BAGIAN 48 - AKU LEBIH DULU MENCINTAIMU

4K 239 15
                                    

Sedari tadi pikiran Ali tak bisa tenang. Ia takut jika Amira tak bisa diselamatkan. Tidak! Ia belum siap kehilangan yang kedua kalinya. Amira harus selamat. Ali tak henti-hentinya berdzikir. Tangannya tak lepas memegang tasbih yang Amira berikan kala itu.

Di depan ruang operasi sudah ada Jefri, Fatih, Tania, Reyhand dan istrinya. Mereka sibuk mendoakan Amira agar bisa diselamatkan dan operasinya berjalan lancar. Mereka takut jika resiko buruk terjadi pada Amira. Ali duduk di salah satu kursi tunggu di depan ruang operasi sembari memangku Aira. Terkadang ia kasihan dengan anaknya yang setiap hari menangis karena merindukan Amira.

Maafkan Papa, Aira! ucapnya dalam hati seraya tangannya mengelus-elus pucuk kepala Aira.

Mata Ali menatap kaca jendela ruang operasi yang tertutup gorden. Ia benar-benar tidak berguna menjadi suami. Membiarkan Amira berjuang sendiri. Membiarkan Amira bertaruh nyawa di ruang operasi.

Tak lama kemudian, Dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang operasi. Namun, Amira masih ada di dalam bersama beberapa perawat, "Dok, bagaimana keadaan istri saya?"

"Alhamdulillah, operasi berjalan dengan lancar. Semua darah sudah saya bersihkan dan saya tutup kembali pembuluh darah yang pecah agar tidak ada pendarahan yang terjadi lagi. Kita tinggal tunggu masa pemulihan ya Pak. Semoga Bu Amira dapat kembali sehat seperti semula. Saya permisi!"

Ali terduduk lemas di kursi ruang tunggu. Ia memeluk Aira erat yang sedari tadi menangis. Tak lama kemudian, beberapa perawat mendorong Amira yang terbaring keluar dari ruang operasi. Mereka memindahkan Amira dari ruang operasi ke ruang ICU untuk pemeriksaan pemulihan pasca operasi.

"Aku titip Aira," ucap Ali pada Reyhand. Karena Aira tak diperbolehkan masuk mengunjungi Amira. Ali menitipkan Aira ke Reyhand dan Nadya. Ia masuk ke dalam ruang ICU sendiri.

Kakinya beranjak memasuki ruang ICU. Ia berjalan menuju ranjang yang ditempati Amira. Dadanya sesak saat melihat Amira yang masih terbaring lemah di ruang ICU dengan dipenuhi selang dan monitor jantung. Hatinya seperti teriris pisau tajam melihat Amira seperti ini. Ia tak sanggup. Benar-benar tak sanggup!

Tangan Ali perlahan memegang pelan tangan Amira yang masih terasa lemah, "Aku mohon bertahan. Untuk aku, Aira, dan semua orang yang kamu cintai." ucapnya pelan.

Setetes cairan bening tak sengaja jatuh dari manik-manik mata Ali, "Maafkan aku. Aku telah berbohong pada perasaanku sendiri. A-aku....Mir, aku sebenarnya, A-Aku yang lebih dulu mencintaimu. Ini tahun ke-15 aku masih mencintaimu. Aku, minta maaf. Aku tidak pernah mengatakannya padamu. Aku takut, aku takut kamu tidak mencintaiku. Aku takut cinta yang aku pendam tidak terbalas olehmu. Aku terlalu bodoh, caraku melupakanmu dengan berusaha belajar mencintai orang lain yang mencintaiku. Nyatanya tetap sama. Aku tidak bisa! Aku berusaha untuk melupakan semua rasa belasan tahun ini. Namun, tetap saja gagal Mir,"

"Aku sudah lebih dulu mencintaimu dari 15 tahun yang lalu, sebelum kamu mencintaiku dalam diam yang tertulis di buku diary-mu. Aku mencoba membuang rasa untuk tidak mencintaimu. Aku mencoba untuk belajar mencintai Vina. Karena aku mengetahui bahwa Vina juga mencintaiku. Tapi tetap saja, aku tidak bisa benar-benar melupakanmu."

"Maaf, A-Aku harus menikah dengan Vina karena aku pikir aku sudah mencinta Vina waktu itu. Tapi ternyata tidak Mir, Aku belum bisa melupakanmu. Aku belum bisa membuang jauh perasaanku. Awalnya aku mengira aku bisa belajar mencintai Vina dan menikahinya. Bersikap baik padanya seolah-olah aku mencintainya. Namun, hati kecilku tak bisa dibohongi Mir. Rasa cinta itu tidak sebesar mencintaimu."

"Aku sempat terpukul karena kehilangan Vina waktu itu. Aku pikir aku telah mencintai Vina. Tapi ternyata aku belum sepenuhnya mencintainya. Aku mencintainya karena dia adalah ibu dari anakku. Aira. Tapi hati kecilku lagi-lagi tidak bisa dibohongi. A-Aku sempat menolak perjodohanku denganmu dulu. Bukan karena aku tak mencintaimu. Aku membohongi perasaanku sendiri. Aku menolak karena aku masih butuh waktu untuk mengembalikan perasaanku yang terluka karena kepergian Vina yang terlalu cepat. A-aku belum siap menjaga Aira sendiri kala itu. Masalah waktu yang terlalu cepat yang membuatku belum siap. Maaf, aku pernah mengabaikanmu."

