23. Pertengkaran Kita yang Pertama

17.7K 386 14
                                    

Dengan mata menyalah, Kevin mencengkram kedua lengan Kiara dan memaksa Kiara menatap wajahnya. Wajah Kevin terlihat sangar, ia terlalu marah saat ini.

"Kamu membohongi saya!" Ujar Kevin membentak.

"Bohong apa maksudnya, Mas?"

"Kamu bilang kamu pergi menemui Rio dan Indah di restoran, tapi ternyata tidak, kan?" Tanya Kevin yang suaranya semakin meninggi.

Kiara terdiam.

"Kenapa harus berbohong, Kiara? Katakan kalau memang kamu menjawab telepon David, katakan kalau memang kamu terlambat ke acara karena David sempat menahanmu dengan telepon itu!"

Kiara terhenyak. Ia terkejut Kevin mengetahuinya.

"Saya tidak suka dibohongi, Kiara!" Suara Kevin semakin meninggi bahkan terdengar bergetar, baru kali ini Kiara melihat Kevin marah seperti ini.

"Saya percaya kamu, Ra. Saya menikahi kamu karena saya percaya kamu perempuan yang baik. Saya gak masalah kamu teleponan dengan David, atau bahkan kencan, tapi tolong, saya sudah pernah bilang, tolong jujur sama saya! Jadikan saya sebagai orang pertama yang tahu kehidupanmu. Saya sudah menjadi suami kamu!"

Kiara menunduk dan menyesali perbuatannya, ia bahkan sampai meneteskan air matanya.

"Saya tahu kamu dan David saling mencintai, bahkan sejak lama. Saya hargai perasaan kalian, tapi kamu juga harus menghargai perasaan saya, saya disini menunggu kamu seperti orang bodoh menunggu istrinya berselingkuh, kemudian istrinya dengan polosnya datang membawakan makanan terkesan seperti pahlawan, dan yang paling bodohnya, saya luluh dengan cerita bohong kamu. Gila!" Kevin menghempaskan tubuh Kiara menjauhi tubuhnya. Kiara sampai terduduk di atas ranjang dan menangis semakin keras.

"Kamu butuh uang, saya butuh kamu jadi istri saya. Apapun yang mau kamu lakukan, silakan, tapi tolong jangan pernah berbohong. Hanya itu Kiara. Apa permintaan saya terlalu merepotkan?"

Kevin menarik kursi dan duduk menghadap Kiara.

"Sekarang coba kamu katakan, apa yang kamu mau? Kamu mau seperti pelacur diluar sana yang hanya saya bayar kemudian saya acuhkan, tidak saya pedulikan, begitu?" Tanya Kevin yang suaranya kini sedikit mereda.

"Tapi saya punya tanggungjawab terhadap kamu. Bagaimana cara saya menepati janji saya kepada orangtuamu? Kepada Tuhan?"

Kiara semakin menangis tersedu, ia sama sekali tak mampu menjawab pertanyaan Kevin. Ia sungguh mengakui kesalahannya.

"Saya memang orang yang berengsek, tapi ketika saya bertemu dengan kamu, dengan keluarga kamu, saya seperti merasa memiliki janji dihadapan mereka dan Tuhan dan ingin bertanggungjawab sepenuhnya pada kamu. Menjijikan bukan? Tapi saya merasakan itu, Kiara."

"Lalu kalau inginnya Mas Kevin bertanggungjawab sama aku, kenapa kita membuat perjanjian itu?" Tanya Kiara tiba-tiba, suaranya bergetar, isakan tangisnya masih terdengar cukup keras. "Aku disini merasa paling bersalah karena telah mengecewakan Mas Kevin sekali. Apa kita tidak bisa bersikap seperti perjanjian diawal? Mas Kevin dengan kehidupan Mas, aku dengan kehidupanku."

Kevin mengangguk.

"Oke, kalau memang kamu inginnya tidak ada sama sekali campur tangan satu sama lain, terserah, saya juga bisa memperlakukan kamu seperti itu. Jadi tetaplah berlaku seperti perempuan yang dibayar, selama saya masih menggunakan kamu sebagai istri saya." Kevin beranjak kemudian pergi keluar dari kamar hotelnya.

Kiara merebahkan tubuhnya diranjang, ia masih menangis. Ia mengakui segala ucapan Kevin, ia memang tidak bisa meninggalkan David, dan terkesan berlaku seperti perempuan bayaran dengan dalih menjadi istri.

My Wedding Partner (END) - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang