kedua

54 15 43
                                    

Ardan alex fadel.

"Panas banget ihh." Keluh fadel mendekati pohon rindang dekat panti. Numpang ngadem.

Fadel sempat melihat anak cewek yang sering dia panggil si ompong sedang berlari-lari di taman panti, entah? Tapi menurutnya itu kurang kerjaan! Siang terik seperti ini malah lari-larian. Fadel terkekeh.

Duduk selonjoran, sambil menyenderkan kepalanya kepohon. Posisi yang pas buat ngadem, apalagi anginnya sepoi-sepoi, sungguh menambah membuatnya betah untuk beristirahat ditempat ini. bersih-bersih panti, Udah. Dan sekarang dia lelah, sekalian nunggu makan siang.

●.....

●.....

.........BRUKK!

fadel samar-samar mendengar bunyi sesuatu yang terjatuh. Ahh,... untuk apa dia peduli, menganggu saja istirahat siangnya. Dia kembali beristirahat, benar-benar membuatnya mengantuk tempat ini. Dia jadi teringat film upin-ipin yang disaat lomba lari dengan kelinci, disitu sang kelinci memutuskan beristirahat dipohon karna kelamaan menunggu sang kura-kura, dia tertidur karna perbuatan sang pohon. Apa pohon ini juga melakukan hal yang sama kepadanya? Tapi dia tidak sedang lomba lari. Ah,... dia jadi tersenyum mengingat film kesukaan si cewek ompong yang tadi berlari-lari itu.

Hiks,...
Hiks,.......
Hiks,............

Sekarang dia mendengar seseorang menangis, dan suaranya mirip suara si ompong. Ompong?!, kenapa dia???!

Dengan sigap dia langsung berdiri, dan mencari sumber suara.

Dan ya,...! Si ompong!. Menangis sambil melihat lututnya. Fadel mendekati si cewek ompong yang sedang menangis."Ompong kenapa?!." Dia berjongkok dan karna saking paniknya dia langsung membersihkan kotoran kerikil yang menempel dilutut si ompong dengan sedikit kencang dan terburu-buru.

"Ish, sakit tau!." Ucap si cewek ompong itu dengan geram, lalu menangis.

Fadel baru ingin minta maaf, tapi si cewek ompong ini malah menatapnya sebal, kesal, dan galak. Dia salah.

"Pelan-pelan kek, sakit ini. Liat nih! Lutut yessi berdarah. Warnanya merah-merah,... banyak lagi." Ucapnya dan kembali menangis.

Fadel heran dengan perempuan ompong didepannya ini, kan dia yang lari! Masih mending kan, fadel peduli dengan menghampiri dia dan khawatir padanya??, apalagi sudah menganggu acara ngademnya. Menyesal dia sudah mengkhawatirkan sih cewek ompong yang ada didepannya ini.

Tapi dia memang takut si cewek ompong ini kenapa-napa! Tapi dia juga kesal!. "Makanya jangan lari-lari mulu, ompong. Jatuh kan." Saran fadel dengan sedikit geram.

"Dih suka-suka yessi dong! Kan yessi yang lari, kok kamu yang gak bolehin?!." Ucap si cewek ompong ini dengan kesal.

Fadel berdiri setengah kesal, benar-benar menyesal dia sudah datang kemari, biarkan saja si cewek ompong ini sendirian. Biar tau rasa.

"Iya, kamu yang lari. Kamu yang jatuh. Berarti kamu juga yang Bantuin diri sendiri. Huh ompong." Fadel dengan kesal langsung beranjak, biarkan saja si cewek ompong itu kembali menangis. Dia tidak peduli. Biar tau rasa dia!.

Dia benar-benar menangis,... tau rasa! Huh..!

"Fadel!."

Berasa dipanggil fadel berbalik badan dan menemukan seorang anak laki-laki, sahabat si cewek ompong ada disebelah si cewek ompong. Nafasnya sedikit memburu, ngos-ngosan. Dan jangan lupakan tatapan marahnya, ini sudah pasti ditujukan kepadanya. Yah,....

"Kamu ngapain yessi?!," tanya anak laki-laki itu lalu mendorong tubuh fadel.

Fadel kesal. Tapi sabar.

SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang