Sebelum berangkat ke sekolah aku selalu sarapan bersama Ayah dan Ibu. Kata mereka sarapan itu penting walaupun hanya sedikit.
"Gimana sekolah kamu viona?" Tanya Ayah.

"Baik kok yah. Oh iya nanti Vio ada syuting film pendek yah"

"Film pendek? Kamu jadi apa?" Tanya Ayah.

"Iya yah, kata ketua teater disekolahku sih aku jadi pemeran utamanya" Aku memasukan satu sendok nasi goreng kedalam mulutku.

"Yasudah itu berarti kamu harus bisa peranin tokoh itu dengan baik"

"Dikasih izin kan?" Aku menatap Ayah dan Ibuku.

"Iya Ayah izinin"

"Oke, Ayah baik deh"

"Anak ayah udah punya pacar belum?" Pertanyaan tersebut membuatku hampir tersedak lalu juga membuatku batuk-batuk.

"Aduh pelan-pelan dong makanya sayang" Ibu menuangkan air putih kemudian memberikannya padaku. Aku meminumnya dengan cepat hingga air putih itu tandas.

"Kamu kenapa vio? Ayah tanyain begitu kok malah batuk-batuk" Ayahku tertawa.

"Kaget yah, ayah sih nanyanya ada-ada aja"

"Anakmu itu sudah naksir sama laki-laki yah, tapi vio itu suka gengsi kalau didepan dia" Aku semakin malu jika hal ini diteruskan lagi. Aku selalu terbuka pada ibuku, termasuk bagaimana perasaanku pada Haidar. Makanya beliau bisa mengatakan seperti itu pada Ayah.

"Eng-engga kok yah" Bantahku.

"Hahaha gapapa sayang, sekali-kali ajak laki-laki itu kesini. Ayah mau lihat se-ganteng apa sih sampai anak ayah ini jatuh cinta sama dia" Ayah mengelus rambutku.

Aku melirik jam yang ada ditanganku, sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah.
"Kapan-kapan vio ajakin dia main kerumah, itupun kalau dia mau. Yaudah bu, yah, vio berangkat dulu ya" Aku menyalimi kedua orang tuaku lalu mengucapkan salam.

***

Sesudah memarkirkan mobil, aku berjalan menuju kelas. Seperti biasa, beberapa murid menyapaku dan tak jarang mereka menggodaku. Jika aku kenal, aku akan memanggil namanya namun jika tidak aku hanya akan melemparkan senyum pada mereka.
"Viona!" Nana memanggilku, seketika aku menghentikan langkahku.

"Eh, kenapa na?"

"Gue cuma mau ngasihin ini sih" Nana menyodorkan beberapa lembar kertas yang kuyakini naskah film.
'Bukannya oza yang mau ngasih ini ya? Tuh orang kemana?'

"Oza gak berangkat hari ini. Makanya dia suruh gue kasih ini ke elo" Ucap Nana seakan mengetahui apa yang ada dipikiranku.

"Oh yaudah, thanks ya"

"Yoi, gue duluan" Pamit Nana padaku.
Aku menatap beberapa lembar kertas yang ada ditanganku dan membaca salah satu dialog yang ada. Setelah itu, aku meneruskan perjalananku menuju kelas XI IPS 2.

Setiba di kelas, suasananya begitu ribut, lantaran pagi ini sedang jamkos. Kegaduhan itu berasal dari beberapa anak laki-laki yang bergerombol di belakang kelas sembari melontarkan guyonan receh yang membuat seisi kelas tertawa.

"Gue punya pertanyaan nih. Kadal, kadal apa yang bisa ketawa?" Ucap Tono.
'Jawabannya pasti gak masuk akal banget nih tono'

"Lo ton, lo kan kadal. Bhahahaha" Jawab Romi.

"Kadal buntung" Jawab Bimo.

"Sa-lah" Tono menggelengkan kepalanya.

"Terus apaan njir" Ucap Bimo sembari menoyor kepala Tono dengan gemas.

ALS |1| CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang