YP 08

5.5K 629 128
                                    

Happy Reading^^

#Jungkook pov.

Meskipun merasa sangatlah lelah, entah mengapa energiku kembali terisi penuh setelah mendapatkan perlakuan manis dari istriku, Jeon Yerim. Apa begini rasanya mempunyai seorang istri? Aku tidak tau kalau rasanya akan sebahagia ini.

Seperti biasanya aku memakan bekal makan siang yang telah Jeon Yerim berikan untukku, menu kali ini adalah sushi dengan beberapa makanan lainnya. Aku mendapati Jennie terus saja memperhatikanku yang tengah memakan bekal makan siangku.

"Sajangnim, apa anda mau mencoba sushi buatan istriku?" tawarku sembari membawakan wadah berisi sushi untuknya, ia tampak sangat sumringah kala aku membiarkannya mencicipi sushi buatan Yerim.

"Sushi buatan istrimu sangat enak, kau beruntung sekali Jungkook-ssi." pujinya membuatku tersenyum senang, aku memang beruntung memiliki Yerim. Dia memberiku perhatian serta banyak sekali kebutuhan yang selalu dia penuhi meskipun kami berdua belum bisa saling mencintai seperti layaknya suami istri pada umumnya.

Jennie menggenggam tanganku tiba-tiba, spontan saja aku segera melepaskannya. "Ah maaf, aku hanya mau memberitahu kalau ada bekas makanan di dekat bibirmu." ujarnya bermaksud memberitahuku.

Aku membersihkan mulutku dengan tisu untuk menghilangkan bekas makanan yang Jennie maksud, tetapi tak lama kemudian tangannya mengusap sudut bibirku. Ia membantuku membersihkan sisa makanan disana, tiba-tiba saja aku teringat pada Yerim.

"Saya permisi ke kamar mandi sebentar."

Aku melangkahkan kaki menuju ke dalam kamar mandi yang masih berada di dalam ruangan atasanku itu, bermaksud untuk membersihkan sekitar bibirku yang mungkin saja masih terdapat sisa makanan yang belum bersih.

Entah mengapa bayangan Yerim terus terngiang-ngiang dalam benakku, semua hal yang berhubungan dengannya membuatku terus mengingatnya. Ada rasa ingin menemuinya, semacam rindu.

Mungkin sebaiknya aku menelponnya saja, meski aku tidak dapat melihat wajahnya setidaknya aku bisa mendengarkan suaranya. Aku terdiam sejenak ketika melihat layar ponselku yang berwallpaperkan wajah tersenyum Yerim.

Senyumku mengembang sembari terus mengusap layar ponselku hingga aku mulai tersadar akan tujuan awalku untuk menelpon dan mendengar suaranya.

Tut....tut...

Panggilannya tersambung.

"Ne, Yoboseyo oppa."

"Kamu sedang apa, Yerim-ah?" tanyaku berbasa-basi, cukup lama dia menjawab pertanyaanku hingga akhirnya aku berdeham agar Yerim segera menjawab pertanyaanku.

"Kau merindukanku ya?"

Heol. Percaya diri sekali dia bertanya seperti itu. Meskipun kemungkinan besar aku merindukannya itu benar, tapi tak mungkin aku bicara secara to the point padanya. Mungkin hanya dia wanita yang selalu saja terus terang pada apapun, bahkan pada perasaannya sekalipun.

"Aku? Untuk apa aku merindukanmu? Setiap hari kita bertemu, justru aku merasa bosan karena selalu melihatmu makanya kucoba untuk menelponmu saja."

"Terserah kau, kalau begitu aku tutup telponnya."

"Bukankah kau yang merindukanku hmm? Jelas-jelas tadi kamu yang terdengar sangatlah antusias saat mengangkat panggilanku." timpalku berusaha untuk mencegahnya menutup panggilan, karena aku masih ingin mendengar suaranya.

"Ne, Aku merindukanmu."

Woah. Dia bilang apa barusan? Dia merindukan aku? Terdengar jelaskan kalau Yerim yang sebenarnya lebih merindukanku.

Young parentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang