ketiga

37 16 77
                                    

Lintang saka.

"Yessi kemana ya,..." heran saka. Dia dari tadi mencari yessi, teman atau lebih tepatnya cewek yang disukainya. "Tadi katanya mau main bareng. Tapi malah gak ada." Lanjutnya dengan kesal.

Saka tadi mencari ke kamar yessi, tapi kata anak-anak sekamar yessi, yessi tidak ada. Dan jadilah sekarang, saka berkeliling mencari keberadaan yessi. Di taman belakang? Tidak. Di dapur? Tidak juga. Di ruang makan? Apalagi!

Mungkin diteras,....

Atau halaman depan.

Ya! Dia harus mencoba mencari, kali aja ada. Pikirnya.

Saka berlari mempercepat langkahnya. Tapi,... saat sampai diteras yessi tidak ada. Dia semakin melangkah maju, dan maju. Sampai pada akhirnya dia melihat yessi yang sedang duduk di pinggir jalan,

Apa?! Pinggir jalan!.

Dan ada anak gemuk itu disana, seperti sedang berkata sesuatu dan yessi,.. apa itu? Yessi menangis. Wahh,... anak gemuk itu pasti mengerjai si yessi lagi.

Saka buru-buru berlari menyelamatkan yessi, harus!. Saat semakin dekat dia melihat anak gemuk itu pergi, dan yessi semakin menangis. Ini sudah seperti dugaannya!!!

Dia harus membuat perhitungan kepada anak gemuk itu, karna sudah berani membuat yessi-Nya menangis! Harus.

"Fadel!." Panggilnya berteriak dengan nafas yang ngos-ngosan. Dia membungkuk menopang badannya dengan tangan memegang lutut dan mengatur nafasnya. Kemarahannya semakin menjadi saat melihat lutut yessi terluka.

Dengan marah, dia melangkah maju dan mendorong tubuh anak gemuk itu hingga dia mundur beberapa langkah. "Kamu ngapain yessi?!," tanya saka marah. "Lututnya berdarah. Kamu ya? Kamu kan yang jatuhin yessi?!." Ujar saka, dan berkacak pinggang menantang. Untuk kesalahan ini dia memang benar-benar marah. Anak gemuk ini sudah kelewat batas! Selama ini dia masih sabar jika anak gemuk ini mengerjai yessi, tapi tidak sampai seperti ini juga. Lutut yessi berdarah! Dan pasti ini perbuatan anak gemuk itu. Simpulnya.

Hiks,...
Hiks,......
Hiks,.........

Saka teringat dengan yessi, "yessi, kamu gak pa-pa?," tanya saka dengan panik, sangat. Dia khawatir. Soal anak gemuk tadi? Nanti dia akan buat perhitungan, tunggu saja!.

"Lutut yessi berdarah nih liat, sakit tau." Ucap yessi, dengan menangis histeris. Ini benar-benar sudah di batas kesabarannya, dia sangat marah. Anak gemuk itu, saka akan membalasnya! Pasti!.

Saka tidak tega melihat keadaan yessi sekarang yang berantakan, rambut-rambutnya sudah tidak rapi lagi, dan lutut yessi berdarah. Tangannya juga baret.

Tapi,....

Dia harus apa, saka benar-benar tidak tahu harus apa?? Tolong beritahu pada saka dia harus apa??.

"Tapi,... Saka harus apa?," tanyanya bingung.

Yessi terlihat sangat frustasi, lalu dia menangis histeris. "Ahhhhhhhhhh,.... darahnya ngalir nih. Tuh,tuh banyak banget. Lutut yessi juga tambah sakit." Ucapnya histeris dengan menunjukan lukanya. Saka tidak tega, tapi dia tidak tahu harus apa?

Tiba-tiba anak gemuk itu berjalan mendekat, otomatis membuat saka semakin tidak bisa menahan kemarahannya. Karna anak itu!

Dengan marah dia berdiri dan menghadang, "mau ngapain kamu?!." Ucapnya dengan galak.

Dia baru ingin membuat perhitungan dengan anak gemuk ini. Tapi yessi tiba-tiba berucap, "Ihhh, kalian jangan berantem kenapa sih. Bantuin yessi nih! Gak kasian apa sama lutut yessi." Dan yessi kembali menangis.

"Tapi dia yang udah buat kamu jadi kaya begini yes, aku kesel sama dia!" Ungkap saka dengan marah.

"Dia gak ngapa-ngapain aku saka." Ucap yessi lalu kembali menangis.

Hah????

Benarkah????

Tapi saka tidak percaya!!!

"Makanya jangan asal nuduh." Ucap anak gemuk itu lalu berjongkok didepan yessi.

"Ih, tapi aku tetep gak percaya. Kamu kan suka ngenjailin yessi." Ungkap saka tidak percaya pada apa yang dikatakan yessi.

"Terserah kamu." Balas anak gemuk itu dengan acuh. Lalu merapihkan rambut yessi yang berantakan.

Apa itu?!

Dia cemburu!

Tiba-tiba anak gemuk itu membalikkan badannya tapi masih tetap dalam posisi jongkok. Saka heran?? Dan bingung. Lalu sedetik kemudian dia sadar, apa yang ingin dilakukan oleh anak gemuk ini.

"Eh,eh mau ngapain kamu del?,"

"Ompong, buruan naek!." Perintah anak gemuk itu sambil menepuk punggungnya.

Saka ingin membantah dan menyuruh yessi untuk menolak, tapi dia malah tidak berbuat apa-apa. Dia masih dalam keadaan marah, tapi juga cemburu, tapi juga bingung. Dan,.... heran. Ini yang seharusnya dia lakukan untuk yessi bukan?

Tapi tidak terpikirkan olehnya.

" kamu mau gendong yessi?," tanya yessi tidak percaya sambil menangis.

"Iya buruan." Jawab anak gemuk itu.

Saka semakin kesal. Dia berharap yessi menolak!

Tapi,....

"Saka, jangan marah. Lutut yessi udah sakit," ucap yessi menatapnya sambil menangis. "Bantuin yessi, yessi mau lutut yessi cepet diobatin." Lanjutnya.

Saka tidak tega, dan jadinya dengan sangat terpaksa saka membantu yessi untuk naek kepunggung anak gemuk itu. Dia kesal, dan merutuki kebodohannya. Ini yang seharusnya dia lakukan. Tapi malah anak gemuk ini yang melakukannya kepada yessi.

Anak gemuk itu membawa yessi dalam gendongannya menuju kearah panti.

Dia kesal, kepada dirinya sendiri. Saka melupakan acara marahnya, dan sekarang pindah ke acara cemburu. Seharusnya dia yang menggendong yessi. Bukan anak gemuk itu.

Dia sekarang cemburu, sangat.








SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang