CINLOK - 22

1K 41 24
                                    

Kutatap manik mata Haidar. Memang tak ada kebohongan sedikitpun didalamnya. Debaran jantungku semakin cepat, aku merasa seperti ada kupu-kupu yang beterbangan didalam perutku.

"Na"

"Jadi pacar gue ya?"

Mataku berkedip-kedip. Memastikan jika ini bukanlah mimpi. Setelah dua tahun hanya mencintai dalam diam, akhirnya cintaku terbalas. Aku tak perlu lagi menerka apakah laki-laki dihadapanku ini mencintaiku.

"Emang lo gak lagi gak dekat sama cewek lain?"

Haidar merengut. "Kalau gue lagi pdkt sama cewek lain, ngapain gue bilang ini sama lo na?"

"Kali aja lo serakah"

"Na, jangan bercanda deh. Lo terima gue apa enggak? Jangan bikin gue deg-degan deh"

"Iya ah, daripada ribet"

Aku menatapnya tak percaya, baru beberapa menit yang lalu dia memintaku untuk menjadi kekasihnya, tetapi sekarang dia malah mengkritik ucapanku. Menyebalkan.

"Sini peluk" Haidar merentangkan kedua tangannya.

Aku mendekat, dia menarikku kedalam pelukannya. Membelai rambutku dengan sayang. "Maaf ya, kemarin aku bentak kamu, gara-gara aku, kamu jadi nangis"

"Kan emang di naskah aku harus nangis. Lagian aku bisa nangis, juga bukan karena kamu"

"Terus gara-gara apa?"

'Cerita sama dia gak ya? Kok gue jadi takut dia cemburu? Tapi nanti kalau gak cerita, dikira gue gak terbuka sama dia. Gue cerita aja deh'

"Sifat Varo, persis sama sifat mantan aku waktu smp..."

"Kamu masih smp udah punya pacar"

"Ih, dengerin dulu"

"Iya-iya lanjut"

"Dua tahun yang lalu, waktu itu aku masih jalan sama dia di mall. Terus ada yang telfon dia, nah aku gak sengaja lihat nama si penelfon itu. Dia ngejauh buat angkat telfon. Aku curiga, karena sebelum-sebelumnya, dia gak pernah gitu. Pas dia balik ke mobil. Aku tanya, dia selingkuh atau enggak" Aku meneguk salivaku.

"Iya terus?"

"Terus dia malah bentak aku, dia bilang aku nuduh dia selingkuh, dia bilang sifat aku kayak anak kecil, aku cemburuan, aku gak ngertiin dia. Aku langsung nangis, aku keluar dari mobil dia, terus aku pulang naik taksi" Suaraku mulai sumbang.

"Sh... Jangan nangis. Jangan nangis. Kalau kamu gak bisa cerita, lain kali masih bisa, Vio" Haidar mengusap punggungku dengan cepat.

"Sekitar tiga hari setelah itu, dia minta ketemuan sama aku di taman tadi dar, dia minta maaf karena udah bentak aku. Dia malah ditelfon lagi sama penelfon yang kemarin. Dia selalu ngejauh dari aku kalau cewek itu hubungin dia. Terus dia nyuruh aku pulang, katanya dia mau nganter mamahnya ke bandara. Tapi ternyata dia malah ketemuan sama cewek itu dar. Dia meluk-meluk cewek itu"

Air mataku menggenang dipelupuk mata. "Dugaanku benar dar. Dia selingkuh, padahal hubunganku udah setahun setengah sama dia. Tapi dia tega, malam itu, bahkan sampai sekarang, aku benar-benar benci banget sama dia. Aku gak pernah pengen ketemu lagi sama dia"

Tak kuat mengingat kejadian waktu itu, air mataku tumpah, mengalir dengan deras. Aku menangis dipelukan Haidar. "Hiks... Hiks..."

Haidar mengusap punggungku. "Sh... Kalau nangis bisa buat kamu lebih baik, aku bakal nunggu sampai kamu ngerasa lega"

Tangisanku semakin kencang, tapi lama-kelamaan mereda. Aku sudah merasa lega sudah bisa menceritakan masa laluku dengan Haidar. Pelukan Haidar benar-benar membuatku tenang, merasa aman, dan terlindungi.

ALS |1| CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang