CINLOK - 15

1K 52 7
                                    

🎵 You Are The Reason - Calum Scott

***

Pelukan Haidar yang tak terduga itu, membuatku merasa sesak untuk bernafas. Wangi mint yang harusnya menenangkan kini malah membuat jantungku berdetak kencang. Batinku berteriak bahagia.

Haidar menaruh dagunya diatas kepalaku. Haidar mengeratkan pelukannya. Aku membalasnya tak kalah erat. "Mau peluk aja gengsi" Dia terkekeh.

Aku tersenyum lebar. Tak ingin menjawab. Memejamkan mata menikmati kesempatan ini. Sekarang aku hanya ingin menghentikan waktu supaya aku bisa berlama-lama dengan Haidar seperti saat ini.

Aku mendengar jika dia sedang menarik nafas. "Rambut lo wanginya kayak bayi. Gue suka"

"Na" Panggilnya lirih.

"Hm"

"Lo kenapa diam aja? Nangis ya lo?" Tanyanya. Aku menggelengkan kepala.

"Sayang banget gue sama lo na" Ucapnya.

Aku terkejut. "Pret! Udah jelas-jelas orang kayak lo tuh bisanya cuma ngibulin orang"

"Hahaha tau aja mbak" Dia tertawa. "Langitnya udah oren. Lo mau lihat gak?" Haidar melepaskan pelukannya.

Dia menatapku dengan lembut. Bahkan sangat lembut, hingga membuatku terkunci pada matanya. Seolah tidak ada hal yang menarik selain mata Haidar. Aku heran, kemana perginya tatapan yang setiap hari membuatku jengkel?

Haidar memakai kacamata hitamnya. "Pakai kacamata lo"

Aku menuruti perkataan Haidar lantas membalikkan tubuh membelakanginya. Punggungku bersandar pada dada Haidar. Aku menikmati senja kali ini dengan teramat sangat bahagia.

"First time gue lihat senja dari atas sini" Ucapku.

"Gue juga" Ucapnya. "Tapi gue gak terlalu suka sama senja"

Aku mendongakkan kepala. Menatap wajah Haidar dari bawah. "Loh kenapa? Senja kan bagus. Bagus banget malahan"

Haidar menunduk, menatapku lantas tersenyum. "Gue bilang gak terlalu suka. Ya itu artinya biasa aja"

"Lo ngomong gitu karena lo gak tau. Senja punya beribu rahasia yang bisa buat lo penasaran waktu dia datang." Jelasku.

"Terus sekarang senja udah kasih tau rahasianya ke elo?" Tanya Haidar.

Aku mengalihkan pandangan, kembali menyaksikan matahari terbenam. "Udah" Ucapku mengangguk mantap.

"Apa katanya?" Tanyanya lagi.

"Senja bilang kalau cowok dibelakang gue ini berubah seratus delapan puluh derajat. Dari yang tiap hari bikin gue sebel, tiba-tiba jadi lembut gitu pas natap gue. Terus senja juga bilang kalau lo itu suka modus. Contohnya kayak tadi. Lo meluk-meluk gue seenaknya" Jawabku. Aku tertawa diakhir ucapanku.

"Eh-eh. Gue gak modus loh ya" Haidar tersenyum lebar. "Lo kan juga mau meluk gue kan? Yaudah sama artinya"

Aku mengerutkan dahi. "Sama? Maksutnya lo emang pengen meluk gue gitu?"

Haidar tertawa. Die mencubit pipiku. "Suka-suka gue dong, lo kan hari ini jadi pacar gue"

"Anjir" Celetukku.

"Bersyukur gak lo bisa dipeluk sama gue. Yang lain mana bisa kayak elo gini na" Ucapnya dengan bangga.

Aku memukul pelan pipinya. "Gak usah pede lo" Tawa kami berderai.

"Na gue mau ngomong deh" Haidar menatapku dengan serius. Dia meraih tanganku.

Jantungku berdegup kencang. 'Ngomong apaan? Kayaknya serius amat nih orang. Apa dia mau nembak gue?'

ALS |1| CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang