24.

25 3 0
                                    

Veno berlari keluar dari taxi menghampiri Nana yang sudah menunggunya. Veno tampak gusar, nafasnya terengah engah.

" bagaimana kau bisa kehilangan Joy, bukankah kalian bersama? Apa saja yang kau lakukan " Veno sedikit emosi terdengar dari suaranya.

" aku hanya berpesta bersama yang lain, aku melihat Joya duduk di pinggir kolam. Ku fikir tidak ada masalah jika aku meninggalkannya untuk berpesta, kau tau lah Joya tidak suka kebisingan "

" iya aku tau, tapi bagaimana bisa dia menghilang begitu saja. Memangnya dia hantu atau apa? Kau jangan konyol "

Nana hanya menunduk sambil memainkan kuku jarinya, dia seolah takut dengan kemarahan Veno.
Veno memandang Nana sebentar ada rasa iba di hatinya.

" terjadi sesuatu kan? " Veno memegang kedua bahu Nana, Nana menatap Veno seolah ingin mengatakan sesuatu.

" aku...aku sebenarnya melihat Joya pergi dengan seseorang " Nana berkata dengan penuh penyesalan.

" seseorang? Siapa?"

" dia orang yang ku kenal, namanya Jason. Aku melihat Joya ikut ke mobilnya "

" kenapa tidak kau katakan dari tadi " bentak Veno, " aku ingin tapi aku takut kau salah faham "

" lalu harus kemana kita mencari mereka "

" aku tahu Jason biasanya pergi kemana" Nana menyetop taxi yang melintas di depannya, beruntunglah taxi itu masih kosong. Veno segera mengikuti Nana.

" ke motel yang berada di ujung jalan pak " kata Nana pada sopir taxi tersebut, Veno tercengang mendengar perkataan Nana.

" motel namdong?" Balas sopir taxi tersebut, Nana mengiyakan.

" hei....kenapa kau mau ke motel?" Tanya Veno heran.

" Jason sering bermain dengan wanita disana "

" kau membiarkan Nana pergi dengan orang seperti itu, kau gila. Kau teman macam apa "

" aku gila? Kekasihmu yang gila, dia tidak menolak. Dia malah ikut ke mobil Jason dengan sukarela, kau naif. Kau fikir wanita jaman sekarang sepolos yang ada di fikiranmu?"

Veno berlari keluar dari taxi tepat setelah taxi berhenti, dia masuk ke dalam motel di ikuti Nana. Mereka mencari ke seluruh penjuru  motel tetapi tidak juga menemukan keberadaan Joya.

" kau yakin mereka disini " tanya Veno mulai meragukan Nana

" ya harusnya mereka disini " Nana mulai ragu ragu dengan pernyataannya.

" harusnya? Kau tidak menjebak temannu sendiri kan?" Veno mulai mencurigai Nana.

" tidak mungkin, bagaimana kau bisa berkata seperti itu "

Veno menatap tajam ke arah Nana, sebelum dia mendorong masuk Nana ke taxi yang masih menunggu mereka.

" pulanglah sendiri, orangtuanu bisa khawatir. Ku peringatkan untuk kali ini saja, jangan kau ulangi melakukan hal konyol lagi "

Sepanjang perjalanan, Nana merutuki sikap Veno. Menurutnya dia terlalu berlebihan, bisa saja kan Joya sudah pulang ke rumah. Kenapa dia harus marah marah seperti itu.

Yang hilang kan hanya Joya bukan presiden, batin Nana menahan sebal

Dust in the wind 🌪️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang