19

20 3 0
                                    

Joya masuk ke dalam kamar sambil memeluk boneka yang hampir sebesar tubuhnya. " kau dapat boneka dari mana?" Nana berbasa basi menanyakan perihal boneka yang dibawa Joya.

Joya bercerita bahwa Veno baru saja datang untuk memberikan boneka padanya, Nana menanggapi seadaanya sambil terus sibuk memainkan phoncellnya. Nana terlihat serius dengan phoncellnya, rupanya dia sedang chating dengan seseorang.

Tidak lama kemudia Nana membanting phoncellnya di tempat tidur, dia kelihatan gusar. " kau kenapa? Apa terjadi sesuatu? Tanya Joya yang sedikit khawatir.

" tidak, aku hanya sedang badmood"

" jika kau tidak keberatan, kau bisa cerita padaku "

Nana menghembuskan nafas sebelum dia mulai bercerita, dia bercerita tentang Brian yang tidak pernah perhatian terhadapnya. Dia bilang Brian terus terusan menyuruh Nana untuk datang ke rumahnya padahal dia tau Ayah Nana baru selesai di operasi. Brian bahkan tidak peduli sedikitpun tentang keadaan Ayah Nana, Brian tidak berniat menjenguk bahkan nenanyakan kabarnya pun tidak.

Nana kesal dengan kekasihnya, Brian selalu saja memerintah Nana. Meskipun begitu Brian lebih peduli dengan teman temannya dibanding Nana, seharusnya Brian menghibur Nana terlebih Nana sedang sedih perihal Ayahnya, tapi terlepas dari semua itu Nana memang mencintai Brian.

...........

" kau tidak pernah peduli padaku " Nana nenarik tangannya yang berada di genggaman Brian.

" hei kau kenapa akhir akhir ini sering marah? Katakan padaku apa yang terjadi "

" aku muak dengan hubungan ini, kau tidak perhatian padaku. Kau tidak pernah memberiku kado spesial, kau bahkan tidak pernah memberiku kejutan kejutan kecil. Dan kau tidak peduli dengan Ayahku " teriak Nana frustasi

" Nana, sorry jika aku belum sempat menjenguk Ayahmu. Aku berencana akan kesana sore ini bersamamu, tapi tentang hubungan kita? Kenapa mendadak kau seperti ini? Kau kenapa"

" sudahlah aku ingin break, aku perlu menenangkan diri "

" hei apa maksudmu? Kau bercanda atau apa?" Brian mencoba memeluk Nana tapi sia sia saja, Nana mendorong tubuh Brian

" aku serius kita butuh waktu apakah hubungan ini perlu lanjut atau tidak " Nana meninggalkan Brian yang masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tidak jauh dari sana, Joya melihat semua yang terjadi. Joya tidak percaya bagaimana bisa Nana berubah drastis, yang Joya tau Nana sangat mencintai Brian dari dulu.

Joya memperhatikan Brian yang sepertinya terpukul dengan keputusan Nana, " hai Joy " seseorang menepuk bahu Joya dari belakang membuatnya terlonjak kaget.

" eh hai...kau mengagetkanku " rupanya Veno, " kau sedang apa?" Tanya Veno mengikuti arah pandang Joya

" ahhh bukan apa apa, aku mau ke perpustakaan. Kau mau ikut?"

" boleh juga " mereka berdua berjalan menuju perpustakaan sambil mengobrol ringan.

..........

Sesampainya di rumah, Joya mendekati Nana yang sibuk mencoret coret buku tulisnya di meja belajar. Joya bermaksud menanyakan apa yang terjadi padanya walaupun sebenarnya Joya tau pasti semua ini tentang kejadian di sekolah tadi.

Joya mengajak Nana bercanda tetapi tidak ditanggapi, Joya membujuk Nana untuk bercerita padanya jika memang terasa berat tetapi juga tidak berhasil.

Akhirnya Joya memutuskan pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka. Ketika keluar dari kamar mandi, Joya dibuat kaget karena Nana sudah berdiri di depan kamar mandi dengan mengacungkan phoncell milik Joya.

" kenapa?"

" hubungi Brian "

" Brian? Kenapa aku?"

" karena aku butuh bantuanmu, kau tau sebentar lagi aku ulangtahun. Kau pura puralah chating dengannya tapi kau juga harus menyinggung tanggal ulang tahunku serta sesuatu yang ku inginkan, dan pastikan aku dapat dress yang ada di boutique monokrom "

" kenapa begitu?" Tanya Joya hampir terbata bata

" karena jika tidak request maka aku hanya akan dapat barang rongsokan tidak penting darinya, ayolah pastikan aku dapat dress itu ya "

..........

Dust in the wind 🌪️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang