Sudah hampir seminggu sejak insiden Haidar menciumku siang itu, perasaanku menjadi resah dan gelisah. Pasalnya selama ini, pesan dan panggilanku tak dijawab olehnya. Bahkan ia tak menampilkan batang hidungnya di sekolah.
Apakah Haidar sakit? Mengapa ia tidak memberitahuku?
Mendadak aku teringat pembicaraan Haidar dengan seseorang melalui telfon tempo hari.
Setelah beberapa menit dia memundurkan wajahnya, ponsel Haidar berdering. Senyumnya langsung menghilang ketika ia membaca nama yang muncul pada layar ponselnya.
Haidar menggeser tombol hijau lantas menjauh dariku. Salah satu tangannya mengepal kuat kala ia mendengar jawaban dari seseorang diseberang sana.
"Jangan biarin dia lepas. Gue otw kesana" Ucap Haidar dengan nada marah.
"Argh! Kenapa lo bego banget sih! Gue gak mau tau ya! Lo. Harus. Dapetin. Dia. Lagi!" Hampir semua kata yang diucapkannya penuh dengan penekanan.
Kemudian, dengan amarah yang masih dirasakannya, Haidar mematikan panggilan lantas berbalik menatapku dengan datar. Aku sama sekali tak berniat untuk menanyakan hal tersebut pada saat seperti ini.
Saat ini aku berdiri didepan pintu apartemen Haidar. Aku menarik nafas panjang lantas menghembuskannya, terus seperti itu berulang-ulang. Kulakukan hal ini, untuk menetralkan detak jantungku yang terus berpacu cepat sejak mobilku memasuki basement apartemen tempat ia tinggal.
Aku mengambil ponselku didalam tas. Bermaksud untuk menghubunginya, dan tak lama setelah aku menunggu, keberuntungan memihak padaku. Ponsel Haidar aktif dan dia mengangkat telfonku sekarang. Senyum bahagiaku mengembang.
"Haidar?"
"Viona? Lo harus kesini, Haidar masuk rumah sakit!"
Mataku melotot, hal itu membuatku menjadi kalang kabut. Perasaanku sudah tidak karuan. Dengan kecepatan tinggi, aku langsung membelah jalanan kota Jakarta menuju rumah sakit tempat Haidar dirawat.
🖤🖤🖤
Hatiku mencelos, kala melihat Haidar berbaring lemah sambil menutup matanya dengan perban yang melingkar dikepalanya. Aku menatap perempuan berambut panjang yang duduk di kursi panjang depan ruang rawat Haidar. Ia tampak gelisah, kepalanya terus menunduk. Tapi tak lama, ia bangkit kemudian menghampiriku.
"Lo Viona? Gue Sandra" Sandra mengulurkan tangannya yang langsung kuterima.
"Gimana ceritanya, San?"
"Haidar dikeroyok sama geng motor waktu dia di Bogor"
Alisku hampir saling bertautan. "Bogor?"
Sandra mengangguk lemah. "Lima hari yang lalu, dia bilang mau ketemu sama cowok yang namanya Sa.. San—"
"Sandi?" Serobotku.
"Ah iya Sandi. Terus gue ditelfon sama temennya kalau keadaan Haidar udah parah. Gue susulin dia dan gue juga yang bawa dia kesini. Sampai sekarang, dia belum sadar, Na"
Nafasku tercekat. Ada masalah apa Sandi dengan Haidar, sampai-sampai jadi seperti ini?
Sandra menepuk pundakku. "Lo temenin Haidar dulu ya, gue mau pulang bentar. Oh iya, lo jangan kasih tau siapa-siapa. Dia gak mau bikin khawatir orang, apalagi nyokapnya"
"Oh iya, San. Hati-hati dijalan ya"
Sandra mengangguk, ia melenggang pergi meninggalkanku. Seusai punggungnya menghilang, aku menarik nafas panjang lantas mendorong pintu dan masuk kedalam ruangan dingin bernuansa putih tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALS |1| CINLOK
Teen Fiction-SELESAI- #1 in cassanova Cowok yang hanya bisa menarik perhatian Adara Viona adalah Haidar Ilham. Bagi Viona, Haidar adalah cowok yang memiliki senyum termanis didunia. Viona dan Haidar tergabung dalam ekstrakulikuler teater disekolahnya. Disaat...