BAGIAN 9: HUKUM SNELLIUS

11 0 0
                                    




"And I am so scared that I'll stay here being in love with you, waiting for you, and then in the end, you just leave." -uknown






Aku memasuki ruangan kelas yang masih sepi. Ruangan ukuran 5x6 itu lengang menyisakan suara gemertak kayu-kayu yang mulai lapuk. Aku bersandar pada pintu dan menerawang jauh tentang apa yang harus kulakukan. Hampa rasanya.

Hari itu aku sengaja memutuskan berangkat lebih pagi dengan tujuan agar bisa menghela nafas sedikit dan mempersiapkan untuk hari yang panjang dan melelahkan.

"Lyn, oy!"

"Ah, Ghea?" tanyaku kaget

"Eh-hem?"

"Maaf, aku sedang memikirkan untuk ulangan nanti."

Aku berbohong.

"Oh, santai saja."

"Iya, aku akan berusaha."

Aku berbohong. Sampai kapan aku harus berbohong?

"Lyn, ayo duduk denganku" pinta Ghea.

Aku mengangguk pertanda: iya. Duduk di meja urutan 3 dari depan, lalu mengeluarkan buku, membaca materi ulangan dan aku berharap sedikit mengalihkan pikiranku yang runyam.

Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar. Jika sinar datang dari medium lebih rapat menuju medium yang kurang rapat, maka sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal. Jika sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium yang lebih rapat, maka sinar akan dibiaskan mendekati garis.

Ah, jika saja sinar datang ibarat manusia dan garis normal adalah cermin takdir yang siap memantulkan sesuatu yang kita berikan terhadap sesama, lalu sinar bias merupakan pantulan pemberian kita. Jadi, medium rapat adalah adalah kebaikan seperti kemuliaan, keadilan, kemurnian hati, dan persahabatan lalu medium kurang rapat adalah keburukan termasuk patah hati, kecemburuan, rasa iri, dengki, benci dan permusuhan.

Jadi logis saja, sinar datang dengan kata lain manusia dari medium kurang rapat yaitu keburukan ke medium rapat, kebaikan hasilnya akan menjauhi garis normal yang berarti hasilnya jauh dari pengharapan awal. Semua tahu bahwa semua orang berharap akan kebaikan. Jadi, bila kita melakukan keburukan ke orang yang baik, hasilnya tidak akan menjadi baik?

Lalu sebaliknya, jika sinar datang menuju garis normal dari medium rapat ke kurang rapat maka akan mendekati garis normal. Jadi bila kita berbuat baik pada orang buruk, yang kita dapatkan adalah kebaikan?

Jika berbuat buruk pada Raka, dan hasil yang kudapatkan tidak baik, lalu Raka menjadi tidak baik haruskah aku berbaik hati pada Raka?

Dapatkah itu membuatnya lebih bahagia?

Dapatkah itu membuatku dapat berteman dengannya?

Dapatkah

Itu

Membuatnya

Kembali?

Ah, aku mikir apa sih. Rumit.

"Lyana? Hei?!" kata seseorang setengah menjerit.

Aku masih melayang dengan lamunanku.

"Lyana!"

Ah, buram. Siapa sih?

"Lyanaaaaaa!"

Aku tidak ingin diganggu.

"Lyn!" bentaknya setengah mengguncang badanku

"Oh?"

Akhirnya aku tersadar dari lamunanku.

"Ada apa?"

Kupasang raut datar seraya menatapnya tajam.

"Ajarin fisika." ucapnya mengikuti nada bicaraku yang datar.

Dia Raka.

Iya, yang didepan ku Raka.

Aku menghela nafas yang panjang, lalu mengangguk pelan, dan meraih bukunya. Menanyakan apa yang tidak diketahui, apa yang menjadikan sulit, dan menerangkannya perlahan. Ia mengangguk angguk pelan.

Aku asik dengan penjelasan fisika detailku dan ia sibuk menyimak dengan anggukan pelan. Namun, sebentar.

Aku merasa ada yang menatap. Tunggu, lebih diawasi. Tunggu, kurasa banyak mata yang menatap.

Akhirnya aku mendongakkan kepala.

Ah, begitu. Batinku dalam hati.

Penjelasanku terhenti. Raka ikut menoleh ke arah mataku memandang. Sontak sekelas berteriak:

"Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee"

Aku terpaku. Raka menelan ludah. Akhir pembelajaran fisika ku dan Raka dengan muka merah padam dan canggung yang tak karuan.

Setelah itu Raka bangkit dan kembali ke mejanya. Aku terdiam bingung. Ah, andai saja tadi teman-teman diam semua. Kurasa lebih banyak waktu yang dihabiskan dengan Raka.

Lebih

Banyak

Waktu

Yang

Ku

Habiskan

Dengan

Raka.

Haha. Lucu.

Ah, apa sih. Rumit.

Love You SelflesslyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang