kita

57 14 22
                                    

"Hy,.." sapa saka saat melihat yessi yang sibuk menatap langit malam. "Selamat malam yes." Lanjutnya.

"Malam." Balas yessi. Dia masih tetap menatap langit malam, sekarang jam 22:01 WIB. itu bukan waktu yang tepat untuk berada diluar, tapi anak perempuan berusia 6 tahun ini malah melakukan sebaliknya.

"Ngapain?," tanya saka heran yang ikut mendongak menatap langit malam. Malam ini cerah, dan banyak bintang-bintang kecil yang indah bertaburan dengan indahnya memenuhi langit. Mungkin yessi sedang melihat bintang, pikirnya menyimpulkan.

"Lagi nyari sesuatu," jawab yessi dengan antusias dan senyum yang merekah menampakkan gigi depannya yang hilang, ompong. sambil menatap saka.

Saka tersenyum ikut antusias dan penasaran dengan apa yang dicari yessi sampai rela duduk di rumput malam-malam begini. "Nyari sesuatu?," ulangnya meyakinkan. "Udah ketemu?," tanya saka dengan penasaran.

Yessi tertunduk, lalu menggelengkan kepalanya sedih.

"Kenapa?," tanya saka heran.

"Belum ketemu, dianya gak mau muncul," jawab yessi sedih. "Mungkin dia gak mau ketemu yessi." Ungkap yessi mengeluarkan isi pikirannya. Yessi sedih sekali. Dia menunduk, kadang melihat saka, lalu melihat langit, dan begitu seterusnya sampai dia menghela nafas pasrah.

"Yessi, emang cari apa? Boleh saka bantu?," ucap saka menampakan sederetan giginya yang putih bersih. Berharap lewat senyumnya dapat membuat mood yessi menjadi lebih baik.

Yessi menghembuskan nafas dengan berat dan berfikir. "Saka mau bantu?,"

Saka mengangguk semangat.

"Bantu cari apa yang yessi cari?," tanyanya meyakinkan.

"H'm." Jawab saka mantap.

"Yaudah ayo, kita cari pelangi." Jawab yessi bahagia lalu berdiri dengan semangat.

"Pelangi?," ucap saka tidak percaya sambil berdiri dan menepuk belakang celananya. Heran, jelas. Cari pelangi? Hah??

"Iya. Kita cari di tempat lain yuk. Mungkin disini gak ada," ucap yessi menarik tangan saka dan beranjak pergi, entah mau dibawa kemana saka. Meskipun jalannya sedikit pincang tetapi tetap tidak mengurangi rasa semangat yessi mencari pelangi. Aneh.

"Pelangi? Ini kan malem. Terus tadi juga gak hujan yes, pelangi adanya abis hujan." Ucap saka memberitahu, duh ada apa ini?! Saat yessi jatuh tadi kepalanya tidak terbenturkan??

"Abis hujan." Tanya yessi seketika berhenti, untung saka bisa menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak menabrak yessi. Aduh.

"Iya." Jawab saka mantap, lalu heran menatap perubahan raut muka yessi.

"Berarti kalo mau ngeliat pelangi nunggu habis hujan dulu ya?," tanya yessi meyakinkan. Lalu menatap langit dan menatap saka, dia menaik turunkan alisnya.

Saka heran, dia sampai garuk tengkuknya yang tidak gatal. Duh, benar benar ini. Dia harus tanya nanti saat yessi sudah kembali normal, ini bukan yessi. Apa dia kerasukan? Dia diluar malam-malam. Mungkin.

"Yaudah kita tunggu hujan dulu aja disini, saka mau kan nunggu hujan bareng yessi, mau kan? Mau gak?? Mau yak????." Tanya yessi menaik turunkan alisnya.

"Yes, lu,... tut kamu masih sakit? Tadi kepala kamu gak jatoh juga kan??," tanya saka memastikan, ini perlu dijawab. Kali aja iya kan? Jika iya yessi perlu dibawa kedokter!.

"Hah?," tanya yessi cengo. Oke dia bingung sekarang, apa? Ooh,.. mungkin saka melihat cara jalannya yang pincang. "Lutut yessi masih sakit tapi dikit, nih sedikit ini. Dikit banget." Ucap yessi sambil menunjukan ukuran kecil yang dia buat dari jempol dan telunjuknya. Dia tersenyum menatap saka yang bernafas lega. Lalu sedetik kemudian merasa waspada karna perubahan raut wajah saka.

SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang