My Wedding Partner (END) - TERBIT

1. Apakah Aku Harus Menikah Saja?

Kiara tengah kerepotan membawa banyak file di tangannya. Ia harus menyerahkan file itu pada Kevin untuk membahas rencana anggaran penambahan alat berat untuk pembangunan gedung tiga.

Seketika pundaknya ditahan oleh laki-laki yang mengejarnya dari belakang.

Kiara menoleh.

"Kamu lupa memakai ini." Ujar laki-laki berperawakan tinggi dengan kumis tipis sambil mengenakan helm keselamatan pada Kiara.

Helm itu wajib dipakai semua pekerja saat bekerja di dalam lokasi proyek untuk mencegah dari hal-hal yang tidak terduga selama berada di lingkungan proyek.

"Oh iya saya lupa, Ge." Ujar Kiara tersenyum.

"Sini saya bantu." Gerald yang dipanggil "Ge" oleh Kiara segera mengambil tumpukan berkas itu dari Kiara dan membawanya hingga ke depan ruang meeting.

Kiara tersenyum dan mengikuti langkah Ge ke ruang meeting.
Disana sudah ada Ibu Agni, Tora dan Pak Kevin yang tengah membahas suatu berkas di atas meja.

Gerald meletakan file diatas meja dengan perlahan, ia tak enak jika harus menjadi pusat perhatian saat meletakan tumpukan besar itu. Kiara berterima kasih pada Gerald dan segera ikut bergabung bersama rekan kerjanya. Sementara Gerald kembali ke posisinya menjadi kuli proyek.

Gerald seorang lulusan teknik sipil di kampus kenamaan Indonesia. Ia terampil dan cekatan saat mengerjakan tugas yang diarahkan langsung oleh Pak Kevin. Gerald sebenarnya tampan, namun karena seringnya terpapar sinar matahari secara langsung, kulitnya agak menggelap. Tak jarang di waktu senggang atau selesai bekerja, ia meminta Kiara untuk me-masker-kan wajahnya dengan produk kecantikan milik Kiara.

Dapat dikatakan Kiara memang lebih dekat dengan Gerald. Mereka sama-sama karyawan yang baru tiga bulan ditempatkan di lokasi proyek tersebut.

Proyek konstruksi bangunan yang berlokasi di daerah Jakarta Selatan itu dikepalai oleh satu orang Project Manager (PM) dan lebih dari lima puluh karyawan. Tiga diantara para pekerja itu adalah perempuan yang ditugaskan dilokasi tersebut.

Perempuan memang biasanya tidak banyak ditempati di lokasi proyek. dan sebenarnya perempuan yang sudah menikah juga jarang ditempatkan di lokasi itu, karena perihal masalah keluarga yang menjadi momok utama. Namun berbeda urusannya jika lokasi proyek berdekatan dengan tempat tinggal karyawan yang bisa izin pulang sewaktu-waktu ada kendala dirumahnya.

Pun perempuan di lokasi proyek tidak banyak dibutuhkan tenaganya. Mereka kan tidak akan membantu mengangkat bata atau memikul semen. Mereka hanya bertugas sebagai pengawas anggaran saja.

Jam kerja di lokasi proyek juga tak bisa di prediksi. Kalau di kantor pusat memiliki jam kerja yang relatif tetap sekitar pukul delapan pagi sampai jam lima sore, berbeda dengan proyek yang cenderung berubah-ubah setiap harinya sesuai target. Misalkan saja kerja dimulai pukul delapan pagi hingga jam sebelas malam.

Tak jarang para pekerja perempuan sering kerepotan tatkala harus lembur seperti itu. Apalagi mereka yang sudah berkeluarga. Sebenarnya mereka bisa saja pulang duluan, namun karena rasa tidak enaklah yang membuat semua pekerja wajib menunggu hingga jam kerja berakhir. Biasanya kalau sudah seperti ini, perempuan lajang-lah yang harus menanggung resiko lembur sendirian saat ditinggal senior yang sudah berkeluarga itu. Maka sudah jelas, Kiara digadang-gadang menjadi primadona saat ini.

Saat jam makan siang misalnya. Beberapa laki-laki berebut ingin duduk berdekatan dengan Kiara sambil meluncurkan aksi modus nya untuk memancing perhatian Kiara. Biasanya Kiara hanya ikut tertawa bahkan tak jarang ikut menimpali candaan mereka.

Lingkungan kerja seperti itu menjadi tantangan tersendiri bagi Kiara. Di kelilingi banyak laki-laki seringkali membuatnya harus mengontrol diri dalam bersikap dan berbusana. Kiara menjadi anak bawang karena tak jarang digoda dengan modusan-modusan kelas kakap para lelaki jomblo disana. Untuk itu dua senior perempuannya siap menerjang siapa saja yang mengganggu si anak bawang tersebut.