"Dulu, Aku pikir aku sudah bisa melupakanmu karena aku mendengar kabar bahwa kamu dan Jefri akan menikah. Tapi nyatanya tidak Mir, aku masih sering memikirkanmu setiap hari. Aku masih belum bisa melupakanmu padahal aku sudah menikah dengan Vina. Aku sering menepis pikiran itu. Tapi tetap saja pikiran itu selalu muncul. Aku sempat kaget saat Vina memintaku menikahimu. Aku ingin menolak karena aku takut kamu memilih Jefri dan kamu tak pernah mencintaiku. Sedangkan aku membutuhkan sosok ibu untuk Aira. Nyatanya dugaanku salah Mir, kamu memilihku dan menyayangi Aira layaknya darah dagingmu sendiri."

"Ma-maaf aku sempat marah ke Jefri saat di kedai es krim. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku karena hatiku sesak saat melihatmu dengan Jefri. Aku paham Mir, Jefri dan aku adalah laki-laki. Aku paham akan perasaan Jefri terhadap kamu. Maaf kala itu aku membentakmu. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu bagaimana cara aku menebus semuanya."

"Aku mohon, Tolong bangun sayang, demi aku! Aku minta maaf. Bantu aku memperbaiki semuanya. Bantu aku membimbingmu, bantu aku menjadi suami yang baik. Dan bantu aku menuntunmu ke surga. Terima kasih sudah mencintaiku."

Ali telah panjang lebar berbicara sendiri di depan Amira yang masih belum sadar. Ia mencium tangan Amira yang terbalut selang infus. Sesak! Lagi-lagi dadanya sesak melihat tangan istrinya terbalut selang infus seperi ini, "Tolong segera membaik. Aku mencintaimu!"

Ali mengeluarkan tasbih biru dari saku celananya, ia menggengamkan tasbih biru itu ke tangan Amira, "Ini tasbih biru yang pernah kamu kasih ke aku, ingat kan? Aku masih menyimpannya sampai sekarang. Tasbih ini sangat berarti. Aku selalu membawanya kemana-mana Mir. Nyatanya benar kata kamu, dimana pun kita berada kalau kita tak lepas dari dzikir kita akan tenang. Dan aku menyadari itu."

Jari tangan Amira yang dipegang Ali tiba-tiba perlahan bergerak. Dan Ali menyadari langsung, jika manik-manik mata Amira terbuka. Ini tidak mimpi kan? Ali berkali-kali menyadarkan dirinya bahwa ini tidak mimpi, "Mir?" panggilnya pelan.

"Aku disini. Aku nggak kemana-mana," ucap Ali meyakinkan Amira yang masih terbaring lemas. Ingin sekali rasanya ia memeluk Amira, mendekapnya selama 24 jam dan tak pernah melepasnya. Namun, ia harus menahannya karena masa pemulihan Amira.

"Aira rindu kamu, dia sering banget nangis manggil nama kamu. Cepet sembuh ya sayang? Kita jalan-jalan bertiga lagi. Aira udah rindu sama Mamanya,"

Amira hanya merespon dengan kedipan kelopak matanya. Ia memasang senyum namun tipis sekali hampir tak terlihat. Karena tubuhnya masih sangat lemah untuk bergerak.

"Aira nggak bisa masuk kesini sayang. Anak seusia Aira tidak diperbolehkan masuk ruang ICU. Jadi aku menitipkannya ke Reyhand. Mereka ada di luar ruangan. Di sana ada Nadya juga, Kak Fatih, sama Jefri dan Tania."

"Nggak usah khawatir ya sayang? Pokoknya kamu harus sembuh. Kamu kuat! Kamu sudah banyak mengorbankan hidupmu demi aku dan orang lain. Sekarang, giliran kamu yang harus berjuang mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Aku mencintaimu!" lagi-lagi Ali mencium pelan tangan Amira yang masih digenggamnya.

Amira tersenyum. Tersenyum tipis ke arah Ali. Ali ingin mengajaknya berbicara namun ia sadar jika tubuh  Amira masih terlalu lemah. Tak apa, ia sudah sangat bahagia melihat Amira yang sudah sadar dan operasinya berjalan dengan lancar.

Perlahan mata Amira kembali terpejam. Bibirnya masih memasang senyum tipis. Ali yang melihatnya lantas memanggilnya pelan, "Mir,"

Tak ada sahutan dari Amira. Ali memanggilnya lagi memastikan bahwa Amira baik-baik saja, "Amira?"

Bersambung....

Malang, 22 Mei 2020

🌸🌸🌸

Author mau ucapin terima kasih udah vote dan komen juga ihh sukaaa terus udah follow juga. Pokoknya author seneng banget! Up nya author malem malem gini rawan typo jadi dimaklumi ya. Sebenernya nulis bagian ini dah Dig duh karena author juga agak lupa-lupa sama alurnya semoga dapat feel nya ya dan suka

Semoga suka part ini yaaaahhhhh loveee youuuuu

See you next chapter tomorrow! 🌸🌸🥰🥰

AMIRA AZZAHRA  [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang