42. What's wrong with me?

14 0 0
                                    

Jika ada itikad baik, pasti akan ku maafkan

Nana mengirim ke grup chat, Joya menghela nafas lelah. Dia merasa ada batu bata yang menindih dadanya, sebenarnya apa yang sudah ku lakukan fikir Joya.

Balasan chat bermunculan

Kau kenapa?

Ada yang menyakitimu?

Tidak, aku hanya sedang tidak terlalu baik. Aku hanya sedih

Kau masih memikirkan kekasihmu ya?atau pengkhianat itu?

Yaa! Orang seperti itu tinggalkan saja

Benar tinggalkan dia di masa lalu

Benar tinggalkan saja, biar dia tidak bertingkah.

Joya memejamkan matanya, dia ingin membalas perbuatan mereka. Tapi dia tidak ingin terlibat terlalu jauh. Bahkan mereka masih mengganggunya  ketika dia sudah pindah ketempat yang baru dan mereka masih mengganggunya, keterlaluan.

Joya keluar dari rumahnya

" Joy mau kemana?"
Teriak Ibunya

" kerumah Dio " sambil melambaikan tangan dan bergegas pergi. Joya berjalan cukup jauh dari rumahnya sampai dia merasa kakinya pegal. Dia berjalan gontai menghampiri kursi halte yang ada di bawah pohon besar.

Debu berterbangan tertiup angin, Joya memasukkan kedua tangannya ke saku jaket dia menunduk memainkan kakinya di tanah. Dia memikirkan haruskah dia bertemu dengan Nana dan mencari tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa dia seolah masih menerornya.

                         ..........

Joya berjalan sambil memakai earphone di telinganya, dia lelah sekali pagi itu. Bahkan dia harus dibangunkan berkali kali oleh Ibunya untuk pergi kesekolah. Joya menuju pintu tepat di belakang siswa perempuan.

Brak....

Pintu itu membentur kepala Joya," YAA!!..... "
Teriak Joya sambil memegangi kepalanya," kau gila ya, kenapa membanting pintunya "

Siswa perempuan itu tidak memperdulikan Joya dan berlalu pergi meninggalkan Joya yang kesakitan. Kepalanya berdenyut denyut rasa nyeri menyengat disekujur dahinya

Joya masuk ke dalam kelas dan merebahkan kepalanya di meja, dia memejamkan matanya sebentar setelah menaruh tasnya di bahu kursi.

Dio masuk ke dalam kelas sambil menyapa beberapa teman yang dia temui di ambang pintu kelas, dia duduk pelan pelan di samping Joya sambil mengamati Joya dari dekat. Dio melihat dahi Joya tergores dan sedikit berdarah, dia mengambil plester di saku jas nya dan menyoba menutup luka Joya. Bukan Dio jika tida mengacaukan tindakannya sendiri, plester yang dimaksud untuk menutup luka malah membuat beberapa helai rambut Joya tersangkut. Dio mencoba menariknya, Joya membuka matanya dan menatap Dio dengan gusar.

" kau cari gara gara?" rutuknya sambil menarik plester yang menempel pada rambutnya. Joya merapikan pinggiran plester tersebut dan menempelkan di dahinya.

" kenapa tidak kau bersihkan darahnya "  keluh Dio

" aku tidak tahu kalau berdarah, kapan kau datang? Kenapa belum mulai pelajaran?" tanya Joya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali

" jam pertama kosong, kita cuma diberi tugas kelompok "

" berapa orang?"

" dua "

" oke kau dengan ku "

" kau juga harus mengerjakan ya" Dio memperingatkan Joya. Joya hanya tersenyum melihat expresi was was temannya.

Dust in the wind 🌪️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang