BAGIAN 7 - MENCINTAI KEHILANGAN

4K 311 0
                                    

---Aku cemburu pada dia yang  membuatmu bahagia. Sedangkan aku hanya angan-angan semata. Setiap saat mendekap luka pengharapan---
---------------------------------------------

“Ali...,” panggil seorang gadis seumuran dengan Ali dan Amira dari sebrang jalan sembari melambaikan tangannya pada Ali. Ali dan Amira menoleh ke arah sumber suara. Gadis itu memakai kerudung pasmina abu-abu. Senyum manis tercetak di bibir gadis itu. Lesung pipi menambah kadar kecantikan yang dimilikinya.

“Vina?”gumam Ali sembari mengerutkan keningnya memastikan bahwa itu Vina. Amira tidak mengenali seseorang yang memanggil Ali. Namun wajah gadis itu tampak familiar di mata Amira. Berkali-kali Amira memutar ingatannya agar mengingat gadis tersebut. Namun sama saja, mungkin Amira terlalu pelupa sampai ia tidak mengenalinya.

Gadis itu berjalan menghampiri Amira dan Ali. “Sayang kamu ngapain disini? Terus muka kamu bonyok kayak gini kenapa? Kamu jahat nggak cerita sama aku,” Ali mendapat ribuan pertanyaan dari Vina. Amira yang mendengar gadis itu memanggil Ali dengan sebutan sayang, memunculkan pertanyaan yang tidak perlu dijawab dalam hatinya. Entahlah siapa Amira? Dia tidak berhak atas kehidupan Ali. Apalagi keadaan Ali seperti ini membuat Amira merasa bersalah lagi.

“Aku nggak papa, ini cuma kecelakaan dikit.” Tutur Ali sembari menarik ujung bibirnya membentuk senyuman tipis.

“Kecelakaan dikit gimana? Muka udah lebam-lebam.” Vina mengerutkan dahinya. Sepertinya dia tidak terima karena Ali tidak memberi tahu tentang keadaannya. Vina melirik  Amira yang berada di samping Ali. Gadis yang sangat familiar di mata Vina. Namun Vina tidak mengenalinya. Sesekali dia memicingkan matanya melihat Amira.

“Tunggu, bukankah kamu Amira?”

“I-iya, saya Amira.” Jawab Amira dengan senyum meneduhkan.

“Ra, ini aku Vina temen SD kamu. Masak kamu lupa sih?” Amira lagi-lagi memutar ingatannya. Memicingkan matanya mengingat Vina teman SDnya. Dasar Amira pelupa!

“Vi-vina? Vinanda Fadila Gunawan?” tanya Amira memastikan bahwa tebakannya tidak salah.

“Iya Ra, ini aku Vinanda. Vina yang cantik sahabat kamu dulu,”

“Long time no see Vin,” Amira memeluk Vina yang dulu menjadi teman seangkatan di SD. Dan dulu dia juga sering bermain ke rumah Vina. Tapi semenjak Amira ikut neneknya pindah ke luar kota jadi mereka harus berpisah.

“Eh, sayang kok kamu sama Amira bisa barengan disini?” tanya Vina pada Ali.

“Ta-tadi aku ketemu Ali di jalan Vin, jadi sekalian aku antar kesini,” Alibi Amira pada Vina. Agar Vina tidak sakit hati. Mungkin ini yang bisa Amira lakukan agar sahabatnya tidak salah paham.

“Ya sudah, aku pulang dulu yah?” Amira meminta izin pulang terlebih dahulu. Ia meninggalkan Ali dan Vina yang masih mematung ditempat. Dengan senyum yang disembunyikan dan jantung yang bergemuruh Amira berjalan meninggalkan mereka.

***

Berandai-andai mendapatkan apa yang diinginkan sama halnya dengan menyuapi banyak imanjinasi namun dijatuhkan sendiri. Mengagumi seseorang dalam kurun waktu yang lama, sedangkan yang dikagumi menjatuhkan hatinya dengan orang lain itu benar-benar menyakitkan. Tidak habis pikir, Amira ingin mengabaikan perasaan pada Ali. Namun semakin diabaikan semakin tidak bisa untuk mengikhlaskannya. Amira menyadari bahwa perasaan ini datang dari Allah.

Terlihat Amira duduk disebuah sofa biru yang terletak di teras depan rumahnya. Ia sedang memainkan jarinya di depan laptop kecil warna putih. Tampaknya ia sedang tidak fokus, dan pandangannya kosong.

AMIRA AZZAHRA  [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang