CINLOK - 13

1K 56 24
                                    

Satu kata yang menggambarkan kota Bogor, sejuk. Meskipun hari sudah siang, namun tetap saja masih terasa seperti pagi. Satu hal lagi. Aku menyukai kota ini. Kota yang setiap saat diguyur hujan.

Haidar mengangkat tangannya dari stir mobil. Tangan kanannya menyisir rambut kebelakang. Laki-laki itu menatapku. "Gue lapar. Lo lapar gak?"

"Ya lapar lah" Cetusku.

"Mau makan dimana?"

"Ditempat lo biasa makan" Aku menyelipkan anak rambutku kebelakang.

Tak lama setelah itu, Haidar membelokkan stir ke kanan memasuki area parkir sebuah cafe. Haidar memarkirkan mobil, bergabung dengan mobil-mobil yang terparkir.

Aku dan Haidar keluar dari mobil. Haidar mengunci mobilnya lewat remote control yang terpasang di kunci mobil. Selanjutnya Haidar mengangguk padaku dan menggandeng tanganku memasuki cafe tersebut.

Merasakan jari-jari Haidar yang berada diantara jari-jariku. Membuatku tersenyum senang. Sesekali aku melirik Haidar dengan salah tingkah. Semoga Haidar tidak mendengar bunyi detak jantungku.

Haidar memilih tempat duduk yang berada di pojok dekat jendela. Kemudian pelayan datang dan menyerahkan daftar menu cafe pada kami. Aku membaca deretan menu makanan, minuman, serta dessert.

"Em.. Saya mau chicken rice bowl sama Mocha latte ice" Ucapku pada pelayan, yang langsung mencatat pesananku.

"Saya mau nasi goreng spesial yang pedas sama milkshake coklat" Ucap Haidar.

Pelayan itu mengulangi pesanan kami lalu mengambil daftar menu dan meninggalkan meja kami. Aku mengedarkan pandangan pada cafe ini. Interior di tempat ini unik. Jika dilihat-lihat lagi, kebanyakan para remaja yang datang ke tempat ini.

"Lo sering kesini dar?" Tanyaku.

"Iya sama teman-teman gue kalau lagi bosan" Jawab Haidar. Dia menyandarkan punggungnya pada sofa yang diduduki.

Sejak aku dan Haidar memasuki cafe ini, segerombolan perempuan memekik histeris. Aku yakin jika usia mereka sama sepertiku. Kulirik gadis-gadis itu. Mereka terus melihat Haidar dengan tatapan memuja.

Aku menyenggol tangan Haidar membuatnya menatapku lalu mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Kayaknya fans lo bertambah deh dar"

"Masa?" Tanya Haidar memastikan.

Aku mengangguk lalu melirik gerombolan gadis tersebut. Sontak Haidar mengikuti arah pandangku. Di tatap Haidar, gadis-gadis itu semakin salah tingkah. Mereka melambaikan tangan dan mengedipkan sebelah matanya pada Haidar.

Haidar kembali menatapku. Aku tertawa pelan. "Lo digenitin dar"

Haidar tersenyum padaku. "Biarinlah"

Pekikan salah satu gadis itu terdengar di telingaku. "Ganteng banget!"

Aku tertawa. "Lo denger dar?"

"Iya. Anjir pede banget tuh cewek" Haidar menggelengkan kepalanya sembari terkekeh.

Tak lama kemudian, pesanan kami datang. Pelayan itu menata hidangan di meja lantas meninggalkan kami berdua. Aku menemukan secarik kertas dibawah gelas milkshake coklat milik Haidar.

Haidar menatap kertas itu. "Apa na?"

Aku mengedikkan bahu "Coba gue baca ya?" Aku menyedot Mocha Latte. Haidar mengangguk menyetujui.

"Kamu ganteng, aku dan teman-temanku suka sama kamu. Kita gerombolan yang kamu lihat tadi. Boleh gak minta nomor hpnya?" Aku menatap Haidar.

"Dari cewek-cewek itu" Aku meletakkan kertas itu diatas meja. Selanjutnya menarik Chicken rice bowl ke hadapanku dan mulai menyendoknya.

ALS |1| CINLOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang